Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia mencapai 1,3 juta barel per hari, sementara produksinya hanya 1 juta barel per hari, menyebabkan defisit yang harus dipenuhi melalui impor.
Kondisi ini mendorong pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan mengembangkan energi alternatif dari sumber daya alam terbarukan. Penggunaan bahan bakar fosil dalam jangka panjang menimbulkan ancaman besar, termasuk menipisnya cadangan minyak bumi, peningkatan polusi udara, efek rumah kaca, dan pemanasan global.
Kebutuhan energi yang terus meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk memaksa kita mencari solusi ramah lingkungan. Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang berlimpah, termasuk untuk produksi bioetanol dari bahan nabati melalui fermentasi.
Bioetanol dapat diproduksi dari tebu, singkong, ubi, dan jagung, yang semuanya dapat tumbuh subur di Indonesia. Keunggulan bioetanol adalah tingkat polusi yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil, serta hasil pembakaran yang hanya menghasilkan CO2 dan H2O, menjadikannya bahan bakar bersih dan ramah lingkungan.
Bioetanol juga memiliki kadar oktan yang tinggi, menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna dan ramah lingkungan. Bahan baku untuk produksi bioetanol cukup berlimpah di Indonesia, meskipun membutuhkan biaya tinggi dan bersaing dengan penyediaan pangan.
Salah satu bahan baku potensial untuk bioetanol adalah nira aren, yang saat ini banyak dikonsumsi sebagai minuman keras di berbagai daerah terpencil. Aren adalah tanaman yang memiliki kelebihan hampir di setiap bagian pohonnya, dengan nira yang mengandung gula 10-15% yang dapat diolah menjadi bioetanol melalui fermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae.
Pemanfaatan nira aren sebagai bahan baku bioetanol memiliki peluang besar dalam menghasilkan energi alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Nira aren, dengan kandungan gulanya yang tinggi, dapat menghasilkan etanol melalui fermentasi alami atau buatan dengan penambahan bakteri Saccharomyces cerevisiae dan destilasi. Aren juga memiliki kemampuan fotosintesis yang luar biasa, menghasilkan energi jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman lain seperti kelapa sawit.
Jika nira aren diolah menjadi bioetanol, ketergantungan pada minyak bumi dan batu bara dapat berkurang secara signifikan. Aren tidak bersaing dengan lahan pangan karena bisa ditanam di lereng bukit dan harus ditanam dalam bentuk hutan campuran, bukan monokultur, sehingga juga berfungsi sebagai sumber resapan air.
Tanaman aren mampu menghasilkan 82 barel energi per hektar, jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman lain. Dalam hal produksi biodiesel, aren menghasilkan 12,5 ton per hektar, sedangkan kelapa sawit hanya 4,5 ton.
Menyadap aren harus dilakukan secara manual, sebuah seni yang hanya bisa dilakukan manusia, memberikan peluang pekerjaan dengan penghasilan yang memadai. Manfaat lain dari aren adalah kemampuannya menyerap karbon, menjaga ketahanan pangan, lingkungan, dan menyediakan lapangan kerja.
Dengan pengelolaan yang baik, nira aren dapat menjadi sumber bioetanol yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, mendukung masa depan energi Indonesia yang lebih hijau.
Penulis : Rahmi Awalina, S.TP.,MP
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian - Unand