Ramadan, Virus, Vaksin dan Residu

Ramadan, Virus, Vaksin dan Residu

Rezki Rifai

Ada yang berbeda Ramadan tahun ini dibanding 2 tahun belakangan. Sekarang sudah hampir kembali seperti tahun 2019, walaupun masih dihimbau untuk menjaga protokol kesehatan. Ramadan 2020 dan 2021 mungkin merupakan episode terkelam bagi umat Islam yang hidup di akhir zaman ini.

Akibat virus covid 19 menyerang Indonesia di pertengahan Maret 2020, semua sendi kehidupan termasuk keagamaan terguncang. Masjid yang biasanya berisi jamaah salat Isya dan Tarawih, berubah sepi dikarenakan pemburukan akibat virus ini. Jangankan salat Isya dan Tarawih, salat Jumat bahkan salat Idul Fitri saja tidak dilakukan di masjid atau lapangan.

Semua salat dilakukan di rumah. Positifnya adalah, Bapak sebagai kepala keluarga kembali menjadi mam di setiap rangkaian salat. Otomatis ini meningkatkan kemampuan tahfiz kepala keluarga walaupun kadang ayatnya seputar 3 surat terakhir di Al Quran ditambah Al Kautsar dan Al Ashr. Tapi inipun sudah sudah lumayan, minimal bisa mengasah kemampuan untuk menjadi imam salat.

Di tahun 2021 sudah mulai ada pelonggaran terhadap aturan berkumpul dimasa Covid 19. Salat berjamaah di masjid sudah boleh dilaksanakan walaupun dibatasi sebanyak 50% dari kapasitas masjid serta masing – masing jamaah berjarak 1 meter dan tetap memakai masker. Salat Jumat dan Id pun sudah bisa dilaksanakan dengan berpedoman aturan tersebut di atas.

Alhamdulillah, semenjak ditemukannya vaksin untuk Covid 19 ini, baik Sinovac, Pfizer, Modena, Astrazeneca ataupun merek lain, kehidupan mulai perlahan menunjukan perbaikan. Walaupun tetap dianggap kontroversi tetapi untuk kemaslahatan serta ikhtiar, masyarakat mulai berbondong – bondong untuk menerima vaksin.

Hampir semua kantor baik pemerintah, BUMN/D atau swasta berjibaku untuk menggelar vaksin massal. Yang paling signifikan hasilnya adalah Gerakan Sumbar Sadar Vaksin yang dilaunching oleh Polda Sumbar. Hampir setiap hari didepan Mapolda Sumbar dilaksanakan pemberian vaksin gratis bagi masyarakat umum.

BRI RO Padang tempat penulis bekerja pun selalu terlibat aktif dalam menggelar vaksin ini. Mulai bersama dengan program Institusi Jasa Keuangan, Lantamal II hingga pelaksanaan secara mandiri yang dipusatkan di Campus BRI Padang Pasar Baru. Selain bagi pekerja dan keluarganya, BRI membuka diri bagi seluruh masyarakat yang ingin divaksin. Kegiatan ini selalu didukung oleh Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Kesehatan.

Booster (vaksin ke 3) pun telah massif diberikan kepada masyarakat. Memang sebagai program pemerintah untuk mempercepat pemulihan, hampir semua urusan terkait pemerintahan diwajibkan untuk memperlihatkan sertifikat vaksin. Yang paling ketat adalah bepergian dengan pesawat udara, banyak dokumen yang harus disiapkan sebelum berangkat.

Pusat perbelanjaan baik di ibukota ataupun kota – kota di daerah sudah mulai menggeliat kembali walaupun tetap dengan standar protokol ketat. Hampir semua pengguna gadget yang berumur diatas 12 tahun diwajibkan menggunakan aplikasi Peduli Lindungi. Karena secara online semua data yang diisi otomatis akan terkoneksi kepada pihak terkait yang bertanggung jawab dalam pengendalian Covid 19.

