Langgam.id - Populasi harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) di belantara Pulau Sumatra diperkirakan tersisa 603 ekor.
"Berdasarkan data dari Population Viability Analysis (PVA), harimau Sumatra di habitat alaminya tersisa 603 individu yang tersebar di 23 kantong habitat. Selain itu data dari Ditjen KSDA menunjukkan lebih dari 50% populasi satwa dilindungi berada di luar kawasan konservasi baik di hutan produksi maupun hutan lindung," ungkap Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), KLHK, Wiratno, tempo hari.
Pihaknya berharap, mulai saat ini, satwa liar dilindungi termasuk harimau sumatera yang berada di luar kawasan konservasi dapat terlindungi seperti halnya satwa liar lainnya di dalam kawasan konservasi.
"Semangat bekerja bersama menjadi kunci untuk sinergi selanjutnya," ujar Wiratno saat menghadiri pelepasan Bonita dan Atan di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya (PR-HSD), sebagaimana dilansir dari rilis resmi Humas Pemkab Dharmasraya.
Wiratno hadir dalam rangka pelepasliaran dua harimau Sumatra di PR-HSD milik Yayasan ARSARI Djojohadikusumo di Kecamatan Asam Jujuhan, Kabupaten Dharmasraya, kemarin.
Pelepasan disaksikan oleh Wagub Sumbar Nasrul Abit, Wabup Dharmasraya Amrizal Dt. Rajo Medan, utusan KSDA Sumatra Barat, dan Hashim sendiri.
Pelepasliaran sepasang harimau yang diberi nama Bonita dan Atan Bintang itu dilakukan setelah melalui serangkaian proses penyelamatan, dan pemulihan kondisi dua ekor harimau sumatra itu.
Bonita, merupakan harimau Sumatera betina yang diselamatkan dari areal kebun sawit PT. TH Indo Plantations di Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir pada 3 Januari 2018 lalu.
Sedangkan Atan Bintang yang berjenis kelamin jantan diselamatkan dari pemukiman warga pada 18 November 2018 di Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama dengan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya milik Yayasan ARSARI Djojohadikusumo dan para pihak sebelumnya telah melakukan serangkaian proses rehabilitasi terhadap Bonita dan Atan Bintang hingga siap dilepasliarkan ke habitat aslinya.
Sementara itu, Penggagas dan pendiri PR-HSD, Hashim Djojohadikusumo, menyatakan jika PR-HSD telah berkomitmen untuk terus membantu pemerintah melestarikan dan menambah jumlah populasi Harimau Sumatera.
Hashim menambahkan, sejak diresmikan oleh Menteri LHK Siti Nurbaya pada 29 Juli 2017 lalu, PR-HSD telah melakukan rehabilitasi terhadap 6 individu harimau dimana 4 individu berhasil dilepasliarkan ke habitat alaminya.
"Saat ini kami masih merawat satu harimau Sumatra yang baru saja diselamatkan dari Padang Lawas, Sumatra Utara yang diberi nama Palas. Harimau Sumatra merupakan simbol kelestarian ekosistem dan keberadaannya hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan sebagai habitat masih terjaga," kata Hashim.
Sementara Kepala Balai KSDA Sumatra Barat, Erly Sukrismanto, mengatakan bahwa upaya konservasi memerlukan peran banyak pihak. Untuk itu, BKSDA Sumatra Barat terus bekerjasama dengan UPT KLHK lainnya dan mitra dalam menyelamatkan satwa liar dilindungi khususnya harimau Sumatra.
"Pelepasliaran harimau Sumatra kali ini merupakan yang ketiga kalinya. KSDA Sumatra Barat bekerjasama dengan PR-HSD berhasil melepasliarkan 4 harimau hasil rehabilitasi, dan kali ini sangat unik karena akan dilepasliarkan sekaligus sepasang jantan dan betina," ucap Erly.
Erly menambahkan, pelepasliaran ini dilengkapi dengan pemasangan GPS Collar yang merupakan sumbangan dari Yayasan ARSARI Djojohadikusumo yang berfungsi untuk memantau Bonita dan Atan Bintang.
Dari data GPS Collar tersebut, pihaknya akan mengetahui pergerakan satwa tersebut untuk melihat home range serta adaptasi harimau di habitat barunya.
Dua harimau Sumatra ini dilepasliarkan ke kawasan konservasi di Riau. (Osh)