Langgam.id - PT Semen Padang menebar 4.000 bibit ikan bilih hasil pembenihan ke habitat aslinya di Danau Singkarak, guna pengembangbiakan dan mengantisipasi punahnya spesies ikan tersebut akibat penangkapan yang dilakukan terus menerus.
Plt Dirut PT Semen Padang, Asri Mukhtar Dt Tumangguang mengatakan bahwa penebaran hasil pembenihan ikan bilih oleh perseroan ke habitatnya di Danau Singkarak dilakukan dalam rangka HUT ke-112 PT Semen Padang.
"Terkait konservasi ikan bilih dilakukan perusahaan, karena ikan bilih ini menjadi daya tarik para wisatawan yang berkunjung ke Danau Singkarak, sehingga kita ingin kembangkan dan menjaga lingkungannya," katanya dalam rilis resmi, Senin (21/3/2022).
Ia mengatakan, dalam perjalanan waktu, populasi ikan bilih semakin menurun karena berbagai hal. Sebagai perusahaan peduli pada kelestarian lingkungan, PT Semen Padang mencoba untuk mengonservasi ikan bilih.
Bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Bung Hatta (UBH), konservasi ikan bilih dilakukan di area Kanekaragaman Hayati (Kehati) PT Semen Padang.
"Kegiatan konservasi dimulai tahun 2018 dengan berbekal benih lebih kurang sebanyak 1300 ekor. Alhamdulillah, ikan bilih dapat hidup dan berkembang biak. Bahkan indukan bilih yang kita pelihara ukurannya besar, ada yang mencapai 15 cm. Dan tentunya, ini merupakan keberhasilan yang sungguh membahagiakan dan membanggakan kita bersama," kata Asri Mukhtar.
Program konservasi ikan bilih, sebut Asri, akan terus dilakukan, termasuk penebaran ikan bilih ke habitat Danau Singkarak yang juga terus dilakukan secara berkala. PT Semen Padang menargetkan pada tahun 2025, ikan bilih yang dikonservasi tidak hanya dikembalikan ke habitat Danau Singkarak, tapi juga bisa dikembangkan ke habitat baru.
Namun begitu, pihaknya terus berharap dukungan dari UBH. Karena, berkat dukungan UBH ini lah konservasi ikan bilih Danau Singkarak bisa berjalan sukses, sesuai dengan ekspektasi PT Semen Padang sebagai perusahaan semen yang peduli terhadap lingkungan, termasuk ikan bilih endemik di Danau Singkarak.
"Terima kasih UBH. Mudah-mudahan, apa yang telah dilakukan ini dapat membantu menyelamatkan ikan bilih dari kepunahan, dan selanjutnya dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, sebagai mata pencaharian. Mari kita jaga bersama Danau Singkarak beserta keanekarahaman hayati di dalamnya, demi anak cucu kita," ujarnya.
Sementara itu, Rektor UBH Tafdil Husni mengucapkan terima kasih kepada PT Semen Padang yang telah melibatkan UBH dalam konservasi ikan bilih. Karena, bagi UBH sendiri, keterlibatan dalam konservasi ikan bilih merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Ia berharap sinergi UBH, khususnya LPPM melalui Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan PT Semen Padang ini dapat terus berlanjut dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat, seperti masyarakat nelayan di Danau Singkarak ini.
"Di Sumbar, hanya UBH yang memiliki Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan fakultas ini tentunya menjadi potensi bagi UBH untuk pemberdayaan masyarakat nelayan di Danau Singkarak. Seperti konservasi ikan bilih bersama PT Semen Padang ini misalnya, dapat memberikan manfaat dalam pemberdayaan masyarakat," katanya.
Sebagai contohnya, sebut Tafdil, dalam penebaran ikan bilih di habitat Danau Singkarak ini. Jika dari ribuan ekor ikan bilih ini ada yang betina sebanyak 400 ekor misalnya, maka ketika bertelur ikan bilih betina tersebut akan menghasilkan telur sebanyak 2,4 juta.
"Bayangkan bagaimana besarnya dampak dari penebaran ikan bilih ini. Namun dengan catatan, masyarakat nelayan tidak boleh mengeksploitasi ikan bilih secara besar-besaran. Salah satunya, tidak boleh menangkap dengan bagan. Para nelayan Danau Singkarak diharapkan juga meniru apa yang dibuat Pemerintahan Nagari Sumpur, dalam menjaga kelestarian ikan bilih," katanya mengingatkan.
Kepala Unit CSR PT Semen Padang Rinold Thamrin menyebut bahwa konservasi ikan bilih yang dilakukan PT Semen Padang merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan melalui Pilar Lingkungan. Konservasi ikan bilih ini dimulai sejak awal tahun 2018, namun pada saat itu belum terarah dan sistematis.
