Nilai-nilai Kepemimpinan dalam Kisah Nabi Sulaiman

Keberlangsungan suatu kelompok sangat bergantung pada satu orang yang akan mengontrol dan. Dalam Islam, konsep kepemimpinan dikenal imamah.

Elgi Kurniawan. (Foto: Dok. Penulis)

Oleh: Elgi Kurniawan

Keberlangsungan suatu kelompok sangat bergantung pada satu orang yang akan mengontrol dan memberikan arahan demi tercapainya tujuan kelompok tersebut. Dalam Islam, konsep kepemimpinan dikenal dengan imamah.

Menurut Al-Marwadi dalam kitabnya Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, imamah adalah kewajiban untuk menjaga agama dan mengatur urusan dunia. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk memelihara keadilan, menegakkan syariat, dan menjaga kesejahteraan masyarakat.

Konsep imamah dalam Islam menjadi sangat prioritas, karena dalam sebuah hadis Rasulullah dijelaskan: “Kullukum ra’in wa kullukum mas’ulun an ra’iyyatihi." Sabda Rasul ini mengingatkan setiap manusia bahwa tiap-tiap dari mereka adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia pimpin.

Pembahasan mengenai kepemimpinan ini telah berlangsung sejak lama, dan bahkan hingga saat ini, pembahasan mengenai kepemimpinan yang ideal masih menjadi tanda tanya dengan berbagai bentuk dan corak yang dipaparkan.

Sehingga dalam Islam muncul kitab Fadhilatul Madinah yang ditulis oleh Al-Farabi, dan di dunia barat, khususnya pada masa Yunani kuno, telah muncul konsep kepemimpinan dan politik oleh Plato dalam bukunya The Republic dan Aristoteles dalam buku politiknya.

Al-Qur’an, yang merupakan pedoman utama dalam Islam, tidak hanya memuat masalah ibadah, tetapi juga banyak ayat yang membahas tentang kepemimpinan baik secara kontekstual maupun non-kontekstual.

Dalam membahas masalah ini, saya teringat dengan penjelasan di dalam ruangan kuliah mengenai suatu kisah yang sangat menarik dalam Al-Qur’an. Kisah yang di dalamnya terdapat tanda kekuasaan Allah ternyata memiliki hikmah yang sangat luas dalam hal kepemimpinan.

Kisah yang akan kami rangkum adalah kisah mengenai Nabi Sulaiman, yang merupakan seorang utusan Allah dengan banyak kelebihan, seperti menjadi raja terkaya di bumi, mampu berinteraksi dengan jin dan hewan, bahkan salah satu mukjizatnya adalah kecepatannya dalam perjalanan ke timur dan barat.

Kisah Nabi Sulaiman yang akan kami rangkum sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Naml.

1. Nabi Sulaiman dan Semut

    Pada suatu perjalanan, Nabi Sulaiman beserta pasukannya (jin, manusia, dan hewan) harus berhenti karena melihat rombongan semut yang sedang lewat. Saat berhenti, Nabi Sulaiman memeriksa kehadiran dan keadaan pasukannya. Ketika ia memeriksa burung-burung, ia tidak menemukan hud-hud.

    Hal ini membuat Sulaiman marah karena hud-hud hilang tanpa kabar, dan ia berkomitmen untuk mengazab hud-hud dengan azab yang sangat pedih jika tidak ada alasan yang jelas. Namun, dalam keadaan marah, Sulaiman tetap mengakhiri kalimatnya dengan redaksi tabayyun, yaitu bersedia untuk mencari tahu kebenaran dan mendengarkan alasan yang nantinya akan dibawa oleh hud-hud.

    Tak lama kemudian, hud-hud kembali kepada Sulaiman, menghormatinya, dan menceritakan apa yang ia saksikan, yaitu bahwa ia bertemu dengan daerah yang jauh yang dipimpin oleh seorang ratu yang sangat berkuasa, tetapi ia menyembah matahari.

    Mendengar kisah tersebut, Nabi Sulaiman menulis surat dan menyuruh hud-hud untuk mengantarkannya guna membuktikan kebenaran yang diceritakan. Dalam kisah ini, kita dapat melihat beberapa hal penting tentang kepemimpinan:

    • Seorang pemimpin harus mengetahui keadaan masyarakatnya, sebagaimana Sulaiman memeriksa pasukannya, walaupun hanya seekor burung.
    • Seorang pemimpin dan masyarakat secara umum harus bertabayyun, yaitu berusaha mencari kebenaran, jangan hanya percaya pada kata orang dan media sosial, serta tidak mudah percaya dengan semua berita yang tersebar.
    • Dari burung hud-hud, kita belajar bahwa jika kita melakukan kesalahan, kita harus menjelaskan alasan di balik tindakan tersebut dengan jujur dan tidak lupa untuk meminta maaf.

    2. Ratu Balqis: Musyawarah dan Kebijaksanaan

      Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa ketika surat Sulaiman telah sampai, Ratu Balqis mengumpulkan seluruh penasihatnya untuk membahas isi surat yang dikirimkan oleh Sulaiman. Ia menegaskan, “Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu (penasihat dan pembesar) dalam majelis (ku).”

      Di sini, kita diperlihatkan bagaimana seorang pemimpin yang mendahulukan musyawarah dalam setiap langkah yang akan diambil.

      Salah satu penasihatnya mengusulkan untuk berperang, tetapi Ratu Balqis berkata bahwa jika raja-raja memasuki suatu negeri, mereka pasti akan membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang mulia menjadi hina.

      Dari kisah ini, kita disuguhkan dengan sikap bijaksana seorang pemimpin yang selalu mempertimbangkan dampak dari tindakan yang diambil.

      Sebagian kisah Nabi Sulaiman yang telah kami paparkan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi siapa saja, terutama mereka yang diamanahkan untuk memimpin suatu kelompok. Hendaklah setiap pemimpin memahami posisinya dan bagaimana kedudukan serta wewenangnya. Wallahu a'lam bishawab.

      Penulis: Elgi Kurniawan (Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi)

      Baca Juga

      Pernahkah anda merasa tidak aman saat berjalan sendirian, baik siang maupun malam? Atau pernah menyaksikan tindakan pelecehan seksual?
      Membongkar Stigma dan Kesenjangan Hukum dalam Kasus Pelecehan Seksual
      Mungkin dari judul tulisan ini kita tersadar bahwa judul tulisan ini dapat memberikan dua tema pembahasan yang mungkin berbeda, tapi
      Integrasi Nilai Kepemimpinan dalam Islam dan Dinamika Medsos Hari Ini
      Istilah social butterfly merupakan ungkapan populer yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam bersosialisasi secara efektif. Istilah ini
      Social Butterfly: Pentingnya Kecerdasan Sosial dalam Kehidupan dan Perkembangannya Sejak Usia Dini
      Sejak masa kolonial, pajak telah menjadi isu sensitif yang menimbulkan resistensi di kalangan rakyat. Kebijakan perpajakan yang diterapkan
      Resistensi Perpajakan: Relevansi Sejarah dan Implikasinya pada Kebijakan Pajak Modern
      Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau yang lebih dikenal dengan singkatan H.O.S Tjokroaminoto merupakan seorang tokoh yang lahir di Ponorogo pada 16 Agustus 1882.
      Warisan Intelektual H.O.S. Tjokroaminoto: Guru Para Tokoh Bangsa
      Thomson Reuters melaporkan bahwa Indonesia menempati posisi ketiga di antara negara-negara dengan konsumsi busana Muslim terbesar pada
      Dekonstruksi Islam Identitas: Refleksi atas Praktik Keagamaan Kontemporer