Langgam.id- Kabupaten Dharmasraya adalah daerah yang tidak terdampak ekonomi secara signifikan akibat pandemi covid-19. Ekonomi masyarakat Dharmasraya ditopang perkebunan dan pertanian seperti sawit, karet dan padi.
Malah, selama pandemi tren harga sawit dan karet terus “meroket”. Produksi padi terus surplus mencapai 23.000 ton.
“Mayoritas perekonomian masyarakat itu didukung oleh perkebunan, ada sawit, ada karet. Sekarang harga sawit di petani itu bisa mencapai Rp 3.000 per kilogram, dan karet mencapai Rp 12.000 per kilogram,” kata Sekretaris Dinas Perkebunan Dharmasraya Martin.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan, produksi sawit perkebunan rakyat hingga 77.280 ton pertahun dari luas perkebunan 32.595 Ha. Sedangkan produksi karet 39.832 ton pertahun dari luas perkebunan 40.918 Ha.
“Kalau kita hitung nominal perputaran uang dari perkebunan itu sangat besar. Dari sawit itu jika harganya diangka Rp 3.000 per kilogram bisa mencapai Rp 232 M. Dan jika harga karet per kilogram itu diangka Rp 12.000 rupiah artinya nilainya mencapai Rp 479 M,” kata Martin.
Menurut Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan, dengan tren harga sawit dan karet yang tinggi itu, bisa menopang kegiatan ekonomi lainnya seperti usaha perdagangan kuliner. Pernyataan Sutan Riska itu diperkuat oleh data BPS bahwa pengeluaran terbesar masyarakat Dharmasraya itu untuk konsumsi makanan jadi.
Sifat masyarakat yang konsumtif juga terlihat dari pesatnya pertumbuhan jumlah sarana perdagangan. Seperti warung sebelum tiga tahun lalu jumlahnya hanya 28, kemudian meningkat hingga berjumlah 56 di tahun 2020. Sedangkan toko dari 58 meningkat menjadi 85, dan kios dari 5 meningkat menjadi 109.
“Sebenarnya sifat konsumtif masyarakat Dharmasraya itu ada bagusnya untuk ekonomi, apalagi di masa pandemi. Asalkan jangan berlebihan. Bagusnya, Saat sektor perdagangan terdampak, ada masyarakat dengan ekonomi berbasis perkebunan membantu dengan belanja kebutuhan mereka,” tambah Sutan Riska yang dilantik jadi bupati saat umur 26 tahun ini.
Sutan Riska mengatakan selain berkebun, sumber ekonomi masyarakat adalah berdagang, apalagi masyarakat di ibu kota kabupaten dan pusat-pusat kecamatan. Atas dasar itu, selain memberikan bantuan langsung untuk pelaku usaha perkebunan, Pemkab Dharmasraya aktif membangun sarana perdagangan serta bantuan modal usaha makro kecil dan menengah.
“Pertumbuhan usaha di Dharmasraya sangat bagus. Dari data kami di dinas, tahun 2016 itu jumlah izin yang kita keluarkan hanya diangka 5.000. Pada tahun 2020 itu mencapai angka 10.000 lebih. Ini menandakan ekonomi masyarakat terus tumbuh dan infrastruktur pendukung semakin baik,” ujar kepala dinas perizinan Dharmasraya Naldi Chaniago.
Usaha Pemkab Dharmasraya juga terlihat dari penurunan angka kemiskinan. Meski dalam masa Pandemi, BPS mencatatkan angka kemiskinan di Dharmasraya itu turun dari 6,29 % ke angka 6,23 %.
Menariknya, angka bekerja dengan usaha sendiri di Dharmasraya sangat tinggi. Baik usaha yang tidak punya karywan, dibantu karywan tetap dan karyawan tidak tetap, angkanya mencapi 60 % dari total Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Dharmasraya. Angka itu lebih tinggi dua kali lipat dibanding yang bekerja sebagai karyawan.
“Soal angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kita juga stabil walaupun dilanda pandemi. IPM Dharmasraya masuk tiga besar di antara kabupaten yang ada di Sumbar. Bahkan IPM kita jauh di atas kabupaten yang sudah berdiri lama,” kata Sutan Riska yang memimpin daerah dengan jumlah penduduk 228 ribu jiwa ini.
Bisa kita lihat di data BPS, kabupaten lain yang sudah lebih tua seperti Sijunjung IPMnya hanya di angka 67,74, Limapuluh Kota 69,47, Pasaman 66,64, Solok 69,08, Pesisir Selatan 69,90, Padang Pariaman 70,61, dan Mentawai 61,09. Sedangkan Kabupaten yang mekar bersamaan dengan Dharmasraya seperti Solok Selatan di angka 69,04 dan Pasaman Barat di angka 68,49. Sedangkan Dharmasraya berada di posisi tiga besar bersama Tanah Datar dengan nilai IPM 72,33 dan Agam 72,46.
Sutan Riska yakin, di tahun 2021 ini kondisi ekonomi Dharmasraya semakin membaik. Alasannya, kenaikan nilai harga jual hasil perkebunan meningkat drastis di tahun ini. Ia bertekad untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan berbagai program yang pro terhadap masyarakat.
“Kita di Dharmasraya beruntung karena ekonomi kita didominasi oleh perkebunan, sehingga tidak terdampak seperti daerah yang hanya mengandalkan sektor perdagangan dan jasa saja. Kemudian soal pangan kita juga aman, produksi beras kita selalu surplus dari tahun ke tahun. Setelah pandemi ini usai, kita kebut lagi,” tutup Sutan Riska.
Salah satu pontesi yang akan dikembangkan ke depan menurut Sutan Riska adalah sektor pariwisata dan Badan Usaha Milik Nagari (BUMN). Sebelum mengembangkan sektor sektor tersebut, Pemkab berusa meningkatkan SDM pejabat nagari. Tujuannya agar fokus pengembangan dua sektor tersebut, pejabat nagari tidak “gagap”.
“Peningkatan SDM dan pengetahuan soal itu telah kita lakukan dengan mendatangkan tim ahli ataupun mengirim calon penanggungjawab pengembangan sektor-sektor itu ke daerah yang telah sukses untuk belajar,” tutup Sutan Riska. (Lipsus)