Langgam.id - Pasar pabukoan menjadi tempat paling dicari masyarakat ketika bulan Ramadan, terlebih menjelang waktu berbuka puasa. Salah satu pasar pabukoan yang cukup terkenal yaitu berada di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Imam Bonjol Padang.
Pasar Pabukoan di Imam Bonjol kembali diadakan setelah setahun sempat vakum akibat pandemi. Meski pemerintah melarang menggelar pasar pabukoan, pedagang berinisiatif meminta izin kepada Kodim dengan syarat tetap mematuhi protokol kesehatan.
Beragam menu pabukoan dijual di pasar pabukoan itu, mulai dari jajanan seperti lapek bugih, lopis, aneka gorengan dan minuman. Ada pula berbagai lauk pauk seperti gulai paluik, gulai kapau, dendeng dan beragam sayuran seperti pical dan anyang.
Harga yang ditawarkan pun cukup cukup ramah di kantong. Aneka takjil dimulai dari harga Rp 1.500 per potong dan aneka lauk pauk dimulai dari harga Rp 10.000 per porsi.
Salah satu pedagang, As mengatakan meski kembali digelar tahun ini, pembeli yang datang tidak sebanyak dua tahun lalu sebelum pandemi covid-19.
"Yang beli tidak terlalu ramai seperti sebelum covid-19. Saya jualan sampai setelah berbuka, kadang makanan masih banyak yang bersisa," kata As yang berjualan lamang di RTH Imam Bonjol kepada Langgam.id, Senin (26/4/2021).
Menurutnya, dibanding sebelum pandemi, pendapatnya bisa berkurang hingga 10 persen. "Kalau jualan habis saya bisa dapat untung Rp100 ribu, tapi itu kalau habis semua. Biasanya ini (lamang) pasti ada yang bersisa," ujarnya.
Selain itu, pedagang lain Resa juga mengalami hal yang serupa.Resa yang berjualan aneka lauk pauk khas Minang di RTH Imam Bonjol mengaku penjualannya berkurang sekitar 50 persen akibat sepi pembeli.
"Jauh menurunnya, bisa sampai 50 persen," kata Resa.
Sementara itu, salah seorang pembeli Rinta mengaku senang pasar pabukoan kembali digelar tahun ini. Menurutnya, pasar pabukoan tidak hanya tempat membeli takjil, tapi juga menjadi kegiatan ngabuburit yang menyenangkan.
"Senang tahun ini pasar pabukoan ada lagi. Selain beli untuk berbuka, kita juga bisa lihat-lihat macam-macam menu. Buat cuci mata juga," ujar Rinta.
"Tapi karena jumlah kiosnya jauh lebih sedikit, jadi menunya kurang variatif," sambungnya.(*/Ela)