Pilkada 2020 dan Momentum Regenerasi Kepemimpinan

Pilakda Sumbar

Ilustrasi Pilkada 2020 (Syafii/Langgam.id)

Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumbar pada 2020 ini adalah momentum penting. Selain menjadi penanda keempat kalinya warga tanah Minang memilih gubernur secara langsung, regenerasi politik Sumbar juga mesti terjadi di tahun ini.

Gubernur Sumbar saat ini, Irwan Prayitno, dipastikan tidak lagi berlaga. Irwan sudah terpilih dalam dua kali pemilihan (2010 dan 2015). Sesuai aturan main, ia tak boleh lagi mencalonkan diri. Artinya, bak sebuah pertandingan lari, Pilkada 2020 tak akan diikuti lagi oleh juara bertahan. Ini pula yang menjadi alasan, kenapa Pilgub Sumbar 2020 akan berlangsung seru, bahkan cendrung panas.

Potensi “alek politik” ini semakin seru, karena hingga hari ini, belum ada calon yang sangat dominan. Bahkan, Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, juga tak “berlari” sendirian untuk urusan popularitas dan elektabilitas. Intinya, calon yang akan berlaga di Pilgub Sumbar 2020 masih sangat cair.

Dari nama-nama yang beredar, relatif semuanya adalah sosok lama. Tak ada nama baru yang mengejutkan. Paling tidak, nama-nama yang beredar tak mengejutkan saya, sebagai salah satu calon pemilih di 23 September 2020 nanti.

Dalam politik, efek kejut ini sangatlah penting. Efek kejut akan menentukan, apakah pemilihan nanti akan menarik minat warga atau tidak.

Efek kejut dalam politik bisa ditentukan oleh beberapa hal. Pertama, sejauh mana nama calon yang muncul mampu menarik minat dari calon pemilih. Hal itu hanya akan terjadi jika nama-nama yang muncul adalah nama baru, tetapi memberikan harapan bagi pemilih.

Jika menghampar nama-nama yang sudah manyorongkan dirinya sebagai cagub, bagi saya tak ada yang baru, apalagi mengejutkan. Hampir semuanya “pemain lama”.

Lagi pula, dari nama-nama-nama itu, sudah ketahuan pula “kurenahnya” oleh sebagian pemilih di Sumbar. Sekali lagi, kalau bicara efek kejut untuk memantik harapan baru, dan penyegaran di Sumbar, nama-nama ini belum memikat hati pemilih.

Kedua, efek kejut politik juga akan ditentukan oleh faktor regenerasi kepemimpinan. Regenerasi tentu tak hanya sekedar muda. Karena sulit juga memberikan kejutan, jika yang dikedepankan hanya faktor muda usia.

Tetapi, regenerasi politik mesti dimaknai sebagai momentum hadirnya figur baru, yang rono dan potongannya, cocok menjadi gubernur Sumbar. Figur yang baru, tapi tak sulit untuk mengukur kapasitasnya. Apalagi untuk mengisi jabatan gubernur. Hal tersebut tentu sangat penting.

Lalu siapa kira-kira tokoh Sumbar yang mampu memberikan efek kejut itu?. Tak mudah memang mencarinya.

Tapi, beberapa waktu lalu harapan saya tumbuh seketika. Entah dari mana, muncul nama Febri Diansyah sebagai salah satu calon Gubernur Sumatera Barat. Ya, Febri Diansyah, mantan juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Febri memang bukan politisi. Ia corong KPK selama 3 tahun lebih. Jika ada yang masih samar-samar ingatannya, tentang sosok Febri, tak sulit untuk menemukan figurnya di rekaman-rekaman video televisi. Dalam rekaman itu akan dapat dilihat, bagaimana ia dengan tangkas, tenang, dan tepat menjawab tudingan macam-macam dari politisi terhadap KPK.

Saya tentu hanya mengenal Febri melalui pemberitaan media massa, dan menontonnya di televisi. Tapi ketika muncul banyak selebaran bahwa Febri akan maju untuk Sumbar 1, entah kenapa memberikan efek kejut yang luar biasa kepada saya sebagai calon pemilih. Meskipun belum tentu benar Febri akan maju. Karena beritanya masih simpang siur. Apalagi juga belum ada konfirmasi langsung dari Febri.

Bagi saya, Febri paket komplit untuk memimpin Sumbar di momentum politik Pilkada 2020. Ia figur baru yang menyegarkan. Setahu saya, Febri juga rang asli Payakumbuah, tapi lahir dan besar di Padang.

Sosoknya yang tenang, matang, dan “manakah” jika dipakaikan jubah gubernur, adalah alasan saya untuk memberikan suara kepadanya, jika nanti Febri benar maju.

Soal penguasaan Febri terhadap tata kelola pemerintahan, tak perlu ragu soal ini. Pengalaman panjangnya di KPK adalah bukti nyata, ia memahami seluk beluk pemerintahan. Bahkan, pengalamannya mengabdi di lembaga itu, membuatnya mahfum betul menciptakan pelayanan publik yang bersih dan professional.

Tapi sayangnya tak jelas benar soal kabar apakah Febri benar-benar maju atau tidak. Semoga ada orang yang kenal langsung dengan Febri mau bermurah hati menanyakan kepadanya. Tapi jujur, saya berharap kabar itu benar!

*F. Malim Marajo adalah pemilih Sumbar yang tinggal di Kota Padang

Tulisan ini adalah kiriman dari penulis, isi tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Juga

Dalam debat pertama Pilgub Sumbar yang digelar di Hotel Mercure Padang pada Rabu (13/11/2024), calon Gubernur dan Wakil Gubernur memaparkan
Melihat Rekam Jejak Pemberitaan Kasus Korupsi Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar
Debat publik pertama calon gubernur dan wakil gubernur Sumatra Barat yang diselenggarakan pada Rabu (13/11/2024), mendapat tanggapan
Akademisi Unand: Debat Calon Gubernur Sumbar Kurang Konkret Bahas Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Dalam debat pertama Pilgub Sumbar yang digelar di Hotel Mercure Padang pada Rabu (13/11/2024), calon Gubernur dan Wakil Gubernur memaparkan
Debat Pilkada Sumbar: Kebebasan Beragama dalam Sorotan, Tantangan bagi Toleransi di Ranah Minang
Tim Gerak Cepat atau TGercep Sumatra Barat menyatakan dukungannya, terhadap calon gubernur dan wakil gubernur Sumbar Mahyeldi-Vasko Ruseimy
Alasan TGercep Dukung Mahyeldi-Vasko di Pilgub Sumbar
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Mahyeldi Ansharullah dan Vasko Ruseimy, resmi mendapat nomor urut 01 dalam ajang Pilkada Sumbar
Mahyeldi-Vasko Harap Pilkada Sumbar 2024 Berlangsung Tanpa Dendam
Epyardi Asda dalam pidatonya usai mendapat nomor urut 02 di Pilgub Sumbar 2024 menyatakan gubernur harus diganti. Hal itu ia sampaikan secara
Blak-blakan di Depan Mahyeldi, Epyardi Sebut Sudah Bosan dengan Kepemimpinan Saat Ini