InfoLanggam – Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat mengadakan kegiatan Hari Bermuhammadiyah dengan tema “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”, Jumat (6/12/2024) di Convention Hall Prof. Dr. Ahmad Syafi’I Ma’airf, M.A, Kampus I Padang.
Kegiatan ini menghadirkan pemateri yakni Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat Drs. H. Adrian Muis.
Ketua LPIM UM Sumatera Barat Dr. Mursal, M.Ag pada kesempatan tersebut menyampaikan hari bermuhammadiyah merupakan sebuah wadah yang terus diupayakan untuk melakukan pemuatan-pemuatan dan sebagai peran transformasi nilai-nilai keislaman yang secara khusus juga dari perspektif muhammadiyah.
Bagaimanapun, terang Mursal, bermuhammadiyah harus ada terus menerus sebagai pendalaman keilmuan. Ia berharap dengan adanya tema kemakmuran untuk semua pada hari bermuhammadiyah kali ini semoga mendapat pemahaman positif bagi warga persyarikatan.
Sementara Drs. H. Adrian Muis yang hadir sebagai pemateri menyampaikan apa itu kemakmuran, tema milad, tema tanwir serta tema hari bermuhammadiyah, kemakmuran dalam dokumen bermuhammadiyah, makmur dalam persepsi muhammadiyah, berdakwah untuk kemakmuran, penduduk negeri yang makmur serta komitmen muhammadiyah.
Ia mengatakan, Muhammadiyah merupakan gerakan islam, gerakan dakwah dan gerakan tajdid. Bermuhammadiyah katanya, berarti melaksanakan fungsi sebagai hamba Allah dengan beribadah kepada Allah dan menjalankan misi sebagai khalifah, yakni memimpin manusia dan mengurus alam sesuai tuntunan Allah.
Kemakmuran dalam dokumen Muhammadiyah, ungkap Adrian, berlandaskan pikiran KH Ahmad Dahlan sejak tahun 1912 tentang kemakmuran Indonesia, 39 tahun kemudian (1951) disahkan dalam muqaddimah anggaran dasar Muhammadiyah (pokok pikiran ke tujuh).
"Makmur dalam pokok pikiran ketujuh tersebut yakni suatu Negara yang indah, bersih, suci dan makmur di bawah lindungan tuhan yang maha pengampun sebagai tafsiran dari “baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuur”," ujarnya.
Tema “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”, kata Adrian, mengandung pemahaman bahwa kemakmuran itu berdimensi lahiriah sekaligus ruhaniah untuk semua tanpa diskriminasi.
"Dalam pemahaman Muhammadiyah, negeri yang makmur penduduknya niscaya beriman, bertakwa, cerdas, berilmu dan beramal shaleh untuk kemaslahatan hidup bersama," bebernya. (*)