Langgam.id - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdikti Saintek) terus menyeleksi lokasi pembangunan Sekolah Garuda baru. Sejumlah sekolah ditargetkan rampung dan siap beroperasi pada tahun ajaran 2026/2027.
Ada empat lokasi yang diprioritaskan selesai tahun depan, yaitu di Provinsi Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Tenggara.
Sementara pembangunan di lokasi lain akan dilakukan pada tahap kedua dengan target penyelesaian pada 2027.
Saat ini, proses peninjauan kesiapan masih berlangsung, termasuk di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat dan Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah yang masuk dalam daftar calon lokasi Sekolah Garuda.
“Kalimatan Tengah masuk lima besar. Peluangnya cukup besar. Tentu setelah kita meninjau lokasi kita akan menyiapkan laporan yang bisa menjadi dasar rasionalisasi dalam menentukan lokasi. Jika Pak Menteri dan Pak Presiden setuju, (lokasi) ini bisa menjadi pilihan,” kata Wakil Menteri Dikti Saintek, Stella Chirstie, usai mengecek lokasi calon Sekolah Garuda di Katingan Hilir, Kalimantan Tengah, Jumat (12/9/2025).
Kemdikti Saintek menerapkan mekanisme seleksi yang transparan dalam memilih lokasi Sekolah Garuda baru. Proses ini melibatkan usulan dari pemerintah daerah di seluruh Indonesia, dengan penilaian berbasis pada kesiapan wilayah, potensi sumber daya, serta komitmen pemerintah daerah mendukung program Presiden Prabowo Subianto.
Stella mengungkapkan bahwa pemerintah bergerak cepat dalam memutuskan lokasi yang akan dijadikan Sekolah Garuda.
“Karena sebelumnya sudah ditinjau oleh tim dan data-data sudah lengkap. Satu minggu paling lambat diputuskan,” tuturnya dilansir dari rilis Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO), Jumat (12/9/2025).
Terkait pembangunan, ia menambahkan, jika Kalimantan Tengah ditetapkan sebagai lokasi, maka pembangunan akan dilakukan pada tahap kedua yang ditargetkan rampung Juni 2027, dan sekolah resmi beroperasi pada tahun ajaran 2027–2028.
Ia menjelaskan bahwa Sekolah Garuda akan dibangun di atas lahan seluas 20 hektare, dengan 2 hektare digunakan untuk bangunan dan sisanya sebagai kawasan hijau.
“Kami ingin tetap ada kerja sama dengan masyarakat. Misalnya ada yang bisa dijadikan lahan perkebunan. Kami ingin ini menjadi satu konsep yang terpadu," ujar Stella.
Ia mencontohkan, di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara yang menjadi salah satu lokasi calon Sekolah Garuda. Pembangunannya ditargetkan selesai pertengahan 2026.
Di sana, menurut Stella, lahan sekitar sekolah akan difungsikan sebagai pusat riset kakao yang sebelumnya sempat terbengkalai.
“Kalau di Katingan, mungkin bisa dikembangkan untuk perkebunan durian. Katanya durian Katingan sangat enak. Tapi tentu harus dikaji oleh para pakar, yang sebagian besar ada di Universitas Palangkaraya,” sebutnya.
Ia berharap, kehadiran Sekolah Garuda tidak hanya mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang sains dan teknologi, tetapi juga mendorong pertumbuhan potensi daerah, perekonomian, dan pariwisata setempat.
Dalam Sidang Tahunan DPR/MPR, 15 Agustus lalu, Presiden Prabowo menegaskan bahwa 20 Sekolah Unggulan Garuda Baru dan 80 Sekolah Unggulan Garuda Transformasi segera beroperasi.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya mencetak calon pemimpin masa depan sekaligus mengatasi ketertinggalan Indonesia di bidang sains dan teknologi. (*)