Langgam.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Solok mengakui ketersediaan tabung oksigen di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M Natsir minim. Hal ini diduga menjadi pemicu seorang pasien covid-19 di Solok ditolak dan akhirnya pihak keluarga memutuskan membawa ke Kota Padang.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Solok, Ardinal, dengan ketersediaan oksigen yang minim ini wajar pihak rumah sakit menolak pasien. Apalagi, keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) cukup tinggi.
"Wajar. Karena penuh, BOR capai 95 persen, tentu antri di rumah sakit. Kalau rumah sakit ini (RSUD M Natsir) saya tidak mengikuti," kata Ardinal dihubungi langgam.id, Kamis (12/8/2021).
Baca juga: Cerita Pasien Covid-19 Ditolak RS di Solok dan Tak Dapat Ambulans
Ardinal mengungkapkan, dari informasi yang didapatnya, kebutuhan oksigen di RSUD M Natsir dalam sehari mencapai 150 tabung. Sementara, yang tersedia hanya 60 tabung.
"Paling banyak untuk pasien covid-19. Kebutuhan untuk satu orang pasien 8 tabung. Kalau tempat tidur 34 yang operasional, terisi 28-30 tempat tidur sehari," jelasnya.
Terkait penolakan pasien, dia enggan berkomentar lebih banyak. Sebab, Dinas Kesehatan hanya fokus kepada pengobatan.
"Dinkes cuman banyak preemtif, kemudian 3T (tracking, treatment, testing). Kalau Dinkes khusus pengobatan. Dinkes hanya isolasi terpusat," ujarnya.
Ardinal juga tidak mengetahui bagaimana prosedur pengajuan ambulans untuk pasien. "Untuk teknis bisa konfirmasi ke pak direktur rumah sakit," tuturnya.
Sementara itu, Direktur RSUD M Natsir, Basyir Busnia saat dicoba dihubungi langgam.id, hingga berita ini ditayangkan yang bersangkutan belum memberikan respon.
Sebelumnya, seorang pasien positif covid-19 ditolak RSUD M Natsir, Rabu (11/8/2021). Padahal, pasien bernama Lasmina (68) ini dalam keadaan sesak napas dengan saturasi diangka 60.
Menurut salah seorang keluarga pasien, Riki, pihak rumah sakit menolak lantaran oksigen sedang kosong. Kemudian, disarankan untuk dilarikan ke rumah sakit di Kota Padang.
"Jadi kami pihak keluarga membawa beliau (orang tua) ke RSUD M Natsir untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif. Akan tetapi sesampainya di IGD petugas mengatakan klu oksigen sedang kosong dan menyarankan untuk dirujuk ke Padang," ujar Riki.
Saran untuk dirujuk ke Padang ini disetujui keluarga. Namun, kata Riki, saat ditanya soal fasilitas ambulans, pihak rumah sakit menjawab tidak bisa lantaran harus melalui prosedur.
"Paling cepat besok pagi baru ada ambulans kata petugas IGD. Petugas menyarankan segera membawa pasien dengan menggunakan mobil pribadi," jelasnya.
"Dan ketika kami meminta petugas untuk mendampingi kami dalam perjalanan ke Padang karena pasien harus menggunakan oksigen, lagi-lagi petugas tidak bersedia mendampingi pasien dan tidak ada memberikan surat rujukan pasien," sambung Riki.