Langgam.id - Jagat dunia media sosial belakang dihebohkan dengan aksi preman di area PT Semen Padang yang mengaku bernama Izet. Pemalakan dan pemukulan yang dilakukannya terhadap sopir truk terekam dan tersebar menajadi viral.
Menurut Sosiolog dari Universitas Negeri Padang (UNP), Erian Joni, aksi premanisme terjadi karena salah satu kejahatan yang sulit diberantas. Hal ini lantaran sejalan dengan dinamika masyarakat.
"Kalau masyarakat dinamika ekonominya buruk, maka premanisme akan hidup. Kemudian kedua premanisme itu kita lihat sebagai sebuah gejala yang semuanya tidak bisa diungkap," kata Erian dihubungi langgam.id, Selasa (13/7/2021).
Baca juga: Viral Pemalakan Sopir Truk, PT Semen Padang Ingin Pelaku Cepat Ditangkap
Ia menyebutkan, aksi premanisme tidak bisa diungkap karena sejalan dalam berbagai aktivitas masyarakat. Seperti di Kota Padang, premanisme kerap terjadi di Pasar Raya, terminal angkot hingga lokasi bongkar muat.
"Itu terjadi premanisme. Jadi karena premanisme bagian yang salah satu kejahatan sulit diberantas karena berhubungan banyak faktor, ya," jelas Erian.
"Faktor ekonomi, lemahnya pengendalian aparat, maka premanisme tetap ada. Aksi premanisme tidak dilakukan hanya satu orang, biasanya berkelompok," sambungnya.
Erian menyarankan agar kasus ini tidak terulang maka perlu kerja sama semua pihak. Salah satunya, seperti pihak perusahaan yang memberikan rasa aman bagi para sopir truk.
"Karena para sopir truk merupakan bagian dalam proses produksi perusahaan. Jangan mengandalkan kepolisian sektor itu saja. Kemudian polisi harus mendeteksi titik-titik yang ada preman. Sistem intelijen polisi harus ditingkatkan," tegasnya.
Kemudian, kata dia, efek jera bagi premanisme harus ditegaskan. Pelaku-pelaku premanisme tidak hanya diberikan pengarahan, namun mestinya dapat dipidanakan.
"Efek jera harus jelas. Preman ditangkap, belum kelihatan dipidanakan. Dirazia, lalu diberikan wejangan (arahan). Harusnya kalau sudah ada dilaporkan harus serius membawa ke meja hijau. Kalau hanya untuk dirazia, diberikan wejangan lalu dilepas maka tidak efektif," tuturnya.
Seperti diketahui, aksi pemalakan dan kekerasan ini direkam korban serta videonya viral di media sosial. Dari video berdurasi 4 menit 37 detik itu kemudian diupload di akun Facebook bernama Galigaman Sangir.
Tampak seorang pria yang merupakan preman memakai kemeja warna dongker berpadu kaos putih berdiri di pintu kemudi. Preman yang mengaku bernama Izet tersebut langsung mengeluarkan kata-kata kotor bahasa Minang, kemudian juga memukul sopir. Sang sopir juga sempat menanyakan apa permalasahan yang terjadi.
"Ndak ado urang yang ndak amuah agiah pitih ka den di siko dek ang (tidak ada orang yang tidak mau memberi uang ke saya di sini, jelas kamu," kata preman kepada sopir truk dengan nada keras di dalam video tersebut.
Si sopir di dalam video sempat memohon dan menjelaskan kepada 'preman Izet' bahwa uang yang tersisa hanya untuk perjalanan dari Padang ke Pekanbaru. Setelah menjelaskan uang tersisa hanya Rp500 ribu, preman itu malah kembali mengeluarkan kata-kata kotor.
Sang sopir juga kembali mendapatkan tamparan dan baju ditarik untuk diminta turun dari kemudi. Si preman mengaku meminta uang untuk membeli minuman keras.
"Astagfirullah, ndak do pitih do, da. Payah ngecek jo, uda. Ko pitih ketek ado nyo, da. Rp10 ribu nyo. (Astagfirullah, tidak ada uang lagi bang. Susah ngomong sama, abang. Ini uang kecil ada cuman, bang. Rp10 ribu cuman," kata si sopir.
Meski sudah berniat memberikan uang Rp10 ribu, Izet ini malah kembali meminta uang tambahan dengan besaran yang sama. Sang sopir tampak mencari uang lagi yang ada di sela-sela kemudi.
Dalam video itu, sopir sempat menanyakan kalau setiap masuk terus diminta uang. Preman pun menjawab bukan setiap masuk, namum ketika ingin minum (minuman keras). Preman ini mengaku dirinya brata meminta kepada sopir lainnya. (Irwanda/ABW)