Review Buku The Interpersonal Communication Book, Persepsi Diri dan Komunikasi Antarpribadi

Review Buku The Interpersonal Communication Book, Persepsi Diri dan Komunikasi Antarpribadi

Buku The Interpersonal Communication Book. (Foto: Ist)

The Interpersonal Communication Book, Global Edition karya Joseph A. DeVito adalah buku yang membahas komunikasi interpersonal secara mendalam dan komprehensif. Buku ini telah menjadi salah satu referensi utama dalam bidang komunikasi karena penyajiannya yang jelas, berbasis penelitian, dan relevan dengan konteks global. Salah satu bab yang sangat menarik adalah Bab 3 yang fokus pada persepsi diri dan bagaimana persepsi ini memengaruhi komunikasi antarpribadi. Bab ini mengajak kita untuk lebih memahami diri sendiri, karena pemahaman ini memengaruhi cara kita berkomunikasi dengan orang lain.

1. Persepsi Diri dan Dampaknya dalam Komunikasi

Persepsi diri adalah cara kita melihat dan menilai diri sendiri, yang terbentuk dari berbagai pengalaman hidup, lingkungan sosial, serta umpan balik dari orang-orang di sekitar kita. Bab 3 mengungkapkan bahwa persepsi diri memengaruhi hampir semua aspek komunikasi kita, mulai dari cara kita berinteraksi dengan orang lain, bagaimana kita merespons berbagai situasi, hingga bagaimana kita menafsirkan pesan dari lawan bicara.

Dalam konteks komunikasi interpersonal, persepsi diri yang sehat memungkinkan kita berinteraksi dengan lebih percaya diri, terbuka, dan jujur. Sebaliknya, persepsi diri yang negatif bisa menyebabkan kita merasa cemas, tidak nyaman, atau bahkan terkesan defensif saat berkomunikasi. DeVito menjelaskan bahwa komunikasi yang efektif membutuhkan kesadaran penuh tentang persepsi diri. Artinya, kita perlu paham bagaimana citra diri kita memengaruhi respons kita dalam percakapan dan hubungan sosial.

Salah satu contoh yang dijelaskan dalam bab ini adalah bagaimana orang dengan persepsi diri rendah cenderung lebih tertutup dan menghindari percakapan yang membutuhkan pengungkapan diri. Mereka juga lebih sensitif terhadap kritik atau saran dari orang lain. Sebaliknya, orang dengan persepsi diri yang positif lebih terbuka terhadap kritik membangun dan lebih percaya diri dalam mengekspresikan pikiran mereka. Bab ini mengajarkan bahwa memahami dan menerima diri sendiri adalah kunci untuk komunikasi interpersonal yang efektif.

2. Proses Persepsi Diri: Self-Concept, Self-Awareness, dan Self-Esteem

Bab 3 membedah persepsi diri ke dalam tiga komponen utama: self-concept, self-awareness, dan self-esteem. Ketiga konsep ini membantu pembaca memahami bagaimana diri mereka terbentuk dan bagaimana hal tersebut tercermin dalam komunikasi sehari-hari.

Self-Concept: Ini adalah citra atau persepsi kita tentang siapa diri kita. DeVito menjelaskan bahwa self-concept dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, harapan kita, serta pandangan orang lain terhadap kita. Persepsi diri sering kali merupakan cerminan dari apa yang dikatakan orang lain tentang kita atau bagaimana kita diperlakukan. Konsep ini sangat penting karena mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain—apakah kita merasa cukup layak, kompeten, dan diterima dalam lingkungan sosial kita atau tidak.

Self-Awareness: Sadar diri (self-awareness) berarti memahami bagaimana perasaan, pikiran, dan tindakan kita memengaruhi orang lain. Bab ini menekankan pentingnya self-awareness dalam komunikasi, karena individu yang sadar diri mampu mengendalikan emosi, memahami respons mereka sendiri, dan menyadari dampak dari tindakan mereka pada orang lain. Ketika seseorang memiliki self-awareness yang tinggi, mereka dapat berkomunikasi dengan lebih efektif karena mereka tahu kapan harus mendengarkan, kapan harus berbicara, dan bagaimana mengekspresikan diri mereka dengan tepat.

Self-Esteem: Ini adalah bagaimana kita menilai diri sendiri—apakah kita merasa diri kita berharga atau tidak. Menurut DeVito, self-esteem yang tinggi memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan lebih percaya diri dan terbuka. Sebaliknya, self-esteem yang rendah sering kali menyebabkan kecemasan dan rasa kurang aman dalam komunikasi. DeVito menekankan pentingnya meningkatkan self-esteem melalui penerimaan diri, pengakuan atas keberhasilan, dan upaya untuk memperbaiki kelemahan tanpa menyalahkan diri sendiri secara berlebihan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Diri

Bab 3 juga menggali faktor-faktor yang membentuk dan memengaruhi persepsi diri kita. Faktor-faktor ini termasuk pengalaman hidup, pengaruh budaya, gender, serta umpan balik dari orang-orang di sekitar kita.

Pengalaman Hidup: Setiap pengalaman yang kita alami, baik positif maupun negatif, berkontribusi pada pembentukan persepsi diri kita. Misalnya, seseorang yang sering mendapatkan pengakuan atas prestasi mereka mungkin akan mengembangkan persepsi diri yang positif. Sebaliknya, pengalaman-pengalaman negatif seperti penolakan atau kegagalan dapat merusak citra diri.

Pengaruh Budaya: Budaya memiliki peran besar dalam membentuk bagaimana kita melihat diri sendiri. DeVito menjelaskan bahwa dalam beberapa budaya, penekanan lebih diberikan pada kerendahan hati dan pengendalian diri, sementara budaya lain mungkin lebih mendorong pengakuan diri dan kepercayaan diri. Misalnya, budaya kolektivis seperti di Asia cenderung menekankan keharmonisan kelompok dan sering kali memprioritaskan kelompok di atas individu, yang bisa memengaruhi persepsi diri seseorang dalam konteks sosial.

