Langgam.id – Kasus HIV/AIDS di Kota Padang terus menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan. Sepanjang tahun 2025, tercatat ada 192 kasus baru, sehingga total kasus mencapai 2.026. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 1.834 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Padang, dr. Dessy M. Siddik, membenarkan adanya kenaikan tersebut. Dari total kasus baru, sebanyak 173 kasus dialami laki-laki dan 19 kasus lainnya perempuan.
“Benar, tahun ini ada penambahan 192 kasus baru HIV/AIDS di Padang. Sebagian besar penderitanya laki-laki,” ujar dr. Dessy saat ditemui media di Gedung DPRD Kota Padang.
Ia menjelaskan, dominasi kasus pada laki-laki disebabkan oleh perilaku seksual berisiko yang menyimpang dari norma sosial. “Hubungan seksual menyimpang, seperti perilaku sesama jenis, menjadi salah satu faktor utama meningkatnya kasus pada pria,” katanya.
Untuk menekan laju penularan, Dinas Kesehatan terus melakukan penyuluhan, pemeriksaan kesehatan rutin, dan kampanye perilaku hidup sehat. Namun, Dessy mengakui perubahan perilaku masyarakat masih menjadi tantangan besar dalam upaya pencegahan.
Sosiolog Universitas Negeri Padang, Dr. Erianjoni, menilai peningkatan kasus HIV/AIDS di Padang disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut. Menurutnya, gaya hidup berisiko seperti seks bebas dan penggunaan narkoba suntik juga turut memperburuk keadaan.
“Rendahnya kepedulian sosial dan terbatasnya akses layanan kesehatan bagi kelompok rentan membuat penanganan HIV/AIDS belum optimal,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya sinergi lintas sektor antara pemerintah daerah, dinas kesehatan, dinas sosial, serta komunitas masyarakat. “Kolaborasi ini penting agar populasi kunci dapat lebih mudah mengakses layanan kesehatan, baik bagi yang sudah terinfeksi maupun yang berisiko tinggi,” jelasnya.
Erianjoni juga menyoroti meningkatnya perilaku sesama jenis di kalangan remaja dan pelajar sebagai salah satu faktor pemicu penyebaran HIV/AIDS di Padang. Ia menilai, peran tokoh adat dan agama menjadi penting untuk memperkuat nilai moral dan sosial masyarakat.
“Fenomena perilaku menyimpang ini sudah mulai merambah ke kalangan pelajar. Karena itu, peran niniak mamak, cadiak pandai, dan ulama sangat dibutuhkan untuk membentengi generasi muda,” tegasnya.
Ia juga meminta agar Pemerintah Kota Padang mengaktifkan kembali peran Dubalang Kota yang berfungsi menjaga keamanan dan ketertiban berbasis adat nagari. “Dubalang perlu melakukan pengawasan agar perilaku berisiko bisa dicegah sejak dini. Selain itu, para pekerja dunia malam juga harus lebih waspada karena termasuk kelompok yang rentan terpapar HIV/AIDS,” ujarnya.
Dengan peningkatan kasus yang terus terjadi, baik pemerintah maupun masyarakat diharapkan dapat memperkuat upaya pencegahan, memperluas edukasi, dan membangun kesadaran kolektif agar penularan HIV/AIDS di Kota Padang dapat ditekan.