Yang menarik adalah pihak – pihak yang masih belum move on alias masih menyimpan residu pilpres serta pilkada. Terjadi banyak penolakan serta cenderung menganggap virus dan vaksin ini merupakan sebuah konspirasi global. Entah dari mana asal muasal pernyataan ini. Sampai negara adidaya sekelas Amerika Serikat serta Uni Eropa saja terkongkang akibat serangan virus ini, bahkan banyak pihak yang menyamakan Covid ini serupa dengan flu Spanyol dahulu.

Ketika pemerintah mengeluarkan aturan, para pihak yang masih saja tersisa residu tersebut membuat gerakan penolakan. Aneh saja padahal. Pihak terkait pilpres sendiri sudah saling bersinergi dengan masuknya rival kedalam kabinet.

Belum selesai perihal Covid, mucul pula penolakan perpindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur. Sebuah rencana yang sudah matang serta disetujui mayoritas seluruh fraksi di DPR. Padahal pemindahan ini sebenarnya sudah mulai didengungkan oleh Presiden pertama Indonesia dengan tujuan untuk mengurangi beban pulau Jawa serta meratakan pembangunan ke seluruh pulau di Indonesia.

Isu paling aktual adalah penolakan perpanjangan masa jabatan atau 3 periode yang mengakibatkan terjadinya demo 11 April kemarin di hampir seluruh kota besar di Indonesia, walaupun secara eksplisit presiden sendiri telah menolak gagasan tersebut didalam beberapa kesempatan beliau bersama para wartawan. Dan demo di DPR kemarinpun sempat menuai kontroversi terkait hal yang sebenarnya bukan tujuan demo itu sendiri.

Terakhir, dari uraian di atas bisa kita tarik kesimpulan, tahun 2022 ini merupakan langkah awal memulai kehidupan baru. Perekonomian sudah mulai tumbuh positif, artinya masyarakat dan pelaku usaha telah menganggap virus ini seperti flu biasa walaupun di setiap kesempatan protokol kesehatan wajib dipatuhi.

Semoga tahun ini dan ke depan semakin baik dan terjaga momentum kebangkitan. Bagi umat Islam tahun ini juga merupakan langkah baik dalam melepas kungkungan virus selama lebih dari 2 tahun ini. Virus ini tetap ada dan semakin bermutasi, tetapi dengan kesiapan semua pihak Insyaa Allah semua bisa kesulitan bisa teratasi.

Bagi yang masih menyisakan residu baik pilpres maupun pilkada, ayo di Ramadhan tahun ini kita lupakan sejenak, toh 2024 tidak lama lagi. Di saat itulah silahkan kembali bertarung. Siapkan strategi dan amunisi yang kuat untuk memenangkan pertarungan. Jangan kembali menjadi residu jadilah sebagai peluru.

 

Penulis: Rezki Rifai, Bekerja di BRI Regional Office Padang

 

Baca Juga

Sumatera Barat, sebuah provinsi yang dikenal memiliki sejarah politik yang kaya dan beragam, selalu menunjukkan dinamika politik yang unik.
Pertumbuhan Ekonomi Sumbar Menunggu Kepemimpinan Strategis Gubernur Baru
Menyigi Sumber Budaya Berwirausaha Etnis Minang
Menyigi Sumber Budaya Berwirausaha Etnis Minang
Mengenal Potensi dan Risiko Kesehatan pada Perempuan
Mengenal Potensi dan Risiko Kesehatan pada Perempuan
Apakah Presiden Prabowo Akan Redenominasi Rupiah?
Apakah Presiden Prabowo Akan Redenominasi Rupiah?
Sumatera Barat, sebuah provinsi yang dikenal memiliki sejarah politik yang kaya dan beragam, selalu menunjukkan dinamika politik yang unik.
Kinerja APBD 2024 Sumatera Barat: Implikasi Terhadap Perekonomian
Sumatera Barat, sebuah provinsi yang dikenal memiliki sejarah politik yang kaya dan beragam, selalu menunjukkan dinamika politik yang unik.
Pilgub Sumbar 2024: Kini Rakyat Tunggu Komitmen, Bukan Mimpi