Roemah Djoeang Mr. Sjafruddin Prawiranegara Dibangun di Limapuluh Kota

Roemah Djoeang Mr. Sjafruddin Prawiranegara Dibangun di Limapuluh Kota

Suasana peletakan batu pertama pembangunan Roemah Djoeang Sjafruddin Prawiranegara (Foto: Humas Pemprov Sumbar)

Langgam.id - Pembangunan Replika Roemah Djoeang (Rumah Juang) Mr. Sjafruddin Prawiranegara, pemimpin Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dimulai. Pembangunan itu ditandai dengan peletakan batu pertama di Mudiak Dodok, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota, Selasa (2/8/2020).

Peletakan batu pertama dilakukan oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit dan didampingi Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Riki Saputra. "Beliau memiliki dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas. Sikap tersebut patut kita tiru, beliau sosok yang bersih dari korupsi, terlihat dari kehidupannya yang relatif miskin. Ini yang harus menjadi contoh kepada anak bangsa," katanya lewat keterangan tertulis, Rabu (2/8/2020).

Ia mengatakan, pembangunan perumahan diinisiasi oleh Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Tujuannya adalah ntuk mengingat kembali perjuangan Mr Sjafruddin Prawiranegara mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI), yang tidak dimiliki oleh para pendiri bangsa dan negara lainnya.

Mr. Sjafruddin Prawiranegara memimpin Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) sejak 19 Desember 1948, saat tentara Belanda melancarkan Agresi Militer II dengan memborbadir Yogyakarta dan Bukittinggi. Sejarawan Mestika Zed dalam Buku "Somewhere in The Jungle: Pemerintah Darurat Republik Indonesia" (1997) menulis, pusat pemerintahan darurat itu berpindah-pindah sejak Bukittinggi jatuh ke tangan Belanda.

Baca Juga: Teror Cocor Merah di Langit Bukittinggi, Hitungan Jam Jelang PDRI

Mulai dari Halaban (Limapuluh Kota), sempat ke Bangkinang dan sejumlah daerah yang sekarang masuk Provinsi Riau, Sungai Dareh (Dharmasraya), Abai Sangir dan Bidar Alam (Solok Selatan), Silantai dan Sumpur Kudus (Sijunjung), Koto Tinggi (Limapuluh Kota) dan berakhir di Padang Jopang (Limapuluh Kota). Sebelum mandat diserahkan Mr. Sjafruddin di Yogyakarta pada 13 Juli 1949. Dua nagari paling lama ditempati Sjafruddin dan kabinet PDRI adalah Bidar Alam (di awal PDRI) dan Koto Tinggi (di akhir PDRI). (*/Rahmadi/HM)

Baca Juga

Debat publik pertama calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2024 berlangsung di Gedung Lubuak Simato Convention Center
Debat Publik Calon Bupati Limapuluh Kota Sigi Kepentingan Negara dan Masyarakat Adat yang Sering Berbenturan
M. FAJAR RILLAH VESKY
Kado Mahkamah Agung untuk DPRD: Dari Lumpsump Kembali  At Cost
Asysyfa Maisarah, Anak Buruh Tani Asal Limapuluh Kota Merajut Mimpi di UGM
Asysyfa Maisarah, Anak Buruh Tani Asal Limapuluh Kota Merajut Mimpi di UGM
Ramly Syarif Dt. Gindak Simano, warga Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat (Sumbar) kecewa dan
Truk Dirampas Debt Collector Tanpa Prosedur, Warga Limapuluh Kota Lapor Polisi
Aku berjalan kaki sepanjang jalan Koto Gadang, Nagari Maek, suatu pagi ketika udara terasa sejuk di kulit dan wajah Bukik Posuak masih
Rumah Gadang Terakhir di Maek: Sepasang Tingkap Menanti Anak-anak Pulang
Bupati Limapuluh Kota Salurkan Bantuan Rp100 Juta untuk Korban Galodo Tanah Datar
Bupati Limapuluh Kota Salurkan Bantuan Rp100 Juta untuk Korban Galodo Tanah Datar