Sayup-sayup suara talempong pacik terdengar bersahutan dari kejauhan, dentuman suara gendang yang bertalu-talu tak lantas menenggalamkan suara alat musik tradisional Minang yang memiliki suara lengking tersebut.
Suara itu berasal dari sebuah bekas bangunan pasar nagari yang seketika disulap menjadi
panggung pertunjukan seni, ratusan pasang mata fokus memperhatikan sekumpulan anak yang tengah asik menari dan memainkan alat musik.
Seorang di antaranya, Andika, anak berusia 13 tahun terlihat asik menjaga ritme dan harmonisasi musik agar sesuai dengan gerakan tari yang sedang diiringinya.
Tampil di hadapan banyak orang bukanlah pengalaman pertama bagi siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Balingka tersebut. Sebelumnya, dalam kegiatan serupa, Andika bersama teman-temanya sudah tampil di tempat lain.
Mempelajari alat musik tradisional telah dimulainya sejak kelas 4 sekolah dasar, waktu itu ia hanya sekedar belajar, bukan untuk tampil seperti yang dilakukannya beberapa waktu belakangan.
"Untuk penampilan ini proses latihan dimulai sejak tiga minggu yang lalu," katanya usai tampil
dalam kegiatan Pentas Seni Anak Nagari yang digelar di Nagari Sungai Landia Kecamatan IV Koto, Agam, Sumatra Barat pada Minggu, 3/3/2019.
Andika mengakui, awalnya ia sempat mengalami kesulitan dalam mempelajari alat musik tersebut,
terkadang iramanya terbalik.
Sekalipun demikian, setelah latihan dalam waktu yang cukup lama, akhirnya ia dapat dengan
lancar memainkan talempong pacik dan bahkan ia juga dapat memainkan alat musik lain, seperti
gandang tambua.
Ada rasa bangga tersendiri baginya ketika dapat tampil di hadapan banyak orang. Tidak hanya itu,
ia juga merasa beruntung memiliki kepandaian memainkan alat musik tradisi sementara beberapa teman sebayanya tidak bisa.
"Saya ingin terus mempelajari dan memainkan alat musik ini, sampai kapan pun," ujarnya.
Selain Andika beserta teman-temannya yang merupakan anak nagari Sungai Landia, berbagai
penampilan lain juga disajikan ke hadapan masyarakat.
Tidak hanya dari Nagari Sungai Landia, beraneka pertunjukan dari berbagai daerah, seperti dari
Balingka, Guguak Randah, Lasi serta Nagari Balai Gurah Agam juga ditampilkan.
Dalam pentas seni yang berlangsung selama lebih kurang 6 jam tersebut, setidaknya terdapat 13 penampilan seni, mulai dari penampilan tari tradisi dan kreasi serta penampilan gandang tambua.
Kegiatan yang digagas oleh Komunitas Seni Budaya KIEK Sungai Landia itu berawal dari kegelisahan remaja-remaja di nagari yang ingin belajar tari.
Kegelisahan tersebut kemudian semakin berkembang hingga melahirkan ide untuk melaksanakan sebuah even kesenian berupa pentas seni.
Syukra Maulana selaku ketua pelaksana menyebutkan, secara perlahan ide tersebut direalisasikan dengan menggelar latihan yang melibatkan anak-anak.
"Setelah melalui proses latihan dengan semangat, akhirnya pentas seni dapat terlaksana," tutur pria yang merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang tersebut.
Membangkitkan semangat generasi muda untuk berkreasi melalui wadah kesenian, seperti seni tari dan musik merupakan sasaran dari dilaksanakannya kegiatan itu.
Syukra menambahkan, pentas seni berbasis tradisi tersebut juga bertujuan untuk membuat
jaringan antar sesama komunitas di Sumbar, terutama yang fokus melibatkan anak-anak.(SR)