Langgam.id - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berupaya memulihkan kondisi lingkungan 15 danau di Indonesia. Dari jumlah tersebut, termasuk Danau Maninjau di Kabupaten Agam, Sumatra Barat (Sumbar).
Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan, salah satu masalah utama Danau Maninjau adalah akumulasi sedimen yang sudah tinggi selama 12 tahun terakhir. "Jumlahnya mencapai 50,8 juta meter kubik," katanya, sebagaimana dilansir siaran pers Humas KLHK, Kamis (17/1/2019).
Laju pertambahan sedimen, menurutnya, mencapai 5 cm per tahun. "Meliputi luasan 3,66 kilometer persegi pada tepi-tepi Danau Maninjau."
Menurut Siti, saat ini sedang dikaji untuk melakukan penyedotan sedimen dengan pipa. "Untuk dipindahkan ke dumping-dumping area yang memungkinkan seperti ke area sawah, permukiman, atau tepi-tepi jalan," katanya.
Hal lain yang jadi masalah, penurunan kualitas air Danau Maninjau. Laju penurunan kualitas air sudah diamati sejak 2005. Hasil kajian berupa parameter trofik yang semakin meningkat dan kecerahan air yang semakin menurun.
"Di Danau Maninjau teknologi yang digunakan berupa Ultrafine bubble dan Wetlands terapung. Seperti, yang dulu digunakan untuk membersihkan tumpahan minyak di Balikpapan," ujar Menteri Siti.
Dengan teknologi Ultrafine bubble akan dihasilkan gelembung ukuran nano. Gelembung ini tersusun atas materi ozon dan oksigen. Ia dapat mengurai bau dan sampah organik, membunuh bakteri patogen, menambah kadar oksigen terlarut dan menghidupkan bakteri aerob.
"Dengan teknologi ini dapat meningkatkan kualitas air Danau Maninjau seluas 2.500 m2 atau 20 meter radius alat," katanya.
Selain memaparkan secara khusus kondisi Danau Maninjau, Menteri Siti juga menjelaskan upaya yang dilakuka untuk memulihkan lingkungan Danau Toba.
Upaya memulihkan kondisi lingkungan di 15 danau prioritas itu, sesuai target pemulihan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019. (HM)