Politik Tanpa Akhir

Sumatera Barat, sebuah provinsi yang dikenal memiliki sejarah politik yang kaya dan beragam, selalu menunjukkan dinamika politik yang unik.

Prof Dr Syafruddin Karimi SE MA (Foto: ist)

Gamawan Fauzi dalam tulisannya, mengamati dinamika politik Indonesia saat Presiden Joko Widodo mendekati akhir masa jabatannya, sementara Presiden terpilih, Prabowo Subianto, bersiap mengambil alih kepemimpinan. Fauzi membagi masyarakat Indonesia ke dalam tiga kelompok yang memiliki reaksi berbeda terhadap tanggal 20 Oktober 2024, ketika pergantian kekuasaan resmi terjadi.

Beberapa merasakan duka atas berakhirnya masa jabatan Jokowi, yang dipuja bagaikan dewa. Yang lain gembira menyambut "raja baru" dengan penuh semangat, sementara ada juga yang menunggu dengan penasaran, bertanya-tanya bagaimana loyalitas akan berubah setelah Jokowi tidak lagi berkuasa.

Fauzi mencerminkan ironi politik, di mana loyalitas bersifat sementara dan sangat tergantung pada kekuasaan. Saat Jokowi masih memegang kendali, para pendukungnya tampak begitu setia, namun ketika masa jabatannya mendekati akhir, antusiasme itu memudar. Sebaliknya, sambutan hangat dan tepuk tangan meriah diberikan kepada Prabowo saat namanya disebut di sidang paripurna DPR. Fauzi menggambarkan ini sebagai bukti bahwa dalam politik, tidak ada teman abadi, hanya kepentingan yang abadi.

Namun, jika kita melihat lebih dalam, politik bukanlah permainan satu kali atau one-shot game, di mana semua hasil ditentukan dalam satu tindakan atau periode. Sebaliknya, politik adalah repeated games, sebuah permainan yang berulang di mana tindakan hari ini memengaruhi peluang dan hasil di masa depan.

Dalam setiap siklus pemilihan, para aktor politik—baik itu pemimpin, partai, atau masyarakat—terlibat dalam hubungan yang berkelanjutan. Keputusan-keputusan yang mereka ambil selama satu periode akan memengaruhi dinamika di periode berikutnya.

Fauzi menyoroti sikap oportunistik yang sering terlihat dalam politik Indonesia. Dia menggambarkan bagaimana loyalitas bisa berubah drastis begitu kekuasaan berpindah tangan.

Namun, dalam kerangka repeated games, kita harus ingat bahwa politik melibatkan lebih dari sekadar transisi kekuasaan. Keputusan dan tindakan para aktor politik pada satu titik waktu akan terus membentuk reputasi mereka di masa depan. Loyalitas mungkin bersifat sementara, tetapi reputasi dan kepercayaan dibangun melalui rangkaian keputusan yang diambil dalam jangka panjang.

Ketika Fauzi menggambarkan hilangnya tepuk tangan untuk Jokowi di sidang paripurna DPR sebagai simbol meredupnya kekuasaan, dia menegaskan bahwa dalam politik, pengaruh sering kali bergantung pada seberapa besar kekuasaan yang masih dimiliki. Namun, dalam politik yang berulang, siklus ini terus berputar. Para aktor politik tidak bisa hanya mengandalkan kekuasaan untuk mempertahankan pengaruh mereka; mereka juga perlu menjaga reputasi dan hubungan baik dalam setiap siklus politik. Pemimpin yang memahami hal ini akan lebih mampu bertahan dalam permainan jangka panjang.

Kritik utama terhadap pandangan Fauzi adalah pesimismenya terhadap moralitas dalam politik. Dia menggambarkan politik sebagai arena di mana persahabatan sejati jarang ada dan kepentingan selalu menjadi motif utama.

Meskipun ini mungkin menggambarkan realitas politik praktis, pandangan ini juga berisiko memperkuat ketidakpercayaan masyarakat terhadap politik. Sebagai bagian dari repeated games, politik seharusnya tidak hanya tentang mengejar kepentingan jangka pendek, tetapi juga tentang membangun hubungan jangka panjang yang didasarkan pada kepercayaan dan integritas.

Dalam politik yang bersifat berulang, pemimpin yang mampu mempertahankan reputasi baik dan loyalitas sejati sering kali akan menuai hasil yang lebih besar di masa depan dibandingkan mereka yang hanya mencari keuntungan sesaat. Mereka yang tetap berintegritas meskipun kekuasaan telah berakhir tetap dapat mempertahankan pengaruh mereka. Dalam hal ini, repeated games juga mencerminkan pentingnya tindakan moral dan etika dalam politik, di mana keputusan yang diambil pada satu waktu akan memiliki dampak jangka panjang.

Fauzi juga menyoroti bahwa ketika kekuasaan berakhir, sering kali dukungan ikut hilang. Namun, dalam politik yang berulang, tidak semua pemimpin langsung kehilangan pengaruhnya. 

Beberapa pemimpin tetap dihormati dan diakui karena tindakan dan keputusan yang bijaksana selama masa kepemimpinan mereka. Dalam permainan politik yang berulang, apa yang dilakukan pemimpin di masa lalu akan terus memengaruhi siklus politik berikutnya. Loyalitas sejati, meskipun jarang, tetap ada di antara mereka yang menghargai kepemimpinan yang didasarkan pada prinsip dan nilai.

Fauzi menutup tulisannya dengan refleksi bahwa segala sesuatu memiliki akhirnya. Hidup adalah siklus yang dipergilirkan, termasuk dalam politik.

Namun, ketika kita melihat politik sebagai repeated games, kita harus memahami bahwa hubungan kekuasaan terus berulang dan membentuk kehidupan politik selanjutnya. Pergantian kekuasaan tidak berarti akhir dari segalanya. Para aktor politik yang bijaksana akan melihat melampaui siklus kekuasaan saat ini dan berpikir tentang bagaimana tindakan mereka hari ini akan membentuk masa depan politik.

Pada akhirnya, politik tanpa akhir adalah refleksi tentang bagaimana politik tidak hanya terbatas pada satu siklus kekuasaan, tetapi melibatkan rangkaian keputusan yang memengaruhi masa depan. Dalam konteks ini, penting bagi para aktor politik untuk berpikir strategis, menjaga integritas, dan memahami bahwa politik adalah permainan yang berulang, di mana reputasi dan loyalitas sejati memainkan peran penting dalam jangka panjang.

Prof Syafruddin Karimi merupakan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Andalas (Unand)

Baca Juga

Ijtihad Politik Muhammadiyah Sumbar
Ijtihad Politik Muhammadiyah Sumbar
Permasalahan baru yang menimpa umat Islam yakni terkait daftar nama-nama ustadz kondang yang terdaftar dalam jaringan radikalisme.
Pergeseran Nilai Muhammadiyah Sumbar dalam Politik?
Gamawan Fauzi
Semua Ada Akhirnya
Sumatera Barat, sebuah provinsi yang dikenal memiliki sejarah politik yang kaya dan beragam, selalu menunjukkan dinamika politik yang unik.
Rasionalkah Rasionalitas Politik Orang Minang?
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Mantan Mendagri, Gamawan Fauzi menilai Yaqut Cholil Qoumas tak bijaksana sebagai Menteri Agama.
Tim Pemenangan Mahyeldi-Vasko Minta Maaf Catut Nama Gamawan Fauzi
Gamawan Fauzi
Nama Gamawan Fauzi Diduga Dicatut Masuk Tim Pemenangan Mahyeldi-Vasko