Langgam.id - Tim medis saat ini menjadi garda terdepan dalam mengantisipasi wabah Virus Corona (Covid-19) di Indonesia. Tak jarang para tim medis sangat rentan akan tertular virus baru tersebut, apalagi tidak dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai.
Rasa was-was inilah yang dirasakan para tim medis di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat (Sumbar) yang saat ini sangat minim APD. Khususnya, di 15 puskesmas yang berada di daerah pelosok yang tersebar di beberapa pulau yang ada di daerah tersebut.
Mentawai yang merupakan daerah kepulauan ini, tentu ujung tombak para tim medis berada di setiap puskesmas. Meskipun di Sumbar, khususnya di Mentawai, hingga saat ini belum ada yang dinyatakan positif terjangkit Virus Corona.
Namun antisipasi lebih awal, tentu menjadi hal yang lebih penting. Apalagi, Mentawai satu-satunya daerah yang sangat dilirik wisatawan mancanegara ketika menginjakkan kaki di Sumbar.
Tidak hanya itu, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mentawai di Tuapeijat, Sipora Utara sebagai pusat pelayanan kesehatan juga sangat minim APD. Di sini, pasien yang mengalami gejala corona, hanya akan dirawat dan boleh berada di lokasi selama 24 jam.
Selanjutnya, pasien tersebut langsung dilarikan ke Kota Padang yang memiliki rumah sakit rujukan corona. Salah satunya, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang.
"Kalau untuk APD corona masih kurang, kami masih sangat membutuhkan, apalagi dengan kondisi sekarang. Kami hanya ada masker dan sarung tangan, tapi ruang daerah Mentawai juga cukup luas,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Mentawai, Lahmuddin Siregar saat dihubungi Langgam.id via telepon, Sabtu (21/3/2020).
Adapun APD yang minim di Mentawai, katanya, seperti baju Hazardous material suit atau Hazmat suit. Para tim medis pun hanya memanfaatkan baju perlengkapan operasi. Namun, untuk setiap puskesmas, hanya mengunakan jas hujan dalam penanganan.
"Semua sarana dan prasarana itu harus ada. Kita tidak tahu kasus yang terjadi, tapi mudah-mudahan tidak ada. Baju Hazmat tidak ada. Sebelumnya, kami pakai baju operasi, kalau di puskesmas pakai jas hujan dan di RSUD pakai baju bedah," jelasnya.
Hal ini juga dibuktikan dengan beredarnya foto-foto evakuasi warga negara asing di Mentawai beberapa waktu lalu. Dari foto itu, para tim medis hanya mengunakan jas hujan. Diketahui, evakuasi warga negara asing itu berlangsung di Siberut.
Meskipun para warga negara asing tersebut hanya mengalami gejala sakit perut, karena diketahui baru selesai menyantap daging babi ternak. Mereka dinyatakan bukan terjangkit Virus Corona (Covid-19). Namun setidaknya, kejadian ini membuktikan betapa ngerinya perjuangan para tim medis di Bumi Sikerei tersebut.
"Ya mau tidak mau, itulah resiko petugas tim medis kami yang masih butuh perhatian, baik sarana dan prasarana. Belum lagi memikirkan transportasi ke Padang, memang kerja berat bagi kami," ucap Lahmuddin.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, katanya, hanya bisa memperketat pengawasan dalam mengantisipasi penyebaran Virus Corona masuk ke wilayah itu. Salah satunya, menutup semua pintu masuk di seluruh pelabuhan di Kota Padang ke Mentawai.
Keputusan itu telah tertuang dalam surat edaran yang ditanda tangani Ketua Gugus Tugas Covid-19, yaitu Wakil Bupati Mentawai, Kortanius Sabeleake. Dalam surat itu, kapal-kapal pesiar maupun reguler dilarang memberangkatkan wisatawan mancanegara ke Mentawai. Ini berlaku mulai 20 Maret hingga 5 April 2020.
Dijelaskan Lahmuddin, di Mentawai terdapat sebanyak enam Orang Dalam Pemantauan (ODP), diketahui baru pulang dari daerah terjangkit Covid-19. Mereka saat ini terus dimonitoring tim medis selama masa inkubasi 14 hari.
"Kalau masyarakat dari daerah terjangkit dan tertular yang berada di Mentawai, totalnya ada 117 orang, 37 diantaranya merupakan warga negara asing. Itu data kemarin sore. Kalau Pasien Dalam Pengawasan (PDP), tidak ada," ungkapnya.
Upaya dalam penanganan untuk mengantisipasi wabah Virus Corona ini terus diupayakan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai di tengah serba keterbatasan. Termasuk, menyediakan satu unit ruang isolasi di RSUD Mentawai.
Namun, ruang isolasi itu hanya dipergunakan dalam penanganan sementara, yaitu hanya untuk 24 jam. Selanjutnya, pasien akan dibawa ke rumah sakit rujukan corona, seperti di RSUP M Djamil Padang yang memiliki fasilitas yang memadai meskipun dalam keadaan darurat atau malam hari sekalipun.
"Kita berharap tidak ada kasus ya (Covid-19). Masyarakat Mentawai semua kami edukasi untuk hidup sehat. Termasuk menghindari kegiatan kerumunan masyarakat, dan kami juga telah meliburkan sekolah," ujar Lahmuddin.
Ia berharap, masyarakat juga turut saling bahu membahu dalam penanganan wabah tersebut. "Mari kita sama-sama berdoa, dan kita harapkan masyarakat bahu membahu dengan mandiri menolong dirinya. Kalau sakit, segera datang ke petugas kesehatan, kerja sama ini yang sangat kita harapkan sekarang," katanya. (Irwanda/ZE)