Langgam.id - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto ungkap penyebab kekalahan partainya pada Pemilu 2019 di Sumatra Barat. Hal itu kata Hasto, tidak terlepas dari peta pertarungan yang terbelah.
Lebih spesifik Hasto mengatakan, hal itu terjadi karena adanya indikasi politik identitas. Namun ia tidak menyebut pihak mana yang menggalakkan politik identitas. Atau politik identitas seperti apa yang membuat PDI Perjuangan kehilangan suara di Sumatra Barat.
Hal ini diungkapkan Hasto saat menjawab pertanyaan awak media usai memberi kuliah umum di Universitas Andalas, Rabu (5/7/2023).
Namun ia menerangkan, sehabis kekalahan di Pemilu 2019, baik pada pemilihan Presiden maupun pemilihan anggota legislatif, partainya telah melakukan evaluasi dan perbaikan kedepan.
Tangan kanan Megawati itu menyebut ada bentuk pendekatan baru yang coba mereka lakukan untuk merebut suara pemilih di Sumatra Barat.
"Kami kemudian mengubah, bahwa pendekatan kultural itu suatu hal yang sangat penting, pendekatan kebudayaan juga sangat penting. Kami mengangkat berbagai hal, aspek-aspek penting dari Ranah Minang ini kedepan," tutur Hasto.
Bahkan dirinya mengatakan ada pendekatan khusus yang dilakukan oleh PDIP. Ditarik dari akar Ketua Umum mereka Megawati Soekarnoputri yang memiliki akar sebagai orang Minang.
"Semua kita lakukan pendekatan khusus, kan kita lihat Bu Mega juga memiliki akar darah di Minang, Fatmawati, Mbak Puan, kemudian rekam jejak itu sangat banyak, rekam jejak yang menyatukan. Inilah yang terus digali PDIP," ucapnya.
Disisi lain, partai berjuluk "Banteng Merah" itu, walaupun kalah telak di Sumatra Barat pada kontestasi yang lalu, tetap melihat Sumbar masih menjadi negeri yang luar biasa.
"Sumbar ini negeri yang mampu menghasilkan pemimpin yang memberikan direction bagi masa depan, pemimpin yang mencerahkan, pemimpin cendikiawan, tapi juga memiliki tradisi spiritualitas dan nilai kejujuran yang sangat baik," katanya.
Ide-ide, pikiran-pikiran, serta gagasan-gagasan dari masyarakat Sumbar itulah yang juga tengah digali lebih dalam oleh PDIP.
"Dengan menggali pikiran Bung Hatta, kami mengadakan pekan Bung Hatta, kami menggali pemikiran Haji Agus Salim, Natsir dengan Mosi Integralnya. Ternyata luar biasa Sumatra Barat ini," ucap Hasto.
Menurutnya, PDIP tidak mau terlalu muluk-muluk menilai pilihan masyarakat Sumbar. Ia mengatakan, kalau persoalan pilihan, mereka menyerahkan sepenuhnya pada masyarakat.
"Persoalan mau dipilih atau tidak, itu hal yang lain. Yang penting kita bekerja sebaik-baiknya, turun ke bawah, seperti Presiden Jokowi. Meskipun beliau tidak menang di sini, tapi beliau juga membangun Sumatra Barat," ujar Hasto.
Bagi PDI Perjuangan lanjut Hasto, yang paling penting bukanlah soal menang kalah dalam kontestasi. Tapi bagaimana PDIP, ketika sampai di Padang, dapat menggali pemikiran-pemikiran dari pada tokoh bangsa yang lahir di Ranah Minang ini. (yki)