Langgam.id - PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumatra Barat alias Bank Nagari berhasil membukukan laba bersih Rp170 miliar atau tumbuh 9,5 persen pada semester pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perolehan laba tersebut masih cukup bagus di tengah seretnya kinerja perbankan akibat wabah Covid-19. Apalagi, pertumbuhan kredit perbankan juga mengalami perlambatan bahkan cenderung turun. Pada paruh pertama tahun lalu, laba bersih perseroan hanya Rp155 miliar.
"Alhamdulillah laba masih tumbuh cukup baik. Namun, secara umum pertumbuhan kinerja bank turut terpengaruh akibat Covid-19 terutama dalam penyaluran kredit ke masyarakat," kata Pemimpin Divisi Sekretaris Perusahaan Bank Nagari Yasrizal Idrus didampingi Kabag Humas dan CSR M Riza Harry Susanto, Rabu (29/7/2020).
Baca Juga: Ajukan Kredit di Bank Nagari, Ini Besaran Bunganya
Menurutnya, puncak pendemi yang terjadi pada April dan Mei lalu sangat berdampak terhadap kinerja bank. Ia mencontohkan pada bulan Ramadan dan Idul Fitri yang bertepatan pada masa puncak pandemi, biasanya penyaluran kredit meningkat karena debitur sektor perdagangan ingin menambah modal usaha dengan harapan konsumsi masyarakat meningkat. Namun karena pandemi dan pelaksanaan PSBB sektor usaha malah terpuruk yang diikuti seretnya penyaluran kredit perbankan.
Selain itu, juga sektor pariwisata dan turunannya seperti perhotelan, restoran, biro perjalanan, kuliner, dan usaha-usaha lainnya yang sebagian besar adalah debitur Bank Nagari juga ikut terdampak, sehingga penyaluran kredit menjadi terbatas dan berdampak terhadap perolehan laba bank.
"Ke depan, seiring dengan berlakunya era kenormalan baru, Bank Nagari tetap berupaya maksimal agar tetap memberikan kontribusi bagi perekonomian," katanya.
Baca Juga: Bank Nagari Klaim Sudah Restrukturisasi Kredit Senilai Rp1,37 Triliun
Adapun, laporan keuangan Bank Nagari per Juni 2020 mencatat aset mencapai Rp25,13 triliun atau tumbuh 2,8 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp24,43 triliun.
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 4,5 persen dari 17,98 triliun tahun lalu menjadi Rp18,79 triliun. Sedangkan penyaluran kredit mencapai Rp18,94 triliun atau hanya tumbuh 0,5 persen dari tahun lalu sebesar Rp18,93 triliun.
Sedangkan rasio kredit macet atau nonperforming loan (NPL) gross meningkat menjadi 3,63 persen dari tahun sebelumnya 3,21 persen, dan NPL nett naik menjadi 2,02 persen dari tahun lalu sebesar 1,71 persen. (*/HF)