Merawat Kebudayan Kunci Terpenting Memaksimalkan Status UNESCO Sawahlunto

Merawat Kebudayan Kunci Terpenting Memaksimalkan Status UNESCO Sawahlunto

Foto: YH

Langgam.id - Kunci mengelola situs warisan dunia UNESCO Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto (OCMHS) adalah bagaimana meracik harmonisasi (budaya), menyamakan frekuensinya.

Sawahlunto, kota terlahir karena temuan batu bara dan disokong oleh ragam etnis. Para pekerja awal yang didatangkan dari tanah Jawa, mau tak mau adalah termasuk peneroka Sawahlunto. Ragam etnis lain pun hadir bersamaan seperti dari Bugis, dan Batak. Sehingga kota ini menjadi paling multietnis di Sumatra Barat.

Langgam budaya yang bertumbuh pun beragam jadinya. Ini adalah modal besar Sawahlunto menjamu tamu dunia.

Duta Besar / Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Surya Rosa Putra mengatakan, enkripsi warisan yang ditetapkan UNESCO sebenarnya tidak ada tujuan wisata, tapi supaya dunia merasa memiliki, melindungi dan melestarikan.

Demikian dalam konteks OCMHS atau Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto, yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada gelaran Sesi ke-43 Pertemuan Komite Warisan Dunia pada tanggal 6 Juli 2019 di Kota Baku, Azerbaijan.

Artinya, pengakuan UNESCO, berarti dunia merasa memiliki warisan tambang batu bara Ombilin Sawahluno, sehingga spontan ikut menjaga, melestarikan, dan mengunjunginya.

“Kalau bisa menghasilkan ekonomi dari keberadaannya, tapi efeknya bukan warisan dunia (kebanyakan orang berpikir, ini karena warisan UNESCO, ini bisa mendatangkan turis). Tapi logikanya kalau kita melindungi dengan baik, melakukan pemeliharaan, kerja sama dengan pihak lain, promosi, menonjolkan budayanya ke dunia, orang datang lebih lanjut,” terangnya, beberapa waktu lalu.

Surya yang ikut berperan dalam pengakuan warisan budaya Unesco ke-5 untuk Indonesia ini, mengatakan keterpilihan warisan tambang Ombilin Sawahlunto, lebih kepada budaya menambang batu bara itu sendiri.

Nilai plusnya adanya pertemuan teknologi tambang yang dibawa oleh bangsa Barat (Belanda) kala itu (pengujung abad ke-19), dengan budaya lokal.

“Turis datang lebih kepada orang mempelajari kebudayaan Sawahlunto. Misal bagaimana teknologi menambang dulunya. Orang datang karena ingin melihat budaya kita,” ujar putra Tanjung Barulak, Tanah Datar, Sumatra Barat ini.

Dia memastikan, UNESCO akan terus mendampingi Pemko Sawahlunto dan pihak lain yang bersinggungan dengan pengelolaan OCMHS selama 1-2 tahun. “Kami punya kewajiban membuat laporan periodik dan laporan orang lain. UNESCO mengirim pihak ketiga, melihat kondisinya. Apakah digarap,” ungkapnya.

Kemudian UNESCO juga punya langkah penilaian, kalau dijadikan tujuan kunjungan turis, apakah punya programnya.

Baca Juga: Meracik Harmonisasi Menyambut Tamu Dunia di Warisan Tambang UNESCO

Wali Kota Sawahlunto Deri Asta menyadari roh OCMHS selain warisan fisik aktivitas penambangan batu bara, adalah pancarona kebudayaan di Sawahlunto.

“Kita punya komunitas tersendiri, multietnis, menjadi cikal bakal Sawahlunto, yang harus tetap eksis. Ini layak kita jual. Kota tambang berubah visi menjadi kota tambang wisata satu per satu sudah kita mulai,” bebernya.

Menurutnya, merawat, menjaga, melestarikan warisan tambang dan budayanya adalah tugas yang harus dipikul setelah penetapan. Ia menyebutkan, saat ini pihaknya terus mengkaji bagaimana mensikronkan masa lalu dengan masa kini.

Ia mencontohkan, Lobang Tambang Mba Soero, menunjukkan budaya masa lalu. Mba Suroh seorang mandor, tapi konon katanya punya ilmu kebathinan, kesaktiaan. Dalam konteks hari ini, Lobang Tambang Mba Soero menjadi destinasi wisata menelusuri tambang dalam di Sawahlunto.

Dalam penelusuran, juga dikisahkan soal kegiatan tambang dan bagaimana peran pekerja, termasuk peran yang dimainkan Mba Soero kala itu.

Lalu tak kalah penting, menurut Deri adalah merawat budaya yang ada seperti tenun songket Silungkang, bahasa tangsi (ini ditetapkan warisan tambang tak benda karena percampuran bahasa Jawa, Bugis, China, Minang), dengan langgam dialek yang khas.

“Budaya tidak perlu diciptakan yang baru, cukup dihidupkan langgam kebudayaannya,” tukas Deri. (Osh)

Baca Juga

Orkes Taman Bunga Meriahkan Malam Puncak Galanggang Arang Kayutanam 2024
Orkes Taman Bunga Meriahkan Malam Puncak Galanggang Arang Kayutanam 2024
Seniman dan Anak Nagari Sumbar Rumuskan Rekomendasi untuk WTBOS
Seniman dan Anak Nagari Sumbar Rumuskan Rekomendasi untuk WTBOS
Penampilan Reog Ponorogo Subur Budoyo Memukau Penonton di Penutupan Galanggang Arang #6 Sawahlunto
Penampilan Reog Ponorogo Subur Budoyo Memukau Penonton di Penutupan Galanggang Arang #6 Sawahlunto
Kaba Rupa di Galanggang Arang #8 Stasiun Solok
Kaba Rupa di Galanggang Arang #8 Stasiun Solok
Pertunjukan Kolosal Perkusi Kureta Mandaki Gendangkan Galanggang Arang #7 Kayutanam
Pertunjukan Kolosal Perkusi Kureta Mandaki Gendangkan Galanggang Arang #7 Kayutanam
Gelanggang Arang ke 7 di Kayu Tanam, Merayakan Jalur Kereta Api WTBOS
Gelanggang Arang ke 7 di Kayu Tanam, Merayakan Jalur Kereta Api WTBOS