Meromantisasi Sumbang Duobaleh Sebagai Kebudayaan Minangkabau Melalui Media

Meromantisasi Sumbang Duobaleh Sebagai Kebudayaan Minangkabau Melalui Media

Dinda Wahyuni. (Foto: Dok. Pribadi)

Sumbang, jangga atau cando adalah perilaku tidak terpuji yang harus dihindari oleh wanita Minangkabau. Sumbang duobaleh merupakan sistem adat yang dibuat khususnya untuk wanita Minangkabau agar terhindar dari perbuatan- perbuatan sumbang tersebut. Kehormatan wanita dalam suku Minangkabau sangat di junjung tinggi, di karenakan bagi orang minang wanita adalah simbol yang terhormat dan harus di jaga. 

Bahkan saking dimuliakannya wanita dalam suku Minangkabau tata cara duduk dan berdiri pun diatur dalam sumbang duobaleh. Duabelas perilaku yang wajib dihindari wanita Minang tersebut adalah (1) sumbang duduak, (2) sumbang tagak, (3) sumbang bajalan, (4) sumbang kato, (5) sumbang caliak, (6) sumbang makan,(7) sumbang pakai, (8) sumbang karajo, (9) sumbang tanyo, (10) sumbang jawek, (11) sumbang bagaua, dan (12) sumbang kurenah.

Kenyataan-nya di era kemajuan teknologi saat ini, sumbang duobaleh justru tidak terlihat lagi sebagai ciri khas wanita Minang. Penggunaan sosial media telah dan lain sebagainya telah membawa perubahan di tengah kehidupan berbudaya. Wanita Minang pada masa sekarang ini banyak yang telah lupa akan harkatnya sebagai wanita yang terhormat.

Bak pepatah Minang, Sakali aia gadang, Sakali tapian barubah, cupak lah di ambiak rang panggaleh, jalan lah di asak rang lalu.
Perubahan memang suatu hal yang tidak bisa dielakkan. Namun kita tentunya menginginkan perubahan yang baik, perubahan yang tetap membawa budaya-budaya yang ada.

Perkembangan teknologi yang pesat tidak bisa di biarkan hanya untuk membawa pergeseran budaya, Seharusnya bisa di manfaatkan untuk mempromosikan budaya melalui media-media yang ada.
kita sebagai generasi muda yang sadar akan pentingnya melestarikan kebudayaan minang kabau sepatutnya bisa memperkenalkan dan menyalurkan konten konten mengenai budaya, terutama membahas sumbang duobaleh yang harus di terapkan oleh perempuan minang kabau,

Kita bisa melakukan upaya-upaya berikut untuk membangkitkan kembali adat sumbang duobaleh di minang kabau

  1. Menggunakan media untuk menyebarkan narasi yang menghormati dan memuliakan wanita sebagai individu yang memiliki nilai dan martabat.
  2. Menggambarkan cerita-cerita inspiratif tentang wanita yang berhasil mengatasi hambatan dan memperjuangkan kehormatan mereka dengan teguh, baik dalam bidang profesional maupun personal.
  3. Menyediakan konten edukatif melalui media tentang hak-hak wanita, termasuk hak atas kebebasan, perlindungan dari segala bentuk kekerasan, dan kesetaraan.
  4. Menggunakan media untuk menyediakan dan mempromosikan sumber daya dan informasi tentang pengembangan diri, keterampilan, dan kemandirian bagi wanita, sehingga mereka dapat memperkuat kehormatan dan kesadaran diri.
  5. Mendorong partisipasi aktif wanita dalam pengambilan keputusan, baik itu dalam lingkup keluarga, komunitas, maupun ranah publik, melalui promosi partisipasi politik dan kegiatan-kegiatan sosial. Melalui upaya-upaya tersebut media dapat menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan kesadaran wanita tentang kehormatan mereka dan memperkuat peran mereka dalam masyarakat secara positif. Serta menghidupkan kembali Sumbang duobaleh dalam berkehidupan di ranah Minang.

*Penulis: Dinda Wahyuni (Mahasiswi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas)

Baca Juga

Operasi Tangkap Tangan (OTT) telah menjadi instrumen yang sangat efektif dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Meski demikian,
OTT Itu Penting: Sebuah Bantahan untuk Capim KPK Johanis Tanak
Pada tahun 2024 ini pemilihan kepala daerah (Pilkada) akan digelar di 10.846 tempat pemungutan suara (TPS) dengan jumlah pemilih
Menolak Politik Uang: Menjaga Integritas Demokrasi di Sumatra Barat
Konsep multiverse atau "alam semesta jamak" telah lama menarik perhatian ilmuwan dan filsuf sebagai cara untuk memahami potensi keberadaan
Multiverse: Dimensi Paralel dalam Sains dan Budaya Populer
Pasaman Barat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatra Barat, dikenal dengan keberagaman etnis dan budayanya. Wilayah ini dihuni oleh
Romantisme Asimilasi di Pasaman Barat
Indak karambia amak ang ko do..!" Ungkapan dalam bahasa Minang itu pernah terlontar dari Bapak Republik ini kepada kolonial Belanda yang saat
Amarah Tan Malaka: Umpatan dalam Bahasa Minang kepada Kolonial Belanda
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad berkembang di tengah masyarakat Arab Jahiliah yang akidah dan moralnya sangat rusak, sehingga
Kejayaan Ilmu Pengetahuan Islam: Inspirasi dari Masa Lalu untuk Kebangkitan Masa Kini