Langgam.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat warga miskin Sumatra Barat mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19. Teranyar, data per Maret 2021 menyatakan sebanyak 370 ribu lebih warga Sumbar masuk kategori miskin.
Dengan jumlah itu, persentase penduduk miskin di Sumbar mencapai 6,63 persen. Angka itu meningkat dibanding periode Maret tahun lalu sebanyak 344 ribu orang lebih atau dengan persentase 6,28 persen. Juga meningkat dari September 2020 dengan penduduk miskin sebanyak 364 ribu orang lebih atau 6,56 persen.
Kepala BPS Sumbar Herum Fajarwati mengatakan dampak Covid-19 yang melanda sejak tahun lalu menjadi penyebab meningkatnya jumlah penduduk miskin di Sumbar.
"Pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk miskin di Sumbar. Terjadi peningkatan 0,07 persen poin dari bulan September 2020," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (15/7/2021).
Menurutnya, masyarakat mengalami tekanan karena meningkatnya beban pengeluaran selama pandemi, terutama untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Sedangkan pemasukan juga berkurang.
Selain itu, juga terjadi peningkatan garis kemiskinan yang diukur berdasarkan nilai pengeluaran kebutuhan minuman makanan yang disetarakan 2.100 kalori per kapita per hari (garis kemiskinan makanan), dan nilai pengeluaran kebutuhan perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan (garis kemiskinan non makanan) sebesar 3,92 persen.
Komoditi makanan jadi penyumbang pengeluaran terbesar terhadap peningkatan garis kemiskinan sebesar 75,90 persen di Sumbar. Beberapa komoditi tersebut adalah beras sebesar 19,38 persen di daerah perkotaan dan 23,91 persen di pedesaan.
Kemudian, berturut-turut yakni komoditas rokok, cabai merah, tongkol/tuna, telur ayam ras, roti, daging ayam ras, gula pasir, bawang merah, dan kelapa.