Langgam.id - Di balik angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB) yang masih menjadi tantangan di Dharmasraya, hadir sebuah terobosan dari UPT Puskesmas Tiumang yang patut dicontoh: PADUKA BERISTRI (Pelayanan Terpadu Kasus Ibu Hamil Berisiko Tinggi). Inovasi berbasis jemput bola ini menjadi angin segar dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayi di tingkat pelayanan dasar.
Gagasan ini lahir dari kepekaan seorang bidan muda, Jendri Riantika, A.Md.Keb, yang gerah melihat pola pelayanan konvensional yang hanya menunggu pasien datang. Padahal, tak jarang ibu hamil dengan risiko tinggi baru diketahui dalam kondisi kritis.
“Banyak ibu datang sudah dalam keadaan gawat. Karena sebelumnya, mereka tidak terpantau dengan baik,” tutur Jendri saat ditemui di sela kunjungan rumah, Rabu (24/07/2025).
Berangkat dari keprihatinan tersebut, PADUKA BERISTRI pun dirancang dengan pendekatan aktif. Tidak ada lagi menunggu pasien datang — melainkan seluruh data ibu hamil dipetakan, diklasifikasi menurut risiko kesehatannya, dan ditindaklanjuti dengan kunjungan terpadu ke rumah.
Tim kunjungan ini melibatkan lintas tenaga kesehatan: Kepala Puskesmas, dokter, bidan koordinator, bidan wilayah, petugas gizi, laboratorium, hingga petugas kesehatan lingkungan. Semua bergerak sesuai kebutuhan spesifik setiap ibu hamil.
“Kalau ada indikasi anemia, petugas lab ikut. Kalau ibu mengalami KEK, tim gizi turun langsung,” jelas Jendri.
Namun PADUKA BERISTRI bukan sekadar soal pemeriksaan medis. Program ini juga menyentuh pola makan, edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta memeriksa lingkungan tempat tinggal ibu hamil. Pendekatan ini memastikan setiap persoalan ditangani secara menyeluruh, personal, dan tuntas.
Sejak resmi diterapkan pada Agustus 2022, hasilnya sungguh menggembirakan. Angka komplikasi kehamilan berhasil ditekan, dan kasus kematian ibu serta bayi baru lahir mengalami penurunan nyata. PADUKA BERISTRI menjadi bukti nyata bahwa inovasi sederhana di tingkat puskesmas mampu membawa perubahan besar.
“Harapan kami, PADUKA BERISTRI tidak berhenti di Tiumang. Ini bisa jadi model layanan yang direplikasi di puskesmas lain, agar lebih banyak nyawa terselamatkan,” pungkas Jendri. (*/Yh)