Langgam.id - Puisi, seni audio visual, dan seni pertunjukan, akan saling temu di Payakumbuh Poetry Festival (PPF) 2023. Mengusung tema “Puisi Tumbuh, Bentuk Berganti” PPF 2023 berupaya mengakomodir perkembangan penulisan sastra hari ini (puisi tumbuh) sekaligus kerja kreatif yang dilakukan seniman lintas disiplin dalam melakukan transformasi dari sastra ke medium seni lain (bentuk berganti).
Karena itu, jelas Iyut Fitra, Kurator PPF 2023, dalam PPF tahun ini tak hanya ada agenda yang berkaitan dengan perkembangan puisi Indonesia. "Tetapi juga menghadirkan seniman lintas disiplin yang menyertakan puisi sebagai dasar penciptaan karyanya," katanya, Selasa (3/10/2023).
Pianis dan komposer Ananda Sukarlan dan sutradara serta penulis skenario Salman Aristo didapuk sebagai pembicara dalam diskusi yang juga bertajuk ‘Puisi Tumbuh, Bentuk Berganti’. Mereka akan membahas pengalamannya dalam menciptakan karya di bidang seni yang ditekuninya berdasarkan teks-teks sastra.
Ananda sendiri banyak menciptakan musik yang berangkat dari interpretasinya atas puisi-puisi penyair Indonesia dan dunia. Seperti Sapardi Joko Damono, Rendra, hingga Shakespeare. Termasuk pada penyair Sumbar, misalnya penyair Heru Joni Putra.
Sementara Salam Aristo kerap mengangkat teks sastra sebagai bahan penciptaan karyanya. Sebut saja film Bumi Manusia yang skenarionya ditulis oleh Salman berangkat dari novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananda Toer.
Dengan komposisi pembicara dengan latar belakang seni yang berbeda, masih mengutip Iyut, “kita tak hanya merayakan puisi tetapi juga seni lain yang turut memperluaskan cara kita dalam memperlakukan puisi.” Termasuk bagiamana puisi bertumbuh dan terus berkembang di Asia Tenggara.
Penyair dari Singapura, Thailand, dan Filipina, pun dilibatkan untuk berbagi pikiran terkait topik tersebut. Mereka adalah Ng Yi-Seng Rossanee Nurfarida, serta Anne Tulay. Ketiganya dikenal dengan karya-karya yang berupaya mentransformasi sastra ke medium seni lainnya.
Ng Yi-Seng yang tertarik dan ‘performance poetry’, yang berkolaborasi dengan beberapa kelompok teater untuk menciptakan lakon yang berangkat dari puisi di Singapura; RossaneE Nurfarida, penyair perempuan asal Thailand yang juga mencoba memvisualisasikan puisi-puisinya; serta Anne Tulay, salah satu seniman Puisi Visual dari Filipina yang menggabungkan puisi dengan seni lukis.
Ketiganya akan berpartisipasi sebagai pembicara dalam diskusi bertajuk ‘Puisi Berpilin Tiga.” Diskusi yang dirancang sebagai ajang tukar pikir mengenai perkembangan Puisi Visual dan perkembangan Performance Art dalam konteks Asia Tenggara dan Indonesia.
Sayembara, Diskusi Buku, dan Perjumpaan dengan Pelajar
Festival puisi tahunan ini akan digelar di Payakumbuh, Sumatera Barat, 4-7 Oktober 2023. Selain diskusi-diskusi diatas, PPF 2023 juga punya sederet agenda lain.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, PPF 2023 juga mengadakan Sayembara Penulisan Puisi. Kali ini temanya Distopia. Dewan juri telah memilih 5 terbaik peserta sayembara, tanpa pemeringkatan. Bersama 5 terbaik, juga dipilih 50 puisi pilihan. Semua puisi yang terpilih, dibukukan dengan judul Distopia: Antologi Pemenang Sayembara Puisi Payakumbuh Poetry Festival 2023.
Dewan Juri Damhuri Muhammad, Kiky Sulastyo, dan Inggit Putria Marga, akan membacakan pertanggungjawaban penjurian mereka di sesi diskusi khusus membahas antologi tersebut. Mulai dari bagaimana para pemenang merespon tema Distopia, persoalan melakukan respon atas tema, hingga capaian-capaian estetik tertentu.
Distopia diusung oleh PPF 2023 dengan harapan dapat menemukan berbagai ekspresi sastra dari penyair Indonesia perihal dunia yang luluh-lantak.
