Langgam.id - Potret sosok Usmar Ismail dan karya puisinya kini hadir di dua lokasi di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat (Sumbar). Melalui karya mural raksasa, sosok bapak perfilman Indonesia ini tampil di kawasan Janjang 40 dan Panorama.
Hadirnya mural ini sebagai salah satu rangkaian dari perayaan 100 tahun Usmar Ismail. Apalagi, sastrawan dan tokoh sandiwara merupakan kelahiran Kota Bukittinggi.
Menurut seorang kurator, Arief Malinmudo, mural Usmar Ismail dibuat di lokasi keramaian agar dapat dekat dengan masyarakat. Apalagi pemikiran Usmar Ismail sebagai tokoh muda pada masanya sangat pioner dan penting bagi generasi penerus.
"Kami membuat mural raksasa potret Usmar Ismail setinggi dua meter di janjang 40 dan Panorama. Karena ini janjang yang sering dilalui oleh masyarakat setiap hari, maka kami ingin sosok Usmar Ismail lebih dekat ke rakyat," kata Arief dihubungi langgam.id, Jumat (19/3/2021).
Dalam merayakan 100 tahun Usmar Ismail, para kurator ini juga mengadakan pameran di Parakoffie, Kota Bukittinggi selama 10 hari dimulai Sabtu (20/3/2021).
Pameran ini juga akan dihadiri langsung dua orang anak Usmar Ismail yaitu Heidy Ismail dan Neredin Ismail. Bentuk pameran di antaranya diskusi, penampilan arsip serta kekaryaan Usmar Ismail dari tiga fase.
Dalam pameran ini, pengunjung bisa menjadikan Usmar Ismail sebagai sosok yang bisa dicontoh bagi generasi muda. Karena sumbangsih pemikirannya turut menciptakan dan membangun identitas bangsa lewat film yang cukup berhasil.
"Karena memang film yang dirilis sangat sarat nilai nasionalisme yang sangat dibutuhkan bangsa yang baru merdeka. Beliau menjadikan kebudayaan tidak hanya sekadar pakaian luar, beliau menjadikan kebudayaan sebagai media komunikasi antar bangsa," jelas sutradara Film Surau dan Silek ini.
Beberapa film yang dirilis Usmar Ismail yang bertemakan nasionalisme seperti berjudul Lewat Djam Malam, Darah dan Doa, Pedjuang serta masih banyak film lainnya. Tak hanya itu, film bertemakan ciri khas daerah juga ada yang berjudul Harimau Tjampa dan Tjambuk Api.
"Bagaimana orang Minang merantau dan di perantauan mewarnai sebuah kondisi bangsa yang baru saja merdeka dengan energi positif. Apalagi ini pas 100 tahun momentum," ujarnya.
"Dan beliau lahir di Bukittinggi dan harusnya generasi milenial yang butuh sosok dan figur, ini salah satunya. Saatnya generasi milenial menghormati jasa para pahlawan dari tanah kelahirannya," sambungnya. (Irwanda/ABW)