Langgam.id - Kawasan objek wisata Pohon Seribu dan permukiman di Jorong Pondok Nagari Sasak terancam abrasi pantai dan peralihan muara Sungai Batang Ampu. Bahkan, beberapa pohon Pinus pantai sudah rusak dan tergusur abrasi.
"Rumah saya jaraknya cuma beberapa meter dari aliran sungai, dan saya khawatir rumah kami terdampak," ujar Erwin, warga setempat, Rabu (28/7/2021).
Erwin menjelaskan, permasalahan perubahan muara dan aliran sungai Batang Ampuh itu sudah berlangsung lama. Bahkan, sebelumnya satu unit mushalla dan beberapa rumah masyarakat rusak akibat abrasi.
Abrasi pantai itu semakin meluas menuju permukiman padat penduduk dan objek wisata. Beberapa pohon pinus dan tanaman milik masyarakat juga terseret ke aliran sungai dan laut.
"Kondisi ini semakin parah pasca lebaran hingga hari ini," ujarnya.
Kondisi cuaca ekstrem belakangan ini membuat kerusakan semakin parah. Gelombang dan ombak besar serta angin selatan membuat kerusakan semakin cepat, bahkan bisa merusak hamparan batu pemecah ombak yang sudah terpasang sebelumnya.
"Kami berharap agar pemerintah segera membantu pencegahan abrasi, jika lama kerusakan akan semakin parah," ucapnya.
Ia dan warga yang tinggal beberapa meter dari aliran sungai menjadi tidak nyaman. Bahkan, beberapa masyarakat yang bekerja di pinggir pantai menjemur ikan atau nelayan juga terganggu.
"Saya berharap ada pembangunan atau upaya menahan abrasi, dan tidak merusak kawasan manapun," ujarnya.
Terkiat ancaman abrasi pantai dan permukiman itu, Pj Wali Nagari Sasak Efrizal mengatakan, tim nagari sudah meninjau lokasi abrasi di Sasak dan beberapa lokasi lain, termasuk di Maligi. Pemeritah nagari juga sudah melaporkan kejadian itu ke pemerintah kecamatan dan informasi kepada dinas terkait.
"Sekarang kondisi perubahan aliran sungai dan abrasi semakin mengkhawatirkan," ujarnya, Rabu (28/07/21).
Efrizal mengatakan, ancaman abrasi itu akan berdampak terhadap ratusan kepala keluarga dan puluhan rumah masyarakat. Terlebih lokasi abrasi berada di kawasan permukiman dan objek wisata. Kerusakan akan semakin parah saat pasang naik dan gelombang tinggi serta terjadinya peningkatan volume air sungai.
"Warga masih bertahan di rumah, meski beberapa rumah sudah dekat dengan aliran sungai," ujarnya. (Ian/ABW)