104 Taman Kota Kita

104 Taman Kota Kita

Miko Kamal, SH. LLM, Ph.D (Foto: Dok Miko)

Saya beruntung. Lebih kurang 5 tahun Saya pernah mengecap hidup di Australia. Waktu Saya sekolah dulu: S 2 dan S 3. Ketika S 2, Saya tinggal di kota Melbourne, salah satu kota terbaik di dunia. Tahun 2002 sampai pertengahan 2004.

Giliran S 3 Saya pindah ke kota Sydney. Kota yang lebih besar. Masanya, dari pertengahan 2007 sampai awal 2011.

Di samping menyelesaikan tugas-tugas belajar, Saya menikmati betul kehidupan di Australia. Baik di Melbourne, apatah lagi di Sydney. Di Sydney jauh lebih berkesan. Sebab, masa itu, anggota keluarga Saya boyong ke sana.

Salah satu yang mengesankan Saya adalah kualitas lingkungan di negeri Kangguru. Udaranya bersih. Langitnya, hampir setiap hari, biru. Polusi ada, tapi tidak banyak.

Taman-taman hijau menghampar luas. Menyejukkan, sejauh mata memandang. Yang sekaligus berfungsi sebagi paru-paru kota.

Ada taman kecil. Yang sedang, dan yang besar. Taman besar, biasanya dilengkapi dengan fasilitas olah raga (outdoor fitness). Tidak sekadar untuk bersantai-santai membunuh waktu saja. Mau mengencangkan otot perut tidak perlu pergi ke fitness center. Mau membesarkan pangkal lengan juga begitu.

Pokoknyo soal kencang-mengencangkan dan besar-membesarkan bisa diselesaikan di taman publik yang berukuran besar. Tak perlu keluar biaya banyak. Cocok untuk golongan mahasiswa seperti Saya masa itu.

Di taman berukuran sedang dan kecil, yang tersedia hanya tempat bermain anak-anak seperti plosotan dan trambolin. Ada juga kursi-kursi panjang untuk bersantai, meja dan alat pembakar lauk untuk makan siang serupa ayam dan daging sapi Australia yang masyhur itu.

Alat barbeque siap digunakan setiap saat. Tak berbayar. Sudah ada gas yang mengalir di dalamnya. Putar tombolnya, sekitar 15 sampai 30 menit kemudian penganan barbeque sudah bisa dinikmati.

Taman adalah tempat interaksi sosial. Di samping pasar dan kedai kopi. Yang tua, muda dan anak-anak suka sekali bermain di taman. Nenek-nenek datang ke taman membawa tenunannya yang belum selesai. Biasanya, anjing pudelnya yang lucu setia menemani.

Kakek-kakek pensiunan berkursi roda listrik datang ke taman mengepit novel dan buku teka-teki silang. Ditemani kopi panas di dalam tumbler pribadi mereka. Anak-anak dibimbing ibu mereka memindahkan ragam mainan ke taman. Anda boleh membayangkan, betapa indah dan nikmatnya hidup di Australia.

Kualitas kehidupan di kota kita belum sebanding dengan keadaan di Melbourne atau Sydney. Sekarang, kota kita masih jauh tertinggal. Itu harus diakui.

Tapi kita tetap harus punya harapan. Harapan untuk membangun kota yang lebih baik dari sekarang. Taman-taman kota idaman seperti di Melbourne dan Sydney harus direalisasikan di sini.

Kota kita (Padang) punya 11 kecamatan. Kelurahan ada 104. Basis pembangunan taman yang paling realistis adalah kelurahan. Di setiap kelurahan ada 1 taman. Berarti akan ada 104 taman. Berbasis RW lebih bagus lagi.

Kalau belum bisa membangun taman yang besar, yang sedang dan kecil saja dulu. Taman yang dibangun harus bisa diakses oleh para anak-anak, penyandang disabilitas, orang tua dan warga yang memiliki mobilitas terbatas lainnya. Di taman, warga bebas menggelar tikar-tikar kecil yang dibawa dari rumah masing-masing. Satu hal penting lainnya, taman harus ditutup rapat dari akses pedagang nakal.

Seperti di Melbourne dan Sydney, taman yang dibangun mesti dirancang sebagai pusat interaksi atau _intermingling_ sosial. Taman yang memungkinkan para lansia bermain-main bebas dengan kucing Persia ataupun kucing kampung mereka yang terawat.

Mudah-mudahan, dalam waktu yang tak terlalu lama, di kota kita akan ada 104 taman yang dapat menenangkan jiwa, yang meninggikan rasa bahagia warganya.


Oleh: Miko Kamal

Baca Juga

Kekeliruan atas Laporan Film Dirty Vote
Kekeliruan atas Laporan Film Dirty Vote
Pemko Padang Gelar Pelatihan Public Speaking, Perkuat Tenaga Pendamping UKM
Pemko Padang Gelar Pelatihan Public Speaking, Perkuat Tenaga Pendamping UKM
TPA Aie Dingin Kota Padang: Salah Langkah, Bencana Menanti
TPA Aie Dingin Kota Padang: Salah Langkah, Bencana Menanti
Padang Kembali Gelar Pasar Siti Nurbaya
Padang Kembali Gelar Pasar Siti Nurbaya
"Ancika 1995" Happy Ending Seorang Dilan
"Ancika 1995" Happy Ending Seorang Dilan
Abrasi Kian Mendesak Pasir Jambak, Rumah dan Pondok Wisata Semakin Terancam
Abrasi Kian Mendesak Pasir Jambak, Rumah dan Pondok Wisata Semakin Terancam