DataLanggam - Sejumlah literatur mencatat tanggal 28 Oktober dalam sejarah Sumatra Barat. Pada tanggal tersebut, terjadi peristiwa yang bertempat atau terkait dengan Sumbar di masa lalu. Berikut catatan sejarah itu:
28 Oktober 1837
Tuanku Imam Bonjol Ditawan Belanda
.
Palupuh - Tuanku Imam Bonjol ditawan Belanda di Palupuh. Tuanku Imam ditangkap dengan siasat berunding oleh Residen Francais di Palupuh (Agam). Sebelum ditawan, Tuanku Imam dan pasukan Padri bergerilya di hutan setelah benteng Bonjol diduduki Belanda sejak 16 Agustus 1837. Ketika ia datang ke Palupuh, di tempat ini sudah menunggu serdadu Belanda siap untuk menangkap. Ia kemudian dibawa ke Cianjur dan kemudian Manado hingga wafat di sana pada 6 November 1864. Versi lainnya ada juga yang menulis, Tuanku Imam Bonjol wafat pada 8 November 1864. Setelah Tuanku Imam ditangkap, perlawanan Padri melemah. Salah satu perlawanan kepada Belanda setelah itu adalah pada 1841 dipimpin Regen Palupuh yang juga akhirnya dipadamkan Belanda.
.
Sumber:
- Sartono Kartodirdjo dalam "Sejarah Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme" (1973) hlm 118
- Muhamad Radjab dalam "Perang Paderi di Sumatera Barat, 1803-1838" (1964) hlm 407
28 Oktober 1948
Kolonel Hidayat Pimpin Markas Besar Komando Sumatra
.
Bukittinggi - Panglima Sumatra Kolonel Hidayat ditugaskan memimpin Markas Besar Komando Sumatra (MBKS) yang berpusat di Bukittinggi. Menteri Pertahanan pada 28 Oktober 1948 membagi wilayah komando pertahanan RI jadi dua. Selain MBKS, juga Markas Besar Komando Djawa (MBKD) yang dipimpin Kolonel Nasution. Pada masa PDRI, setelah Agresi Militer II pada 19 Desember 1948, MBKS menjadi tulang punggung pertahanan bersama rakyat di Sumatra.
.
Sumber: Dinas Sejarah TNI AD "Sejarah TNI-AD, 1945-1973" (1981) hlm 9