Purnama Dini Hari*
Bencana alam seperti galodo (banjir bandang) membawa dampak besar, baik secara materi maupun non-materi, bagi warga yang terdampak. Setelah bencana, masyarakat sering kali dihadapkan dengan masalah baru, terutama dalam hal keamanan dan ketersediaan pangan. WHO menyatakan bahwa banjir, termasuk banjir bandang, adalah salah satu bencana yang paling mempengaruhi keamanan pangan pasca kejadian. Situasi ini tentu memprihatinkan dan perlu segera ditangani demi kesejahteraan warga yang terkena dampak.
Keamanan pangan mencakup upaya untuk mencegah keracunan makanan dan memastikan makanan aman dikonsumsi. Dengan metode yang tepat, risiko keracunan makanan bisa diminimalkan. Proses ini melibatkan persiapan, memasak, dan penyajian makanan yang higienis. Ada beberapa panduan umum yang bisa diikuti untuk menjaga keamanan pangan setelah bencana seperti banjir bandang.
Pertama, hindari mengonsumsi makanan yang terkontaminasi air banjir. Air banjir berpotensi membawa kuman penyakit, sampah, logam berat, bahan kimia seperti pestisida, dan pecahan kaca. Ini juga berlaku untuk minuman dalam botol berulir atau makanan dalam kemasan plastik, karena air bisa masuk ke dalam kemasan tersebut.
Kedua, makanan kalengan yang terkena air banjir bisa digunakan setelah dicuci dengan air sabun dan dikeringkan. Namun, jika kaleng penyok, makanan tersebut tidak disarankan untuk dikonsumsi. Susu dalam kemasan juga sebaiknya dihindari karena kemasannya sulit dibersihkan dari kotoran air banjir.
Ketiga, sumur yang terkontaminasi air banjir tidak boleh digunakan sebagai sumber air minum atau untuk mencuci makanan. Jika terpaksa, gunakan air yang telah disaring beberapa kali dan direbus hingga mendidih. Alternatif lain adalah menggunakan pemutih pakaian tanpa aroma untuk membersihkan air.
Keempat, jaga kebersihan saat menyiapkan dan memasak makanan. Gunakan air yang telah ditambahkan disinfektan untuk mencuci tangan. Peralatan masak dan makan yang terkena air banjir bisa digunakan lagi setelah dicuci dengan sabun dan direbus.
Kelima, pisahkan penyimpanan makanan mentah dari makanan siap saji untuk menghindari kontaminasi silang. Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah memegang makanan, terutama yang mentah atau terkena air banjir. Pembagian tugas di dapur umum juga membantu mengurangi risiko kontaminasi. Keenam, konsumsi makanan dengan sedikit bumbu instan, garam, dan perasa untuk menghindari dehidrasi. Makanan tinggi garam dan bumbu instan dapat membuat tubuh cepat haus, menyulitkan pemenuhan kebutuhan air minum di tengah keterbatasan.
Dalam kondisi darurat, keracunan makanan mungkin tidak dapat sepenuhnya dihindari. Gejala keracunan biasanya muncul 1-3 hari setelah konsumsi makanan yang terkontaminasi, tetapi bisa juga dalam waktu 20 menit hingga 6 minggu. Gejalanya meliputi muntah, diare, sakit perut, demam, sakit kepala, dan nyeri tubuh. Meskipun kebanyakan orang pulih dengan cepat, beberapa bisa mengalami gejala yang lebih serius.
Oleh karena itu, segera cari bantuan medis jika mengalami gejala keracunan makanan. Menghadapi bencana seperti galodo memang menyulitkan, terutama dalam penyediaan makanan dan minuman yang aman. Namun, dengan mengikuti panduan keamanan pangan, kita dapat mengurangi risiko keracunan makanan dan fokus pada upaya pemulihan lainnya.
*Dosen Fakultas Teknologi Pertanian - Unand