“Yang luluh lantak itu bisa saja berupa dunia yang secara total tak lagi mengandung segala yang kita anggap ideal. Bisa juga, dunia yang sudah berada di titik paling ekstrim dari persoalan-persoalan pelik hari ini, seperti iklim dan lingkungan misalnya,” masih mengutip Iyut Fitra.
“Tema distopia sudah dieksplorasi dengan berbagai cara dalam penulisan prosa, khususnya yang bergenre fiksi sains (science fiction). Namun begitu, PPF mencoba menawarkan kepada penyair Indonesia untuk mengeksplorasi tema menarik ini dan memberikan konteks yang sesuai dengan minat masing-masing penyair,” tambahnya.
Tahun ini PPF menjalankan program baru yaitu Buku Puisi Pilihan PPF 2023. Dua buku puisi yang terbit dalam rentang 3 tahun terakhir, satu dari Sumbar dan satunya dari luar Sumbar, didapuk sebagai dua buku pilihan yaitu “Malala” (Penerbit Buku Kompas, 2023) karya Indra Intisa dari Dharmasraya, dan “Bertemu Belalang” (Penerbit JBS 2022) karya Gody Usnat. Buku-buku tersebut akan dibahas dan didiskusikan bersama Kiky Sulistyo dan Inggit Putria Marga dalam ‘Diskusi Buku Puisi Pilihan PPF 2023’.
Di samping itu, sama seperti tahun sebelumnya, melibatkan pelajar dalam kegiatan-kegiatannya. Pada PPF tahun ini, para pemenang Sayembara Penulisan Puisi: Distopia akan mendatangi langsung beberapa sekolah di Payakumbuh dan Limapuluh Kota.
Mereka akan berjumpa dengan pelajar untuk berbagi pengalaman terkait aktivitas di dunia sastra serta proses kreatif masing-masing. Lebih jauh, para pelajar juga disediakan ruang khusus untuk berkompetisi dalam Sayembara Penulisan Puisi Pelajar Sumatera Barat Payakumbuh Poetry Festival 2023.
“Makin mendekatkan pelajar dengan sastrawan dan sastra itu sendiri, memang jadi salah satu perhatian kita selama ini, dan di masa-masa akan datang juga,” jelas Roby Satria, Direktur PPF 2023.
Musik Sastra, Puisi Visual, dan Pertunjukan Baca Puisi Eksperimental
Ananda Sukarlan tidak hanya akan menjadi pembicara di PPF 2023. Ia juga akan menggelar konser mini. Dalam konser tersebut, Ananda akan memainkan apa yang bisa disebut ‘musik sastra’. Karya musik yang akan ditampilkannya merupakan tafsir atas puisi-puisi penyair, terutama penyair Sumbar seperti Heru Joni Putra, Riri Satria dan Muhammad Subhan.
“Ini bukan musikalisasi puisi, tapi esensi puisi yang dituangkan ke dalam musik,” kata Ananda dalam wawancara dengan media terkait konser yang bakal digelarnya bersama mahasiswa vokal klasik ISI Padang Panjang: Sonya Mavi Ola, Reza Reswati Tambunan dan Umar Batubara.
Pertunjukan Puisi Visual juga menjadi salah satu suguhan di PPF 2023. Empat terbaik peserta Sayembara Puisi Visual PPF 2023, akan akan ditampilkan karyanya. Seperti dikatakan tim dewan juri sayembara, mereka adalah anak muda yang memiliki kecenderungan visual yang kuat, yang di masa depan bisa menghasilkan karya-karya puisi-visual yang lebih ‘gila’, sebagai cara baru memahami puisi.
Pertunjukan lain yang akan digelar di PPF 2023 ialah Rantak Puisi. Ini adalah pertunjukan baca puisi eksperimental yang berbeda dari lomba baca puisi umumnya, lebih pada adaptasi Slam Poetry. Para performance diberi kelonggaran untuk tampil sesuai kecenderungan ekspresif masing-masing serta diberi kelonggaran untuk memanfaatkan ruang secara bebas dan kreatif di sekitar arena PPF 2023.
Di penghujung festival, para tamu dan peserta bakal diajak berwisata sastra. Wisata Sastra ini merupakan salah satu agenda baru di PPF 2023, yakni kunjungan bersama-sama menikmati lokasi alam pilihan di Luhak Limo Puluah (Kota Payakumbuh dan Kab. 50 Kota), kawasan bersejarah, dan kuliner khas Payakumbuh. (*/Fs)