Langgam.id - Petani Nagari Pakan Rabaa Koto Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatra Barat kini bernafas lega. Pasalnya, mereka bisa menghasilkan cuan dari hasil mengolah kotoran sapi.
Pupuk yang digunakan petani di nagari ini berasal dari bahan limbah kotoran sapi yang diolah oleh Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Kompos Pakan Rabaa yang menghasilkan pupuk kompos.
Kini dari 30 ekor sapi yang dikelola KUPS mampu menghasilkan kompos sebanyak 1 ton/bulan. “Pupuk ini dapat dibeli oleh anggota kelompok dan masyarakat nagari dengan harga Rp 800,-/kg,” kata ketua KUPS Arlis, kemarin.
Dikatakannya dengan usaha kompos ini, KUPS Kompos Pakan Rabaa masuk sebagai KUPS Kategori Gold dari Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan KLHK. Pencapaian yang baik mengingat umur KUPS yang baru satu tahun berjalan, kategori Gold diberikan kepada KUPS yang sudah melakukan produksi dan pemasaran
Dengan keberhasilannya KUPS Kompos Pakan Rabaa ini, dengan produksi yang mereka hasikan mampu memperkuat ketahanan pangan lokal masyarakat nagari. Termasuk kepastian terhadap pasokan pupuk dengan harga terjangkau dan mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian. Pertumbuhan ekonomi masyarakat nagari pada dasarnya berkolerasi dengan upaya pengamanan hutan yang ada disekitar mereka.
Korelasi peningkatan ekonomi masyarakat dari pertanian dan pemeliharaan hutan ini, menjadikan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatra Barat bersama Kepala KPHL Hulu Batanghari memberikan bantuan pada Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Kompos.
Penyerahan bantuan yang dilakukan hari ini (16/9) oleh Kepala Dinas Kehutanan Sumbar dan KPHL Hulu Batanghari berupa satu buah alat pencacah rumput, satu unit alat pencacah kompos, dan satu unit kendaraan roda tiga.
Nagari Pakan Rabaa, Kabuparten Solok Selatan adalah salah satu hulu Sungai Batanghari. Untuk melindungi hulu sungai, sejak tahun 2015 masyarakat telah mengusulkan 4.260 ha hutan mereka untuk dikelola dengan skema Hutan Nagari.
Lanskap Batanghari Hulu, tempat hutan nagari pakan Rabaa merupakan hulu sungai Batanghari yang merupakan sungai terpanjang di Sumatera. Keberadaan hutan di Lanskap Batanghari Hulu dan membawa berkah untuk masyarakat disekitar hingga hilirnya.
“Ini adalah bukti gotong royong masyarakat yang sangat baik. Kegiatan KUPS bersama LPHN ini sudah melampaui target, karena efek dari usaha kompos ini tidak hanya dirasakan oleh LPHN/KUPS saja.. tapi sudah dirasakan oleh masyarakat nagari,” kata Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yoswardi saat serah terima alat bantuan kepada pengelola KUPS.
Dengan bantuan ini, diharapkan produksi KUPS akan semakin meningkat. Tahun sebelumnya, 2020 KUPS Kompos Pakan Rabaa juga sudah menerima bantuan dari BPDAS Batanghari berupa satu unit alat pencacah dan satu unit alat pengayak. Inilah yang menghasilkan produksi kompos sampai 1 ton/bulan.
Melihat potensi ketersediaan bahan baku kompos yakni jerami dan kotoran sapi, membuat penyuluh KPHL Hulu Batanghari dan fasilitator KKI Warsi mengajukan permohonan bantuan alat tambahan.
Bahan baku utama pupuk kompos yakni jerami dan rumput sisa makanan sapi memiliki ketersedian berlimpah di nagari. Begitu juga kotoran sapi yang dihasilkan dari tiga puluh ekor sapi yang sebelumnya hanya berjumlah sepuluh ekor yang berasal dari. Bantuan program internasional yang disalurkan oleh KKI Warsi pada tahun 2014.
“Pada saat ini alhamdulillah kami sudah bisa membuat dan memasarkan pupuk kompos dengan mandiri, walau pun pasarnya masih lokal. Kendala kami selama ini adalah pengangkutan pupuk yang berkarung-karung harus diantar bolak-balik ke pembeli dengan sepeda motor. Namun dengan adanya bantuan Viar dari pemerintah, bisa diangkut sakali banyak,” tutur Bendahara KUPS sekaligus pengolah pupuk kompos Elvita Surianti.
Karena memiliki harga yang murah, petani Nagari Pakan Rabaa yang rata-rata adalah petani sawah dan hortikultura berebut mendapatkan pupuk kompos ini. Pengelola KUPS Kompos sering kewalahan menerima pesanan.
“Semoga dengan bantuan dari Dinas Kehutanan ini, produksi kita makin meningkat dan makin banyak petani yang bisa kita suplai pupuk kompos,” katanya.
Potensi pupuk kompos ini harus dikelola dengan baik, karena sudah terbukti bahwa usaha ini tidak hanya memberikan dampak ekonomi pada kelompok, tapi juga masyarakat nagari. Pada saat ini Pakan Rabaa sedang menghadapi tantangan ilegal logging dan penamanan emas liar di lokasi pengelolaan hutan nagari.
Harapan ke depannya, melalui akses pupuk yang lebih murah dan mudah dapat berdampak pada peningkatan produksi pertanian.
“Pupuk kompos pun lebih ramah lingkungan dan juga makin meningkatkan ekonomi masyarakat nagari. Dengan ini harapan kita praktik-praktik ilegal di hutan nagari, bisa dihilangkan karena perekonomian masyarakat sudah sangat terbantu oleh pertanian lokal,” kata Koordinator Program KKI Warsi Rainal Daus.