Langgam.id - Orkes Taman Bunga (OTB) menjadi penampil penutup pada Malam Puncak Galanggang Arang Kayutanam 2024, 20 Juli 2024. OTB menghibur para pengunjung dengan 12 lagu karya mereka. Hingga pukul 02.00 dini hari, 21 Juli 2024, ribuan pengunjung masih bertahan di lokasi pelaksanaan.
Mahatma Muhammad, kurator Galanggang Arang Kayutanam 2024 menyebutkan bahwa keterlibatan OTB ke dalam helatan ini tentunya memiliki alasan kurasi tersendiri.
Selain karena grup ini diinisiasi oleh anak nagari yang ada di Sumatera Barat. OTB juga mengembangkan karakter dan kekayaan tradisi musikal Minang-Melayu ke dalam bingkai musik populer, dikenal dengan ritme yang ceria dan energik.
“Melibatkan OTB tentu bukan karena perami alek (peramai acara) saja. Kehadiran mereka bukan hanya menciptakan suasana meriah dan menyenangkan, grup ini memiliki narasi-narasi yang edukatif dan sarat budaya. Tentunya narasi tersebut merupakan refleksi sehari-hari dari masyarakat Minangkabau yang hidup di sepanjang jalur warisan budaya dunia ini,” ujar Mahatma. (22/07)
Dalam konteks warisan budaya, kehadiran musik pop yang mengakomodir musik Melayu Minang ini bisa merepresentasikan bagaimana budaya berkembang dan beradaptasi seiring waktu. Hal ini dapat mendorong diskusi tentang kesinambungan dan transformasi budaya, serta bagaimana elemen-elemen budaya yang berbeda dapat berinteraksi dan berkolaborasi.
Seperti salah satu lagu ciptaan OTB yang berjudul Centang Parenang. Dalam bahasa Indonesia berarti kacau balau. Lagu ini bercerita tentang ragam cara pandang anak nagari dalam menyikapi persoalan yang terjadi di nagari, salah satunya soal pusako (tanah). Sejak dahulu, sampai ke masa kolonial dan hari ini, tanah menjadi perdebatan dan sengketa yang tak kunjung usai.
Kemudian juga ada karya khusus pengembangan tradisi “Sijobang”. Sijobang atau Basijobang merupakan salah satu tradisi tutur yang berkembang di Minangkabau. Ada aransemen lagu Kampuang Nan Jauah di Mato untuk kembali membangkitkan rasa kecintaan anak nagari atas kampung halamannya, serta lagu-lagu jenaka lainnya.
“Saya berharap kehadiran OTB pada helatan ini juga bisa menjadi pengingat bagi anak nagari bahwa untuk merawat tradisi seni budaya dan seluruh warisan yang ada, dimulai dari mencintai nagari itu sendiri,” jelas Mahatma.
Orkes Taman Bunga berdiri sejak tahun 2012 di Padangpanjang. Grup musik ini mengangkat narasi kecil dari keadaan di sekitar sebagai otokritik dalam kemasan canda tawa. Kelompok ini telah melahirkan dua album yaitu Kita-kita (2016) dan Bhineka Rasa (2020). Mereka juga merilis sejumlah karya spesial dan commission works, seperti pengembangan musik tradisi Basijobang (2014); Aransemen musik Kolam Susu (2020); dan aransemen lagu Kampuang Nan Jauah di Mato (2023) untuk soundtrack film Onde Mande karya Paul Agusta. Tahun lalu OTB tampil di salah satu ajang musik bergengsi nasional yakni Synchronize Festival 2023.
Albert Rahman Putra, manajer dari Orkes Taman Bunga menyampaikan antusiasnya tampil di Galanggang Arang Kayutanam.
“Baru kali ini OTB diundang tampil di wilayah Pariaman. Sebelum tampil, kami mempersiapkan diri dengan maksimal. Semoga kehadiran OTB menjadi kegembiraan bagi seluruh anak nagari yang hadir di acara ini,” ungkap Albert.
Tahun ini, OTB sedang menyiapkan album baru spesial untuk anak-anak. Mereka berencana akan mengaransemen lagu-lagu anak Minangkabau tahun 1970, yang kala itu digarap dan diciptakan oleh Nuskan Sjarif. Ada beberapa lagu diantaranya Cik Umpang, Sapu-sapu Rangik, dan Si Leki, dan sisanya lagu tema anak-anak ciptaan OTB sendiri.
Jumaidil Firdaus, salah satu personel OTB menyebutkan bahwa album ini selain berangkat dari keresahan minimnya lagu-lagu anak di era sekarang, apalagi yang menggunakan tutur tradisi, album ini nantinya diharapkan bisa memberi warna dalam dinamika lagu-lagu pop minang hari ini, khususnya lagu dengan tema anak-anak.
Pada malam itu, selain OTB juga tampil beragam pertunjukan anak nagari diantaranya 153 orang dari 21 sanggar seni Padang Pariaman menampilkan Gandang Tambua Tansa kolosal Lagu Kureta Mandaki, dan 40 orang pemain indang dari 4 kelompok Indang memainkan WBTb Indang Tradisi Padang Pariaman dengan narasi khusus WTBOS.
Ada Randai Sanggar Seni Umbuik Mudo dari Sungai Asam yang memainkan naskah baru soal WBTOS. Bungo-bungo silek yang dipakai dalam randai Sanggar Umbuik Mudo pun dikembangan dari bungo silek Uluambek, silek tradisi khas Padang Pariaman yang juga merupakan WBTb.
Tampil juga WBTb Katumbak, perpaduan musik berkarakter riang dan tempo cepat, berasal dari perpaduan budaya yang berbeda yakni Minang, Melayu, dan India yang hidup berkembang di Pariaman secara kebudayaan. Ada Silek Bungo Rimbo Panjang yang dimainkan oleh anak disabilitas dan beragam permainan tradisi anak lainnya.
Ada pemutaran film bercerita tentang warisan budaya Mairik Macu, penyerahan sertifikat karya budaya, senandung dan cerita dari ingatan seniman dan penyanyi Rosmalini, pameran museum warga, Museum Parang Sintuak, pameran arsip dari Komunitas literasi Padang Pariaman, sketsa seniman Body Dharma, pameran foto sala lauak Ezha Rahmadani, serta stand kuliner khas Kayutanam dan Padang Pariaman. (*/Yh)