Kemudian pada bulan Juli di tahun yang sama, PT Semen Padang melakukan kerjasama dengan UBH untuk konservasi ikan bilih secara ex-situ di sungai area Kehati PT Semen Padang. Selanjutnya dari tahun 2019/2020 berhasil dilakukan pembiakan secara alami di sungai tersebut.
Namun dari hasil monitoring dan evaluasi, diketahui bahwa tim Kehati PT Semen Padang kesulitan untuk mendeteksi populasinya. Akhirnya, pada tahun 2020, dimodifikasilah kolam di kawasan D1 PT Semen Padang menjadi replikanya Danau Singkarak dengan membuat area pemijahan di sekitar kolam.
Pada tahun tersebut, Kehati pun menebar ikan bilih di kolam yang kadar airnya, sesuai dengan hasil identifikasi di Sungai Kehati. Pada tahun 2021, dipeliharalah ikan bilih dengan menyediakan pakan, dan berlanjut pada skala labor di hatchery PT Semen Padang, melakukan pembesaran dan penyediaan pakan larva dan benih ikan bilih.
"Total bilih yang dikonservasi dari Danau Singkarak berjumlah sekitar 1.300 ekor. Alhamdulillah dari konservasi yang dilakukan, jumlahnya sudah ribuan ekor. Program ini akan tetap kita lanjutkan sampai tahun 2025 sesuai roadmap yang telah kita rencanakan dengan target, membuat habitat baru di lubuk larangan dengan melibatkan masyarakat. Pada tahun ini, kami juga akan melakukan konservasi in-situ menggunakan rumpon," katanya.
Wali Nagari Sumpur, Ade Hendrico ST Datuk Sari Pado Nan Ketek mengucapkan terima kasih kepada PT Semen Padang dan UBH yang telah ikut serta berkontribusi dalam melestarikan ikan bilih melalui konservasi. Di mana, hasil dari konservasi itu diwujudkan dalam penebaran hasil pembenihan ikan bilih ke habitat Danau Singkarak.
Untuk itu, mewakili masyarakat Nagari Sumpur, dia mengucapkan terima kasih kepada PT Semen Padang dan UBH yang turut peduli pada ikan bilih yang terancam punah. Karena memang di Danau Singkarak ini hanya Nagari Sumpur lah yang hingga kini masih melestarikan ikan bilih.
"Bahkan, jika ada masyarakat atau nelayan yang menangkap ikan bilih menggunakan bagan, dan peralatan lain yang berdampak kepada kepunahan ikan bilih, akan kami denda. Aturan ini ada pada Pernag Sumpur," katanya.
Seperti diketahui bahwa ikan bilih Danau Singkarak merupakan jenis Mystacoleucus Padangensis dan satu-satunya di dunia. Ikan bilih ini berkerabat dekat dengan Genggehek (Mystacoleucus Marginatus ), atau Kapyah di Lampung, Lawak/Kalawak di Betawi, Wader, Wader Eco di Jawa, Keprek di Jatim, dan juga Regis di Sunda. Namun, Genggehek bertubuh lebih besar hingga 200 mm.
Pada tahun 1998, total produksi ikan bilih di Danau Singkarak sebesar 736,46 ton. Namun pada tahun 2003, produksinya mengalami penurunan hingga 50 persen, atau lebih kuang 352,3 ton. Penurunan produksi ikan bilih itu terus berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya.
Adapun, Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah mengapresiasi upaya PT Semen Padang yang telah sukses mengkonservasi ikan bilih Danau Singkarak. Kesuksesan tersebut, kata Mahyeldi, dibuktikan dengan penebaran 4.000 ekor ikan bilih hasil pembenihan yang dilakukan PT Semen Padang ke habitatnya di Danau Singkarak.
"Saya salut dan apresiasi PT Semen Padang. Saya menilai PT Semen Padang tidak hanya sukses memproduksi semen, tapi juga sukses mengkonservasi ikan bilih Danau Singkarak," kata Mahyeldi saat acara penebaran hasil pembenihan ikan bilih ke habitatnya di Danau Singkarak, Senin (21/3/2022).
Penebaran hasil pembenihan ikan bilih tersebut, dilakukan di Nagari Sumpur, Kecamatan Batipuh Selatan, Tanah Datar. Selain gubernur, penebaran ikan endemik Danau Singkarak itu juga dilakukan oleh Plt. Dirut PT Semen Padang, Asri Mukhtar Dt Tumangguang, dan Rektor Universitas Bung Hatta (UBH) Tafdil Husni.
Selain itu, juga dihadiri Staf Khusus Menteri Investasi Isnaldi, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumbar Desniarti, Bupati Tanah Datar yang diwakili Kepala Dinas Pangan dan Perikanan Suhermen, Camat Batipuh Selatan, Benny Yohendri, dan Wali Nagari Sumpur, Ade Hendrico ST Datuk Sari Pado Nan Ketek.
Kemudian dari UBH, juga hadir Ketua Lembaga Penelitian Pengabdian pada Masyarakat Azritaz, dan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Hafrijal Syandri.
—