Langgam.id - Seekor beruk yang menyerang sejumlah pengendara membuncah masyarakat Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar) hingga warganet. Penyerangan tersebut dianggap meresahkan dan bahkan memicu kecelakaan. Apalagi, lokasi penyerangan satwa liar ini terjadi jalur pendakian rawan, kawasan Panorama Dua Sitinjau Lauik, Kecamatan Lubuk Kilangan.
Aksi penyerangan beruk bernama ilmiah “macaca nemestrina” itu terlihat dari video yang diunggah oleh akun Instagram @picko_channel. Peristiwa dalam video itu direkam pada Sabtu (10/8/2019), pekan lalu.
Ahli sekaligus Pengamat Primata Universitas Andalas (Unand) Rizaldi mengatakan, satwa yang beredar dalam video tersebut memang beruk yang biasa disebut beruk ekor babi.
“Itu beruk ya, di video cuman satu ekor. Jelas menyerang, menggapai mobil, mengejar pengendara sepeda motor. Satwa ini yang biasa dipakai orang untuk memetik buah kelapa,” ujar Rizaldi dihubungi langgam.id, Jumat (16/8/2019).
Dari tingkah laku yang terekam di video beredar, ia menduga, beruk ekor babi itu berjenis kelamin jantan dan sudah berusia dewasa. Satwa ini, bisa bertahan hidup mencapai usia 30 tahun.
Khusus di Sumbar, kata Rizaldi, beruk ekor babi di Sitinjau Lauik ini tidak sama dengan jenis beruk yang biasa dijumpai di kawasan Bungus Teluk Kabung, Lembah Anai hingga Kelok 44 Kabupaten Agam. Namun, penyebaran satwa ini memang luas sepanjang Pulau Sumatra, Kalimantan hingga semenanjung Malaysia.
“Sebarannya di mana saja. Biasanya lebih suka hidup di dalam hutan. Kalau di tempat lain itu (selain di Sitinjau Lauik), beruk ekor panjang namanya. Nah yang marah-marah di video itu, beruk ekor babi,” katanya.
Beruk ekor babi dikenal sebagai satwa pemakan segalanya (omnivora), mulai buah segar, muda dan termasuk beberapa serangga. Untuk pergerakan, satwa yang satu ini bisa hidup di atas pohon (arboreal) dan di atas tanah (terestrial).
Dari pergerakan yang bebas itulah yang membedakan beruk ekor babi dengan satwa sejeninya, seperti siamang dan lainnya. Dengan dua pergerakan itu, beruk ekor babi bisa disebutkan satwa semi terestrial.
Ada beberapa faktor yang memicu beruk melakukan aksi penyerangan kepada pengendara. Dugaan pertama mungkin karena beruk ekor babi ini tidak biasa hidup di hutan karena pernah dipelihara manusia.
“Beruk satu ini kayaknya sudah terbiasa dengan manusia dan sudah berani. Saya menduga, ini beruk ekor babi sengaja dilepas orang dan mungkin sudah pernah dilatih atau dipelihara untuk memetik kelapa,” jelasnya.
Sebagian besar, lanjutnya, beruk ekor babi sebesar itu memang ganas dan sering marah kepada tuannya. Namun, jika beruk ini terbiasa hidup di hutan dan tidak berinteraksi, akan takut dengan manusia.
"Untuk faktor kedua, ini namanya beruk tungga kalau bahasa Minang-nya. Beruk tungga yang sudah menyendiri. Jantan besar suka menyendiri bisa diakibatkan karena sudah mundur dari jabatannya sebagai alfamel (pimpinan kelompok). Mungkin sudah tua atau dikalahkan dengan lawannya sejenis" bebernya.
Hal inilah mungkin yang menyebabkan beruk ekor babi di video itu, tidak bergabung dan terasing dari kelompoknya. Namun biasanya, satwa yang telah terasingkan atau mundur dari sebagai pemimpin kelompok, tidak berbahaya dan melakukan penyerangan.
"Yang jelas beruk ekor babi ini biasa hidup dalam kelompok besar. Ada betina dan jantan. Sementara yang di video itu soliter (sendiri). Makanya saya curiga ini beruk memang sengaja dilepaskan orang," katanya.
Harus Ditangkap
Rizaldi menegaskan, aksi penyerangan beruk ekor babi kepada pengendara di Jalur Sitinjau Lauik ini mesti segera ditindak cepat oleh pihak terkait. Sebab, hal ini sangat berbahaya dan memang bisa menimbulkan kecelakaan.
Menurutnya, satwa satu ini telah menguasai kawasan itu yang dianggap sebagai daerahnya. Sebab ini jugalah yang membuat beruk ekor babi semakin berani melakukan penyerangan kepada pengendara yang melintas di kawasan daerahnya.
“Secepatnya beruk ekor babi ini harus ditangkap, karena sudah merasa berani dan menguasai. Jadi apa yang harus dilakukan, tangkap dan dipindahkan ke tempat jauh ke dalam hutan, kalau dibiarkan bahaya bisa menimbulkan kecelakaan,” tegasnya.
Ia mengatakan, tidak ada tips khusus untuk menghindar atau mengatasi serangan beruk ekor babi tersebut. Sebab, satwa satu ini melakukan penyerangan dengan mendadak kepada pengendara. Namun ia berpesan agar warga yang berada di sekitar lokasi untuk menangkapnya jika terlihat.
“Tips menangkapnya hanya satu, serang secara bersama-sama. Jangan takut, karena beruk ekor babi memahami ekspresi manusia yang ketakutan sehingga satwa ini akan semakin menyerang,” bebernya.
Rizaldi khawatir apabila tidak ditindak tegas dan dibiarkan, penyerangan beruk ekor babi ini nantinya akan menimbulkan korban jiwa. Bahkan apabila satwa ini rabies tentu akan bahaya bagi korban yang terkena gigitannya.
"Yang jelas taring beruk ekor babi sangat tajam dan panjang ya, bahaya dan beresiko sekali. Meskipun tidak terinfeksi kuman dan lainnya, tapi gigitan beruk ekor babi cukup untuk melukai apalagi yang jantan," pungkasnya. (Irwanda/RC)