Langgam.id - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Republik Indonesia Prof Yassierli membuka secara resmi Seminar Nasional "Jejak Bung Hatta di Padang dan Aktualisasi Pemikiran Sang Proklamator" yang digelar secara luring dan daring di Auditorium Istana Gubernur Sumbar, Sabtu (22/2/2025).
Seminar tersebut menghadirkan putri ketiga Bung Hatta, Halida Hatta yang juga Ketua Yayasan Hatta, Sejarawan yang juga Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Andalas (Unand) Gusti Asnan serta Wartawan Senior Hasril Chaniago.
Seminar ini digelar oleh Ikatan Keluarga Alumni SMP Negeri 1 Padang (Ikaspensa) sebagai pembuka rangkaian peringatan ulang tahun ke-75 SMPN 1 Padang. Selain membuka seminar itu, Yassierli yang hadir secara daring menjadi pembicara kunci.
Yassierli yang juga alumni SMP Negeri 1 Padang pada 1990 itu berharap seminar tersebut bisa menghidupkan nilai-nilai perjuangan Bung Hatta untu jadi teladan dan dilanjutkan generasi sekarang dan akan datang.
Guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengatakan, Bung Hatta adalah salah satu sumber inspirasi, terkait bagaimana memaknai nilai-nilai yang merupakan "DNA" bangsa.
"Nilai-nilai itu, landasan kita dalam bekerja dan berinteraksi, dan membangun bangsa. Termasuk membangun kebijakan yang diharapkan mengayomi dan memberikan yang terbaik pada masyarakat," katanya.
Terkait dengan tugasnya sebagai menaker, menurut Yassierli, salah satu konsen yang dihadapi adalah pengangguran yang masih tinggi. "Job creation (menciptakan lapangan kerja) merupakan tantangan pemerintah secara keseluruhan," tuturnya.
Ia juga melihat hilangnya nilai-nilai bangsa dalam hubungan industrial antara pengusaha dan pekerja. "Kita melihat nilai-nilai bangsa itu hilang. Semangat eksploitatif, kapitalisme. Pengusaha hanya berpikir mendapat keuntungan sebesar-besarnya tanpa menyadari bahwa hasil pertumbuhan perusahaan merupakan kerja sama pengusaha dan pekerja."
Menurutnya, hal ini mengakibatkan terjadinya ketimpangan gaji antara pekerja dibandingkan pemilik perusahaan bisa sekian ratus kali lipat.
"Ini kalau kita berbicara nilai-nilai ekonomi Pancasila itu bagaimana? Dari dulu kita diajarkan semangat gotong royong, kebersamaan. Ini yang benar-benar harus kita dalami. Sehingga sering katakan bahwa best practise dari barat itu tidak cukup untuk kita dan bisa jadi itu tidak relevan. Itu harus ditambah dengan kearifan lokal kita sebagai suatu bangsa yang memiliki ideologi Pancasila."
Menurutnya, dasar-dasar dalam Pancasila jelas. "Di situ ada kemanusiaan, keadilan, musyawarah mufakatnya dan seandainya nilai-nilai ini dijadikan dasar dalam membangun usaha, organisasi maka bangsa ini akan kuat," ujarnya.
Munculnya ketimpangan, demonstrasi dan tuntutan upah, karena tidak adanya kolaborasi. "Kolaborasi akan indah kalau pengusaha juga memikirkan kesejahteraan pekerja selain keuntungan perusahaan dan pekerja juga memikirkan produktivitas selain
soal kesejahteraan," katanya.
Kearifan lokal, menurut Yassierli, harus kita gali dari tokoh-tokoh bangsa yang dari dulu memikirkan tata nilai bangsa ini. "Rumusan masing-masing sila luar biasa dahsyatnya yang keluar dari pemikiran para pendiri bangsa pada 1945."
Yassierli menyatakan, siap mensuport kegiatan dari kampung halamannya, Sumatra Barat. "Kalau ada sesuatu yang konkrit yang bisa dirumuskan oleh Ikatan Alumni Padang, berikan solusi yang terbaik," tuturnya.
Setelah menaker, selama lebih 2,5 jam ketiga narasumber menyampaikan jejak sejarah Bung Hatta di Padang. Bung Hatta pindah sekolah dari Bukittinggi ke Padang pada 1913 dalam usia sekitar 11 tahun, menetap di Padang selama lebih kurang enam tahun hingga pindah ke Batavia pada 1919 ketika berumur sekitar 17 tahun.
Selama di Padang, setelah melanjutkan pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS) Padang pada 1913-1916, Bung Hatta kemudian belajar di sekolah menengah Pemerintah Hindia Belanda yang pada masa itu disebut Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) pada 1916-1919. (*/SS)