LANGGAM.ID-- Pembangunan berkelanjutan harus menjadi komitmen bersama dalam menatap Sumatra Barat di usia 80 tahun, sebagai modal awal untuk mengatasi berbagai tantangan Sumbar saat ini.
Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi XIII DPR dari Partai Nasdem Willy Aditya dalam program Catatan Masa Silam Langgam yang bertajuk Refleksi 80 Tahun Sumatra Barat di Warunk Naras, Kota Padang, Sabtu (4/10/2025).
"Tantangan Sumbar saat ini produktifitas kita rendah, stunting tinggi, konkstifitas pembangunan tidak ada, padahal sekarang zamannya kolaborasi," ujar Wily.
Ia memisalkan potensi gampir Sumbar yang cukup besar, namun belum terkolola dengan baik yang berdampak pada peningkatan produksi. Potensi ini harusnya didukung dari berbagai sektor yang bisa diintigrasikan, misalnya dukungan dari pendidikan dan penelitian yang bisa menambah nilai produksi atau pun nilai ekonomi dari gambir.
Sementar itu untuk angka stuntig, hasil Survei Status Gizi Nasional (SSGI) 2024 mencatat prevalensi stunting Sumbar 24,9 persen. Di atas prevalensi nasional yaitu 19,8 persen.
Di sisi lain, Wily menambahkan, transisi pembangunan dari kepala daerah ke penerusnya juga belum berkelanjutan. Setiap pergantian kepala daerah akan berdampak pada program pembangunan Sumbar kedepan.
"Ini dampak dari sistem politik kita hari ini, zaman populis dimanan siapa yang populer maka dia akan menang. Akibatnya kalau kepala daerah ganti, program-program juga ganti," ujarnya.
Menurut Wily, hal ini mestinya dibarengi dengan perencanaan pembanguan yang ketat di Sumbar, sehingga terjadi program pembangunan berkelanjutan. "Kalau tidak pembangunan yang diimpi-impikan tidak akan terwujud," katanya.
Wily menekankan pentingnya komitmen bersama, mulai dari pemerintahan daerah dan masyarakat sipil dalam mewujudkan progmram yang berkelanjutan ini. "Jangan ada lagi yang saling tuding, menjatuhkan. Sekarang zamannya kolaborasi," ujarnya. (fx)