Gender: Bab ini juga mengeksplorasi bagaimana peran gender dapat mempengaruhi persepsi diri. Stereotip gender, baik secara sadar maupun tidak, sering kali membentuk cara individu melihat diri mereka dan berperilaku dalam komunikasi interpersonal. Misalnya, norma sosial yang mengharapkan pria untuk lebih tegas atau dominan bisa mempengaruhi bagaimana pria memandang diri mereka dalam percakapan, sementara wanita mungkin merasa ditekan untuk lebih pasif atau mendukung.

Umpan Balik dari Orang Lain: Salah satu faktor yang sangat penting dalam membentuk persepsi diri adalah umpan balik yang kita terima dari orang lain. Kritik atau pujian dari orang tua, teman, pasangan, atau bahkan rekan kerja bisa sangat memengaruhi bagaimana kita menilai diri sendiri. DeVito menekankan bahwa umpan balik yang positif dan konstruktif membantu membangun persepsi diri yang kuat dan sehat.

4. Komunikasi Antarpribadi dan Persepsi Diri

Salah satu poin menarik dari Bab 3 adalah bagaimana persepsi diri secara langsung memengaruhi komunikasi antarpribadi. Ketika kita memiliki persepsi diri yang positif, kita lebih cenderung terlibat dalam komunikasi terbuka, jujur, dan asertif. Di sisi lain, persepsi diri yang negatif dapat menyebabkan komunikasi yang terdistorsi, misalnya dengan menghindari konflik atau berkomunikasi secara pasif-agresif.

Bab ini juga memberikan tips praktis untuk meningkatkan persepsi diri dan, pada gilirannya, memperbaiki komunikasi interpersonal. Salah satu saran yang diberikan adalah meningkatkan self-awareness melalui refleksi diri secara rutin dan menerima umpan balik dengan lebih terbuka. Bab ini juga menekankan pentingnya mengelilingi diri dengan orang-orang yang mendukung dan memberikan umpan balik yang konstruktif.

5. Hal Menarik dalam Buku Ini

Salah satu aspek yang paling menarik dari buku ini adalah pendekatannya yang berlandaskan pada teori komunikasi yang dibarengi dengan contoh-contoh praktis dan aplikatif. DeVito tidak hanya memberikan teori tentang persepsi diri, tetapi juga bagaimana teori tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bab 3 secara khusus mengajak pembaca untuk melihat diri mereka sendiri dan memahami bagaimana mereka bisa lebih baik dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Selain itu, buku ini juga relevan secara global. DeVito mengakui bahwa persepsi diri dan komunikasi tidak bisa dipisahkan dari konteks budaya, sehingga buku ini sangat berguna bagi pembaca dari berbagai latar belakang. Bab ini membantu kita menyadari bahwa komunikasi yang efektif tidak hanya tergantung pada apa yang kita katakan, tetapi juga pada bagaimana kita memandang diri sendiri dan orang lain.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, Bab 3 dari The Interpersonal Communication Book, Global Edition memberikan wawasan yang kaya tentang bagaimana persepsi diri memengaruhi komunikasi antarpribadi. Buku ini mengajarkan kita bahwa pemahaman tentang diri sendiri adalah kunci untuk berkomunikasi dengan lebih baik, dan bahwa persepsi diri yang sehat akan membawa kita pada hubungan yang lebih bermakna dan efektif. DeVito berhasil menyajikan materi yang kompleks dengan cara yang mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Bab ini adalah bacaan yang sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang ingin memperbaiki kemampuan komunikasi interpersonal mereka, terutama dalam konteks budaya yang beragam.bab ini juga berguna tentang cara cara untuk meningkatkan harga diri dan percaya diri kita sendiri, serta cara mengelola pesan yang kita tinggalkan dalam interaksi sosial.

*Penulis: Facya Apriranda (Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas)

Baca Juga

Wakil Ketua DPRD Sumbar, M Iqra Chissa Putra melakukan reses masa sidang pertama tahun 2024-2025 di Piai Tangah, Kota Padang, pada Senin
Wakil Ketua DPRD Sumbar M Iqra Chissa Putra Serap Aspirasi Warga Piai Tangah Padang
Anugerah Siddhakarya Sumbar 2024, Plt Gubernur Audy Berharap Pusat Terus Bekali Angkatan Kerja di Sumbar dengan Skil Khusus
Anugerah Siddhakarya Sumbar 2024, Plt Gubernur Audy Berharap Pusat Terus Bekali Angkatan Kerja di Sumbar dengan Skil Khusus
UIN Imam Bonjol Padang memberikan apresiasi kepada mahasiswa terbaik untuk melanjutkan kuliah tingkat magister selamat empat semester
UIN IB Padang Beri Apresiasi Bagi Mahasiswa Terbaik Dapat Beasiswa S2
Universitas Islam Negeri (UIN )Imam Bonjol Padang bakal melahirkan sebanyak 1.428 wisudawan dan wisudawati.
UIN Imam Bonjol Padang Akan Mewisuda 1.428 Lulusan
Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol menggelar hari kedua wisuda ke-92 dengan khidmat. Sebanyak 519 wisudawan dari
Hari Kedua Wisuda ke-92, UIN Imam Bonjol Padang Luluskan 519 Mahasiswa
Plt Gubernur Sumbar Dampingi Menteri Kebudyaan Fadli Zon Resmikan Museum Sastra Indonesia
Plt Gubernur Sumbar Dampingi Menteri Kebudyaan Fadli Zon Resmikan Museum Sastra Indonesia