Langgam.id - Meski masih dilanda pandemi dan dalam proses pemulihan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat aset perbankan di Sumatra Barat sepanjang 2021 tembus Rp71,71 triliun atau tumbuh 11,38 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp64,38 triliun.
Kepala OJK Perwakilan Sumbar Yusri mengatakan pertumbuhan aset perbankan Sumbar itu juga di atas angka nasional yang hanya tumbuh 10,26 persen. Namun, kontribusinya terhadap total aset perbankan nasional hanya 0,7 persen.
Yusri mengungkapkan menterengnya pertumbuhan aset perbankan Sumbar sejalan dengan pertumbuhan kredit yang mencapai 7,47 persen menjadi Rp60,27 triliun dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 7,44 persen menjadi Rp52,23 triliun.
"Secara umum kinerja perbankan Sumbar menunjukkan tren positif. Kredit bahkan tumbuh luar biasa, di atas pertumbuhan nasional yang hanya 5,5 persen. Ini juga menunjukkan geliat ekonomi Sumbar kian membaik, sehingga kreditnya meningkat," ujarnya, Jumat (28/1/2022).
Ia merinci, pertumbuhan itu berasal dari pertumbuhan perbankan syariah yang lebih menggeliat dengan pertumbuhan aset 14,12 persen menjadi Rp8,10 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,09 triliun.
Kemudian, pembiayaan tumbuh 16,65 persen menjadi Rp5,76 triliun dari tahun sebelumnya Rp4,94 triliun, dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 14,36 persen menjadi Rp7,5 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp6,56 triliun.
Sedangkan perbankan konvensional hanya mencatatkan pertumbuhan aset 7,98 persen menjadi Rp63,62 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp58,92 triliun. DPK tumbuh 6,4 persen dari Rp42,03 triliun menjadi Rp44,72 triliun, dan kredit tumbuh 6,55 persen menjadi Rp54,51 triliun dari tahun sebelumnya Rp51,16 triliun.
Yusri menyebutkan keberadaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Sumbar menjadi penopang pertumbuhan kredit yang signifikan di daerah itu.
Dari data OJK tercermin, penyaluran kredit produktif ke sektor perdagangan besar dan eceran merupakan yang tertinggi dengan nilai kredit sebesar Rp15,24 triliun atau tumbuh 12,88 persen, sektor pertanian perburuan dan kehutanan sebesar Rp9,06 triliun atau tumbuh 7,79 persen, dan sektor industri pengolahan sebesar Rp2,95 triliun atau tumbuh 11,77 triliun.
Selain itu, upaya pemulihan ekonomi Sumbar juga terlihat dengan tingginya pertumbuhan kredit modal kerja sebesar 11,61 persen menjadi Rp23,42 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp20.99 triliun.
Adapun, rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) perbankan Sumbar terjaga di angka hanya 1,88 persen, dan rasio intermediasi atau penghimpunan dana terhadap kredit loan to deposit ratio (LDR) sebesar 115,40 persen. Artinya, dana yang dikumpulkan perbankan Sumbar tidak cukup untuk memenuhi kredit dan pembiayaan di daerah itu, sehingga perbankan mendatangkan dana dari luar Sumbar.
—