Langgam.id - Pakar komunikasi dan motivator nasional Aqua Dwipayana mengingatkan, bahwa setiap wartawan harus berusaha mencapai kesuksesan dalan profesinya. Banyak hal yang dilakukan, diantaranya menjadi orang yang ahli dalam berkomunikasi.
Hal ini disampaikannya dihadapan 15 wartawan dari berbagai daerah di Indonesia lewat zoom meeting, saat menjadi pemateri dalam program Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch angkatan ke-2 yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation, Selasa (8/6/2021).
Dia menjelaskan, pada saat sekarang banyak orang menjadi wartawan yang mungkin jumlahnya puluhan ribu di Indonesia. Namun tidak semuanya yang benar-benar melaksanakan tugas secara profesional, termasuk dalam menghasilkan berita yang berkualitas.
Apalagi di zaman pandemi covid-19 terangnya, tantangan semakin banyak akibat banyaknya pembatasan. Situasi menjadi sangat kompleks dan dinamis, terutama bagaimana wartawan bisa menghasilkan berita yang konstruktif dan membangun keyakinan positif dalam menghadapi situasi pandemi.
"Untuk bisa menjadi wartawan sukses harus melewati jalan yang berliku, ini tergantung bagaimana perjuangan kita dalam menekuni bahwa apapun yang kita lakukan, kita niatkan untuk ibadah dan menjadi bermanfaat untuk orang lain, yakinlah kita bisa menjadi bernilai," katanya.
Aqua yang pernah menjadi wartawan selama enam tahun yaitu pada 1988-1994 itu mengatakan, sangat sering ditanya wartawan muda bahwa katanya sangat sulit menjadi wartawan pada hari ini. Kesulitannya bukan soal mencari narasumber atau mengakses informasi, tetapi bagaimana caranya bisa profesional di zaman sekarang.
Ia mengungkapkan, zaman disrupsi media menjadi wartawan tantangannya lebih berat. Ditambah banyaknya orang yang menjadi wartawan, sehingga seorang wartawan harus bekerja keras bagaimana bisa menjadi perhatian di mata narasumber.
"Hal yang utama adalah bagaimana kita bisa menempa diri menjadi berkualitas, bagaimana bisa mencerdaskan masyarakat, kita harus mengalokasikan waktu kita setiap hari menambah ilmu dan wawasan," kata putra asli Minangkabau itu.
Wartawan menurutnya, juga harus selalu mengasah kemampuan dengan banyak cara seperti rajin membaca buku apa saja terutama yang berkaitan dengan tugas. Sehingga ini berdampak bisa menjadi lebih nyambung berdiskusi dengan narasumber. Contohnya soal pendidikan, maka harus baca juga sumber yang membahas pendidikan.
Menurut pengalamannya menjadi wartawan, narasumber pasti akan lebih senang bertemu dengan wartawan yang cerdas dan berpengetahuan. Misalnya saat jumpa pers, narasumber akan tahu dan senang jika dia mendapatkan pertanyaan yang bagus dari wartawan.
"Saya selalu menyampaikan bahwa menjadi wartawan harus rajin berkomunikasi, jangan dipilah pilih komunikasinya dengan siapa. Harus cerdas membangun komunikasi baik eksternal dan internal," ujarnya.
Wartawan menurutnya harus menjaga komunikasi dengan narasumber sampai kapanpun. Silaturrahim harus terus dijaga dan itu ia lakukan sampai sekarang, dimana narasumber yang dulu waktu dia jadi wartawan masih berhubungan baik sampai sekarang.
"Jangan sampai menjaga komunikasi hanya ketika butuh informasi saat itu saja, lalu tidak lagi saat seorang narasumber tidak lagi menjabat. Menjaga hubungan dengan banyak orang juga tidak ada ruginya, bahkan banyak untungnya," ucapnya.
Meski demikian katanya, wartawan tetap harus berjalan lurus sesuai dengan kode etiknya. Jika memang ada hal yang tidak benar dilakukan oleh narasumber maka harus diluruskan.
"Apapun resiko harus ditanggung karena tugas dilindungi undang-undang, asalkan wartawan telah menjalankan profesinya dengan benar," ujarnya. (Rahmadi/yki)