Langgam.id - Puluhan kuliner tradisional dari berbagai Kabupaten dan Kota di Sumatra Barat ditampilkan di Pasar Seni Payakumbuh. Iven tersebut digelar selama tiga hari, dari Rabu sampai Jumat (15-17/6/2022) kemarin di Medan nan Bapaneh Ngalau Indah, Payakumbuh.
Ragam kuliner produksi UMKM dari Payakumbuh, Kab. Limapuluh Kota, Kab. Agam, Tanah Datar, dan Padangpanjang itu diolah dari bermacam bahan dasar. Ada dalam bentuk minuman seperti niro talua dan daun kawan, makanan berat dari olahan daging dengan rempah yang melimpah, atau camilan yang diolah dari berbagai jenis sayuran dan umbian.
Nama-nama kuliner tersebut mungkin terdengar asing bagi sebagian masyarakat. Sebut saja, pindik, lomang pariuak, paniaram, karabu baluik, lamang baka, sagun bakar, lapek bugih ubi, lamang baluo, galu-galu, dakak-dakak, bungo durian, gulo samuik, dan banyak lagi.
Ada juga kuliner yang diolah dari ikan endemik Danau Singkarak yaitu ikan rinuak. Mulai dari palai rinuak, rendang rinuak, paragede rinuak, peyek Rinuak, crispy Rinuak, serundeng rinuak, sampai dendeng rinuak.
Pengunjung yang datang bisa mencicipi sebagian kuliner tersebut di stand-stand yang disediakan. Namun sebagian lainnya hanya dipamerkan. Pengunjung juga tampak berbincang dengan penjaga stand soal proses pembuatan kuliner-kuliner tradisional tersebut.
Bukan Sekedar Pameran Kuliner
Pasar Seni Payakumbuh yang difasilitasi oleh UPTD Taman Budaya dengan inisiasi dari Ketua DPRD Sumbar Supriadi ini bukan sekedar pameran kuliner saja. Pada malam pembukaan, Supardi menyampaikan latar belakang diadakannya iven tersebut.
Ia merasa miris melihat masih tingginya angka stunting di Sumbar, padahal kebudayaan Minangkabau memiliki konsep ketahanan pangan yang bisa dikembangkan lebih jauh.
“Budaya minang pada intinya bicara masalah ketahanan pangan. Sumbar angka stunting tinggi, harusnya tidak boleh. Kiita harus kembali dan mengembangkan konsep ketahanan tradisional kita yang ketahanan pangannya kuat, barangkiang, batabek, dll.” jelasnya.
Namun untuk membangkitakan kembali kearifan lokal yang mulai ditinggalkan itu, Supardi menghimbau segenap pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, untuk bekerjasama.
“Untuk membangkitkan kembali ketahanan pangan sumbar, kita harus berkolaborasi,” himbaunya.
Selain itu, Supardi juga menyampaikan bahwa beragam kuliner yang ditampilkan di Pasar Seni Payakumbuh baru sebagian kecil dari kekayaan kuliner tradisional yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan menjadi sumber ekonomi.
“Ini bahagian terkecil saja. Masih banyak kuliner kita yang masih tersimpan di wilayah-wilayah. Bentuk dan cita rasanya tidak kalah dengan masakan hari ini. Sekarang tinggal soal kemasan, managementnya.”
Karena itu, ia mendukung terlaksananya kegiatan-kegiatan seperti Pasar Seni Payakumbuh dalam skala yang lebih besar. “Mimpi kita adalah membuat kegiatan seperti ini 2 kali lipat lebih besar.” ujarnya.
Senada dengan itu, Kepala UPTD Taman Budaya Sumatra Barat, Hendri Fauzan mengatakan bahwa kearifan lokal bisa menjadi kunci untuk menjawab krisis pangan yang kini jadi perhatian dunia.
“Isu ketahanan pangan menjadi isi khusus saat ini. Tradisi lokal, seperti konsep ketahanan pangan tradisional Minangkabau, dianggap mampu menjawab isi tersebut,” jelasnya. Karena itu, pihaknya akan terus mendukung dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan serupa Pasar Seni Payakumbuh.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatra Barat, Saifullah, juga mengatakan akan terus mendukung agenda semacam ini. Menurutnya Disbud Sumbar memang bertugas untuk melestarikan kuliner tradisional. Di samping itu, ia melihat kegiatan seperti Pasar Seni Payakumbuh juga menjadi media untuk sosialisasi dan edukasi mengenai kekayaan kuliner tradisional dan hubungannya dengan ketahanan pangan.
“Melalui kegiatan ini kita dapat memberikan edukasi dan sosialisasi, supaya masyarakat tahu bahwa banyak sekali masakan tradisional kita yang harus dilestarikan dan dikembangkan,” paparnya.
Selain dipenuhi oleh ragam kuliner yang membuat bangkit selera makan sekaligus ajang mempelajari ketahanan pangan ala Minangkabau, Pasar Seni Payakumbuh juga menampilkan sejumlah pertunjukan. Ada randai, kesenian ratok suayan, serta penampilan dua penyair Iyut Fitra dan Irmansyah. (rls)
--