Mengenal Potensi dan Risiko Kesehatan pada Perempuan

Perempuan sebagai salah satu tokoh utama dalam penentu garis keturunan keluarga harus mengenal apa saja yang menjadi potensi kesehatan yang ada dalam dirinya dan anak keturunanya, seperti mengenal karakteristik diri pribadi, dan riwayat keturunan penyakit keluarga, sehingga bisa mencegah kesakitan dan kematian perempuan di kemudian hari. Pengenalan potensi kesehatan dan resiko ini bisa dikenalkan dari masa muda, yaitu masa remaja, sebagai bentuk persiapan diri, menuju kompleksitas perubahan yang terjadi sampai usia dewasanya. Karena hal fatal yang kemungkinan kaum perempuan alami adalah kesakitan dan kematian yang terjadi akibat gangguan ataupun masalah pada organ reproduksinya.
 
Seperti kita ketahui bersama, Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan pada suatu daerah dan negara, menilik AKI sendiri, bisa terjadi di berbagai usia ibu, dimulai dari usia remaja. Karena banyak kasus kita temukan remaja usia sekolah, sudah mulai mengenal pergaulan bebas sampai pada hubungan seksualitas. Sehingga sangat penting rasanya, pengenalan dan pendekatan mengenai potensi kesehatan perempuan ini dikenalkan sedini mungkin.

Meskipun remaja belum akan menikah, dan hamil di usia mudanya, tetapi remaja harus kita siapkan sebagai calon ibu, maka remaja harus memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan kesehatan yang cukup, agar bisa mencegah beberapa faktor penyebab kematian ibu, yakninya perdarahan, eklampsia, infeksi, yang muncul karena faktor risiko 4 Terlalu dan 3 Terlambat dalam penyebab kematian ibu. 4 terlalu itu terdiri dari terlalu muda dimana usia ibu hamil kurang dari 20 tahun, lalu terlalu tua dimana usia ibu hamil lebih dari 35 tahun, terlalu dekat dimana jarak anak yang dilahirkan kurang dari 2 tahun, dan terlalu banyak dimana jumlah anak lebih dari 3 orang.

Sementara untuk 3 terlambat adalah terlambat mengambil keputusan kesehatan untuk dirujuk, lalu terlambat sampai ditempat rujukan, dan terlambat mendapat penanganan kesehatan. Selain faktor penyebab langsung dan tidak langsung diatas, Pernikahan dan Kehamilan di usia muda menyumbang porsentase cukup tinggi dalam kasus kematian ibu, terlebih bagi remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan berupaya melakukan pengguguran kandungan dengan cara ilegal, dan bila kehamilan usia remaja ini diteruskan, maka ibu muda ini akan memicu persoalan baru dalam sisi psikologis dan pengasuhan anak.
 
Setelah melihat berbagai permasalahan dan persoalan remaja dan AKI diatas, perlu dilakukan pencegahan sebaik mungkin, yang bisa diberikan oleh petugas kesehatan, sekolah, keluarga, dan pemerintah. Dimana pencegahan bisa dilakukan dalam bentuk pemberian sosialisasi, pelatihan, peningkatan pengetahuan, atau mungkin aturan-aturan yang sangat mengikat di sekolah dan keluarga, selain bekal agama yang sangat penting tentunya.

Karena pembahasan disini dititik beratkan pada bagaimana pengenalan AKI itu sendiri, maka selain mencegah AKI dengan mengenal 4 Terlalu dan 3 telambat, juga bisa dilakukan dengan mengenal karakteristik diri. karakteristik diri ini bisa dilihat dari Tinggi Badan, Berat Badan, Ukuran Lingkar Lengan Atas, status imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan juga Kadar haemoglobin (Hb) dalam darah. Apakah semua tadi dalam batas aman/normal atau tidak. Batas normal Indeks masa tubuh (IMT) bisa dilihat dari perbandingan tinggi badan dan berat badan, tergolong kurus, normal, atau gemuk/obesitas. Sementara untuk ukuran LILA batas normalnya harus >23,5 cm yang diukur pada lengan yang tidak dominan dipakai beraktifitas, agar terhindar dari KEK atau kekurangan energi kronis. Batas lengkap imunisasi TT jika sudah melengkapi statusnya sampai TT5 atau 5x pemberian, karena akan memberikan perlindungan selama 25 tahun. Dan selanjutnya, nilai normal untuk Haemoglobin, bagi remaja atau ibu yang tidak hamil >12 gr%, agar tidak tergolong anemia.

Keseluruhan karakteristik diri tadi bisa menjadi faktor risiko ataupun faktor pemicu, Jika ditemukan bahwa remaja ini menemukan ketidaknormalan pada dirinya, maka sebisa mungkin harus ditangani dan ditindaklanjuti sesegera mungkin oleh remaja sendiri, keluraga, dan pihak sekolah ke fasilitas kesehatan. Sehingga kondisi ini, tidak berlarut dan menjadi penyebab masalah/ pemicu munculnya penyakit lainnya dikemudian hari. Terlebih lagi apabila diketahui adanya kondisi penyakit genetik atau keturunan pada diri remaja, maka hal ini bisa memperparah kondisi kesehatan remaja itu sendiri.
 
Selain beberapa karakteristik dari diatas, upaya meminimalisis kesakitan dan kematian remaja bisa dicegah melalui program BKKBN, dimana remaja bisa membantu menurunkan angka kesakitan dankematian ini dengan menikah pada usia ideal yang direkomendasikan, yaitu usia 21 tahun untuk perempuan dan usia 25 tahun untuk laki-laki, dimana pada usia ini hormon dan organ reproduksi perempuan sudah siap untuk menerima perubahan karena kehamilan, persalinan, dan menyusui. Sedangkan pada laki-laki pada usia ini sudah siap untuk kematangan emosi, kemampuan bekerja, dan mengambil tanggung jawab finansial.
 
Semoga, dari semua upaya yang dilakukan dimulai dari para remaja usia sekolah ini, bisa meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka terhadap pentingnya mengenal diri sendiri, terutama potensi kesakitan dan kematian yang bisa mengancam kapan saja. Dan imbas terbaiknya adalah, bisa ikut menyumbang untukpenurunan angka kematian ibu (AKI) di kemudian hari.
 
*Penulis: Siti Nur Hasanah (Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas)

Tag:

Baca Juga

Apakah Presiden Prabowo Akan Redenominasi Rupiah?
Apakah Presiden Prabowo Akan Redenominasi Rupiah?
Sumatera Barat, sebuah provinsi yang dikenal memiliki sejarah politik yang kaya dan beragam, selalu menunjukkan dinamika politik yang unik.
Kinerja APBD 2024 Sumatera Barat: Implikasi Terhadap Perekonomian
Sumatera Barat, sebuah provinsi yang dikenal memiliki sejarah politik yang kaya dan beragam, selalu menunjukkan dinamika politik yang unik.
Pilgub Sumbar 2024: Kini Rakyat Tunggu Komitmen, Bukan Mimpi
Menurunkan Suku Bunga: Upaya Meningkatkan Ekonomi Daerah dan Tantangan Menghapus Kemiskinan
Menurunkan Suku Bunga: Upaya Meningkatkan Ekonomi Daerah dan Tantangan Menghapus Kemiskinan
Fenomena Peningkatan Kemiskinan Ekstrem di Sumatera Barat: Analisis dan Solusi
Fenomena Peningkatan Kemiskinan Ekstrem di Sumatera Barat: Analisis dan Solusi
TANAH ULAYAT TOL PADANG-PEKANBARU
Sampai Kapan Kelok 9 Harus Tunggu Solusi?