Langgam.id - Sempat inflasi tipis bulan lalu, setelah beberapa bulan beruntun mengalami deflasi akibat dampak Covid-19, per September 2020 Sumatra Barat kembali mencatatkan deflasi sebesar 0,05 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat mencatat per September terjadi deflasi 0,05 persen, yang merupakan gabungan dua kota (Padang dan Bukittinggi) sebagai acuan ekonomi Sumbar.
"Yang dominan menghambat laju inflasi (pendorong deflasi) Sumbar selama September 2020 adalah tarif angkutan udara, jengkol, telur ayam ras, terong, cabai rawit, dan emas perhiasan," kata Pitono, Kepala BPS Sumbar, Kamis (1/10/2020).
Ia merinci sejumlah komoditas lainnya yang mendorong inflasi adalah bawang merah, daging ayam ras, bawang putih, cabai merah, jeruk, bayam, tomat, minyak goreng, ayam hidup, dan pepaya.
Jika dihitung dari awal tahun, maka Sumbar masih mencatatkan inflasi kalender sebesar 0,31 persen, dan inflasi tahunan year on year (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar 0,16 persen.
Adapun, BPS mencatat untuk Kota Padang sendiri terjadi deflasi 0,05 persen dan Kota Bukittinggi deflasi 0,01 persen. Dengan inflasi kalender Kota Padang tercatat 0,29 persen dan Bukittinggi 0,50 persen, dan inflasi yoy untuk Kota Padang 0,10 persen dan Kota Bukittinggi 0,62 persen.
Catatan langgam.id sepanjang tahun ini laju harga komoditas pokok di pasaran cenderung berfluktuasi sebagai dampak Covid-19 dan turunnya daya beli masyarakat. (HFS)