Xenophobia, Aksi Mahasiswa Aceh Usir Pengungsi Rohingya, Apa Itu ?

Xenophobia, Aksi Mahasiswa Aceh Usir Pengungsi Rohingya, Apa Itu ?

Bagus Eko Prasetyo. (Foto: Dok. Pribadi)

Aksi mahasiswa di Aceh pada (27/12/2023) lalu yang mengusir pengungsi Rohingya di Balai Meuseraya Aceh (BMA) menuai sorotan di Indonesia bahkan internasional. Beberapa dari mereka yang menyoroti tindakan mahasiswa tersebut adalah akademisi, badan penanganan pengungsi dunia yaitu UNHCR, hingga media-media asing seperti Al Jazeera dari Qatar, DW dari Jerman, hingga The Australian dari Australia. Mereka menyayangkan aksi tersebut karena dianggap sebagai bentuk pengusiran secara paksa terhadap pengungsi yang tengah mencari suaka.

Tindakan mahasiswa Aceh terhadap pengungsi Rohingya juga viral di aplikasi media sosial Twitter/X. Bahkan, peristiwa tersebut disebut-sebut merupakan bentuk sikap xenophobia seperti yang dicuit oleh akun @margarianta “Yang masih kemakan hoaks dan xenophobia tentang Rohingya, silahkan dibaca. Tanggapan jurnalis muslim Palestina: Hebh Jamal.” Cuitan tersebut meraih lebih dari 23 ribu like di Twitter/X yang menandakan banyak diantara pengguna Twitter/X setuju dengan apa yang ia utarakan. Lalu, apa itu xenophobia? Xenophobia berasal dari bahasa Yunani yaitu xenos yang artinya orang asing dan phobos yang artinya ketakutan. Dalam bahasa baku Indonesia, xenophobia ditulis sebagai xenofobia yang menurut KBBI adalah perasaan benci, takut, atau waswas terhadap orang asing atau sesuatu yang belum dikenal. Xenophobia menganggap bahwa apa yang orang luar bawa merupakan suatu bentuk ancaman.

Xenophobia terbagi atas 2 jenis, yaitu:

  1. Xenophobia Budaya

Bentuk penolakan terhadap objek atau tradisi asing.

  • Xenophobia Imigran.

Bentuk penolakan terhadap pencari suaka yang dianggap bukan merupakan orang dalam.

Xenophobia biasanya dilakukan di wilayah yang cenderung homogen. Berbagai bentuk xenophobia yaitu diskriminasi hingga kekerasan terhadap kelompok agama, etnis, atau ras tertentu yang biasanya terjadi karena mereka masuk dalam kelompok kecil atau minoritas. Bahkan, sikap ini beberapa kali menjalar menjadi aksi genosida yang dilakukan oleh etnis mayoritas terhadap etnis minoritas.

Pengusiran secara paksa terhadap etnis Rohingya yang dilakukan oleh mahasiswa Aceh pada Rabu lalu merupakan salah satu bentuk xenophobia yang terjadi di Indonesia. Sebelum Rohingya, sentimen terhadap etnis tertentu juga pernah terjadi di Indonesia ketika wabah Covid-19 melanda, dimana tidak hanya di Indonesia, namun banyak negara yang melakukan tindakan tersebut terhadap pendatang Asia khususnya Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.

*Penulis: Bagus Eko Prasetyo (Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas)

Baca Juga

Pernahkah anda merasa tidak aman saat berjalan sendirian, baik siang maupun malam? Atau pernah menyaksikan tindakan pelecehan seksual?
Membongkar Stigma dan Kesenjangan Hukum dalam Kasus Pelecehan Seksual
Mungkin dari judul tulisan ini kita tersadar bahwa judul tulisan ini dapat memberikan dua tema pembahasan yang mungkin berbeda, tapi
Integrasi Nilai Kepemimpinan dalam Islam dan Dinamika Medsos Hari Ini
Istilah social butterfly merupakan ungkapan populer yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam bersosialisasi secara efektif. Istilah ini
Social Butterfly: Pentingnya Kecerdasan Sosial dalam Kehidupan dan Perkembangannya Sejak Usia Dini
Sejak masa kolonial, pajak telah menjadi isu sensitif yang menimbulkan resistensi di kalangan rakyat. Kebijakan perpajakan yang diterapkan
Resistensi Perpajakan: Relevansi Sejarah dan Implikasinya pada Kebijakan Pajak Modern
Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau yang lebih dikenal dengan singkatan H.O.S Tjokroaminoto merupakan seorang tokoh yang lahir di Ponorogo pada 16 Agustus 1882.
Warisan Intelektual H.O.S. Tjokroaminoto: Guru Para Tokoh Bangsa
Thomson Reuters melaporkan bahwa Indonesia menempati posisi ketiga di antara negara-negara dengan konsumsi busana Muslim terbesar pada
Dekonstruksi Islam Identitas: Refleksi atas Praktik Keagamaan Kontemporer