Pemanfaatan Teknologi Berkelanjutan: ESG Sebagai 'Pokok' Industri 5.0

Pemanfaatan Teknologi Berkelanjutan: ESG Sebagai 'Pokok' Industri 5.0

Shielsa Nurhayyuni. (Foto: Dok. Pribadi)


Perkembangan dunia industri di era 5.0 selain didukung dengan bidang penguatan dari segi materi tentunya membutuhkan pilar yang lain guna mempertahankan apa yang ingin ditampilkan oleh perusahaan serta menunjang apa yang ingin ditingkatkan. Perusahaan memerlukan suatu hal yang bisa membantu dalam melihat kemungkinan-kemungkinan tertentu yang bisa mengancam perusahaan atau pun kemungkinan sebaliknya yang bisa dijadikan sebagai peluang bagi perusahaan.

Environment, Social, Governance atau lebih dikenal dengan istilah ESG merupakan pilar dari kerangka kerja yang memiliki tujuan dalam pengidentifikasian segala macam risiko dan peluang yang bersifat non-keuangan yang berkaitan dengan apa-apa saja yang menjadi rutinitas perusahaan.

Pada Industri 5.0 ini kemajuan yang ada telah menunjukkan adanya babak baru dalam perkembangan industri, pada perkembangan ini peran manusia ditunjukkan melalui penerapan berbagai teknologi canggih, misalnya seperti kemunculan tenologi Atrificial Intelligence (AI), robotik, serta Internet of Things (IoT), dan teknologi-teknologi ini disertai dengan perhatian khusus terhadap keberlanjutan dan nilai-nilai sosial yang ada.

Nah, perkembangan tersebut lah yang meliputi adanya komitmen terhadap apa yang disebutkan sebelumnya, yaitu Environmental, Social, and Governance (ESG) yang merupakan inti dari pengembangan industri yang berkelanjutan. Pada era sekarang yang dipenuhi oleh isu-isu sosial global sampai pada adanya krisis-krisis tertentu, peran ESG ini tidak hanya sekadar elemen pendukung, tetapi sudah menjadi elemen “pokok” yang menjadi dasar bagaimana teknologi digunakan dalam Industri 5.0.

Environmental, Social, and Governance sesuai dengan judulnya mencakup tiga poin yaitu lingkungan, sosial, serta tata kelola. Namun, dengan adanya m ESG di Industri 5.0 bukan berarti ESG hanya sebagai bentuk tanggung jawab dari segi sosial saja, namun juga sebagai suatu strategi bisnis yang juga mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka pajang. Karena studi telah menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan serta menarapkan prinsip ESG cenderung lebih stabil dan bertahan dalam jangka panjang, contohnya adalah dari perusahaan besar seperti Pertamina, Astra Indonesia, Unilever dan berbagai perusahaan lainnya.

Di sisi lain, investor juga akan semakin tertarik pada perusahaan yang menunjukkan adanya komitmen yang kuat terhadap ESG, karena investor akan melihat potensi risiko jangka panjang dari perusahaan yang tidak memperhatikan keberlanjutan. Sebagai contohnya, regulasi lingkungan yang semakin ketat dapat menjadi ancaman bagi perusahaan yang tidak memiliki persiapan yang matang, sementara perusahaan yang lebih awal menerapkan praktik berkelanjutan akan lebih mudah dalam beradaptasi terhadap perubahan..

Di Industri 5.0 berhasil mengembangkan dari segi sosial, lingkungan dan tata kelola ke level yang sangat bisa dikatakan lebih manusiawi serta bisa diterapkan secara berkelanjutan. Dalam konteks ini, ESG menjadi “pokok” yang bisa menggait penggunaan teknologi agar semakin lebih baik.

Technologi yang ada tidak hanya
berfungsi untuk meningkatkan produktivitas, tetapi juga berperan sesuai dengan apa yang menjadi ketentuan dari ESG yaitu guna menjaga keseimbangan lingkungan, meningkatkan kesejahteraan sosial, dan memastikan tata kelola yang baik. Dengan begitu, hendaknya bagi perusahaan yang tujuannya adalah berkembang pada era ini, mengintegrasikan ESG dalam strategi teknologi mereka bukan lagi sebuah pilihan, melainkan keharusan.

*Penulis: Shielsa Nurhayyuni (Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas)

Baca Juga

Pernahkah anda merasa tidak aman saat berjalan sendirian, baik siang maupun malam? Atau pernah menyaksikan tindakan pelecehan seksual?
Membongkar Stigma dan Kesenjangan Hukum dalam Kasus Pelecehan Seksual
Mungkin dari judul tulisan ini kita tersadar bahwa judul tulisan ini dapat memberikan dua tema pembahasan yang mungkin berbeda, tapi
Integrasi Nilai Kepemimpinan dalam Islam dan Dinamika Medsos Hari Ini
Istilah social butterfly merupakan ungkapan populer yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam bersosialisasi secara efektif. Istilah ini
Social Butterfly: Pentingnya Kecerdasan Sosial dalam Kehidupan dan Perkembangannya Sejak Usia Dini
Sejak masa kolonial, pajak telah menjadi isu sensitif yang menimbulkan resistensi di kalangan rakyat. Kebijakan perpajakan yang diterapkan
Resistensi Perpajakan: Relevansi Sejarah dan Implikasinya pada Kebijakan Pajak Modern
Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau yang lebih dikenal dengan singkatan H.O.S Tjokroaminoto merupakan seorang tokoh yang lahir di Ponorogo pada 16 Agustus 1882.
Warisan Intelektual H.O.S. Tjokroaminoto: Guru Para Tokoh Bangsa
Thomson Reuters melaporkan bahwa Indonesia menempati posisi ketiga di antara negara-negara dengan konsumsi busana Muslim terbesar pada
Dekonstruksi Islam Identitas: Refleksi atas Praktik Keagamaan Kontemporer