Langgam.id - Eksistensi Artificial Intelligence (AI), atau kecerdasan buatan, kini tengah menjadi perhatian pengguna teknologi. Salah satu yang ikut bersinggungan adalah kelompok jurnalis.
Menurut peneliti Monash Climate Change Communication Reserach Hub, Derry Wijaya, AI bagaikan pisau bermata dua.
"AI seperti dua sisi pisau. Bisa membunuh atau memasak," kata Derry dalam diskusi "Komunikasi, Jurnalisme, AI dan Digitalisasi dalam Isu Lingkungan", salah satu bagian acara Green Press Community' yang diadakan Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (The Society of Indonesian Environmental Journalists/SIEJ) di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Rabu (8/11/2023) malam.
Dalam siaran resmi, Derry melanjutkan, yang dihasilkan AI bisa dipergunakan untuk hal baik atau buruk.
"AI bisa dihasilkan untuk misinformasi atau melawannya," ucap Derry.
Dia melihat, jika dipergunakan dengan baik, AI bisa menyaring informasi hoaks dan ujaran kebencian yang selama ini tersebar di dunia maya.
Derry mencontohkan, banyak misinformasi yang terjadi di media sosial saat pendemi COVID-19. Terutama saat kasusnya meningkat beberapa waktu lalu.
"Semakin panik orang semakin naik misimformasi. Seperti waktu Covid-19 saat kasus naik justru misinformasi naik juga. Ini akan berpengaruh terhadap penyakit lain," terang Derry.
Sementara itu, Communication Lead Microsoft Indonesia, Karen Kusnadi menyebut, generative AI merupakan kemampuan teknologi yang memproduksi sesuatu berupa konten.
"Kita bisa menggunakan generatif AI untuk membuat tulisan dan sebagainya," jelas Karen.
Dia mengibaratkan, generative AI sebagai asisten dan co-pilot.
"Kita lah yang tetap memberikan keputusan atau kita adalah pilotnya. Kita yang paling tahu apakah ini paling tepat atau tidak. Karena generative AI hanya memberikan rekomendasi," tutur Karen.
Ia mengingatkan agar AI tak membuat jurnalis menjadi 'malas' dalam mencari data, lalu dengan mudah mudah menyebarluaskannya ke masyarakat.
"Semua kembali ke kita. AI hanya memberikan insight. Kita harus menentukan apakah ini layak atau belum dipublikasikan," pesan Karen.
Acara GPC, yang berlangsung hingga Kamis (9/11/2023), menghadirkan berbagai learning session, talk show, dan konferensi yang melibatkan ratusan peserta dari berbagai kalangan, termasuk pers, organisasi non-pemerintah, dan mahasiswa.
Pada hari terakhir, SIEJ, sebagai penyelenggara GPC, mengundang tiga Calon Presiden Republik Indonesia -- Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto -- untuk hadir menyampaikan rencana kerangka kebijakan terkait lingkungan hidup yang mereka siapkan jika terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia. (*/Fs)