Langgam.id - Pemerintah Kabupaten Tanah Datar akan merelokasi warga yang terdampak bencana banjir bandang yang terjadi di Jorong Tanjung Sawah, Nagari Padang Laweh Malalo, Kecamatan Batipuah Selatan. Setidaknya, delapan kepala keluarga terdampak dari bencana tersebut.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanah Datar, Thamrin, menyebutkan dari delapan warga yang terdampak, hanya enam kepala keluarga yang setuju direlokasi.
Untuk sementara, kata Thamrin, warga yang terdampak masih mengungsi di rumah saudara.
"Hasil musyawarah dengan warga dan tokoh masyarakat, perantau dan ninik mamak, enam keluarga setuju untuk direlokasi. Tentu pemerintah melalui BNPB akan siap membantu menyiapkan rumah hunian sementara atau tetap," ujar Thamrin kepada Langgam.id saat dihubungi via telepon, Senin (20/1/2020).
Ia mengatakan, lahan untuk hunian baru, telah disediakan. "Lahannya berada di tanah ulayat dan masih berada di kawasan Nagari Padang Laweh Malalo," ungkpanya.
Baca juga : Cegah Banjir Bandang di Tanah Datar dengan Pembersihan Aliran Sungai
Thamrin menargetkan, selama masa tanggap darurat, semua administrasi dan dokumen terkait rencana relokasi segera rampunng.
Selanjutnya, akan diteruskan ke BNPB.
"Mudah-mudahan selama tanggap darurat semua kebutuhan dokumen dan program itu sudah bisa disampaikan ke BNPB. Untuk kawasan yang baru ini yang penting jauh dari zona merah atau rawan bencana banjir bandang," ucapnya.
Diketahui sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar telah menetapkan masa tanggap darurat banjir Malalo selama tujuh hari, mulai 18 sampai 24 Januari.
Lalu, tim gabungan juga sudah melakukan peninjauan ke beberapa sungai yang berpotensi terjadi banjir bandang.
Menurut Thamrin, terkait bantuan, hingga saat ini masih terus mengalir ke posko utama. Bantuan itu datang dari berbagai pihak.
"Kalau bantuan sudah banyak lebih dari cukup yang datang, baik dari swasta dan pemerintah. Tentu hal-hal lain untuk logistik sudah disediakan di posko. Obat-obatan juga, tentu bantuan lain kalau masih ada seperti mukenah dan sarung masih dibutuhkan," katanya. (Irwanda/ZE)