DataLanggam – Sejumlah literatur mencatat tanggal 7 Desember dalam sejarah Sumatra Barat. Pada tanggal tersebut, setidaknya terjadi tiga peristiwa di masa lalu yang terjadi di wilayah Sumbar. Peristiwa itu terjadi pada 1869, 1946 dan 1949. Berikut catatan sejarah itu:
7 Desember 1869
Syekh Tahir Jalaluddin Lahir di Ampek Angkek
.
Agam - Ulama besar asal Minangkabau Syekh Tahir Jalaluddin lahir di Cangkiang, Nagari Batu Taba, Ampek Angkek, Agam pada 4 Ramadan 1286, bertepatan dengan 7 Desember 1869. Syekh Tahir adalah ahli ilmu falak dan astronomi, sehingga di belakang namanya sering ditambahi Al-Falaki. Syekh Tahir yang belajar di Mekkah dan Universitas Al-Azhar, Mesir, merupakan sepupu Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Keduanya mengajar banyak orang Indonesia dan Malaysia hingga jadi ulama besar. Menurut Hamka, bersama Syekh Ahmad Khatib, Syekh Tahir Jalaluddin pada posisi teratas dalam mempengaruhi gerakan pembaruan Islam di Minangkabau. Syekh Tahir wafat di Malaysia pada 26 Oktober 1956. Di Malaysia, namanya diabadikan jadi ke Pusat Falak Malaysia, “Pusat Falak Syeikh Tahir” (Sheikh Tahir Astronomical Center) yang didirikan pada 9 Oktober 1991 di Pulau Pinang.
.
Sumber: Hamka dalam "Ayahku" (1981)
.
Baca Juga: Syekh Tahir Jalaluddin: Ulama Ahli Astronomi, Mengembara Hingga Semenanjung Malaka
7 Desember 1946
Pertempuran Meningkat, BPGD Berdiri di Padang
.
Padang - Pertempuran di Padang antara tentara Republik dengan Belanda semakin menjadi-jadi. Dewan Perjuangan Daerah (DPD) mendirikan Badan Pembantu Garis Depan (BPGD) pada 7 Desember 1946. Badan ini diketuai tokoh perbankan Anwar Sutan Saidi dengan wakil-wakil dari partai politik di Sumatra Barat.
.
Sumber: Departemen Penerangan dalam "Propinsi Sumatera Tengah" (1959) hlm 141
7 Desember 1949
Tentara Belanda Tinggalkan Bukittinggi, Pemerintahan Sumatra Tengah Kembali
.
Bukittinggi - Pemerintah Belanda menyerahkan pemerintahan Sumatra Tengah di Bukittinggi pada 7 Desember 1949. Letkol Marinus Raebel mewakili pemerintah Belanda, Gubernur Sumatera Tengah Mr. M. Nasroen dan Letkol Dahlan Jambek, mewakili pemerintah Republik. Pukul 12.00 secara resmi pasukan bersenjata Belanda juga harus meninggalkan Bukittinggi. Sirine pertama berbunyi, pasukan Belanda meninggalkan Bukittinggi yang telah mereka duduki sejak Desember 1948 saat Agresi II. Sirine kedua, pasukan Republik masuk Bukittinggi dan berbaris ke pusat kota, antara lain Pasukan Beruang Agam, Pasukan Berayun, pasukan Rimba Raya, Brimob dan barisan Tentara Pelajar. Pada hari ini, secara resmi Pemerintah provinsi Sumatera Tengah kembali pulih dan dijalankan dari Bukittinggi.
.
Sumber:
- Awaloedin Djamin dalam "Bunga Rampai Peran Pelajar Pejuang di Sumatera Tengah Selama Perang Kemerdekaan" (1996).
- Departemen Penerangan dalam "Propinsi Sumatera Tengah" (1959) hlm 289-290
- Hasril Chaniago dan Khairul Jasmi dalam “Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Datuk Rangkayo Basa: Gubernur Di Tengah Pergolakan” (1998)
.
Baca Juga: Tangis Komandan Tentara Belanda Saat Harus Tinggalkan Bukittinggi