LANGGAM.ID-- Pembangunan ekonomi masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan oleh pemerintah provinsi Sumatra Barat dalam momentum hari jadi ke-80. Ditambah dengan catatan laju ekonomi Sumbar yang berdasarkan laporan BPS melambat pada kuartal II 2025.
Jurnalis senior Khairul Jasmi menilai, pembangunan ekonomi tampak dari program-program pemerintah yang berdampak pada perekonomian secara menyeluruh. Terutama di tataran masyarakat yang menghadapi kondisi yang terbilang berat saat ini.
"Kehidupan masyarakat di pedesaan tidak seperti dengan apa yang kita bicarakan hari ini. Petani ingin ke sawah harus berhadapan dengan pupuk yang mahal, masyarakat yang ingin bertanam kopi berhadapan dengan bibit yang susah. Sayangnya keluhan ini sudah bertahun-tahun dirasakan oleh masyarakat," ujar Khairul Jasmi dalam diskusi 80 Tahun Sumbar, Sabtu (4/10/2025).
Khairul Jasmi menyebutkan, berbagai potensi pertanian Sumbar juga tidak tergarap dengan optimal sehingga tidak berdampak pada ekonomi masyarakat. Misalnya potensi gambir yang tidak diurus dengan baik, sehingga potensi ini lebih banyak menguntungkan India sebagai pemain di pasar global.
"Potensi-potensi yang kita miliki ini juga tidak dilakukan peremajaan oleh pemerintah yang bisa menambah nilai ekonomi," katanya.
Di sisi lain, Khairul Jasmi menyebutkan petani di Sumbar juga dihadapi dengan persoalan rantai pasok. Distribusi barang dari petani terhalang untuk bisa sampai ke pasar, akibatnya nilai margin yang diterima petani masih kecil.
Ia menilai pertumbuhan ekonomi Sumbar dapat dilihat dari perputaran uang di masyarakat. Jika di masyarakat tidak ada perputaran uang, maka tidak akan ada pertumbuhan ekonomi.
"Kita bisa lihat bagaimana ekonomi Sumbar pascagempa 2009 naik hingga 6 persen, karena saat itu masyarakat memegang uang, uang dari bantuan yang masuk ke Sumbar waktu itu. Karena di masyarakat terjadi perputaran uang, maka ekonomi tumbuh," ujarnya.
Menurutnya, pemerintah perlu untuk mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi di setiap daerah masing-masing. "Kalau ekonomi lancar, maka pendidikan akan lancar, pembangunan akan lancar, kota-kota tidak lagi rusuh. Ini indikatornya ekonomi tumbuh atau tidak," ujarnya. (fx)