Oleh: Muhammad Genta
Seiring berjalannya waktu, dunia semakin maju dalam berbagai aspek dan bidangnya, terutama dalam bidang teknologi. Tentu, dari kemajuan teknologi itu memberikan dampak positif dan negatifnya dalam kehidupan. Salah satu dampak negatif dari kemajuan teknologi tersebut adalah nomophobia.
Nomophobia itu sendiri adalah kependekan dari (No Mobile Phone Phobia), yang merupakan kecemasan atau ketakutan yang berlebihan terhadap kehilangan atau tidak memiliki akses ke telepon genggam atau teknologi seluler.
Di samping itu, teknologi memberikan kemudahan dalam menjalani kehidupan, di samping memberikan kemudahan, teknologi juga dapat memberikan dampak yang tidak baik, dari fenomena itu kita di tuntut untuk seimbang dalam menggunakan teknologi.
Al-Quran mengajarkan prinsip-prinsip keseimbangan dalam menghadapi tantangan digital. Prinsip itu sangat jelas dinarasikan dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf ayat 31:
۞ يَابَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُواۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (٣١)
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Sesuatu hal yang dilakukan berlebih-lebihan akhirnya tidak akan baik. Begitupun dalam penggunaan teknologi, jika penggunaan teknologi sudah tidak terkontrol dan mengikuti hawa nafsu akan menjerumuskan pada kecanduan.
Kita harus menggunakan teknologi dengan bijak dan tidak berlebihan sehingga tidak mengganggu keseimbangan hidup, guna untuk menghindari hal itu bisa di imbangi dengan memperbanyak mengingat Allah Swt dalam setiap tindakan.
Al-Quran menekankan betapa pentingnya mengingat Allah dalam setiap aspek kehidupan. Termasuk ketika kita melakukan apa yang kita lakukan. Dalam surah Al-Jumu’ah ayat 9 sangat jelas Allah narasikan, sebagaimana firmannya :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ (٩)
Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Ayat ini mengingatkan bahwa ketika kita menggunakan teknologi digital kita harus tetap mengingat Allah dan tidak terlalu tergantung pada dunia material. Manusia ditugaskan sebagai khalifah atau wakil Allah untuk mengelola bumi.
Oleh karena itu, penggunaan teknologi seharusnya dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi tugas sebagai khalifah di muka bumi ini dengan baik. Al-Qur’an juga mengajarkan pentingnya mengendalikan hawa nafsu dan menjaga diri dari godaan yang dapat mengganggu keseimbangan hidup.
Sebagaimana Firman Allah Swt. dalam Surah Al-Isra ayat 32 :
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَاۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا (٣٢)
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
Ayat ini juga mengingatkan betapa pentingnya menjaga diri dari godaan yang dapat mengganggu keseimbangan hidup, termasuk godaan untuk terus-menerus menggunakan telepon genggam atau teknologi seluler, dalam menghadapi fenomena nomophobia, penting bagi setiap individu untuk mengembangkan kesadaran diri dan mengelola penggunaan teknologi dengan bijak.
Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi waktu penggunaan telepon genggam, mengatur waktu istirahat dari teknologi dan mengalokasikan waktu untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar.
Memang ayat yang penulis paparkan di atas secara tekstual tidak berkaitan langsung dengan nomophobia. Akan tetapi tetapi prinsip dasar dari ayat itu bisa kita ambil hikmah dasar dan pelajarannya untuk menghadapi fenomena nomophobia tersebut.
Dengan demikian, menghadapi fenomena nomophobia dapat diatasi dengan mengelola waktu dengan baik dan tidak berlebih-lebihan terhadap penggunaan teknologi, sehingga kita tidak termasuk golongan orang-orang yang menyia-nyiakan waktu. Mari kita biasakan untuk selalu mengingat Allah Swt dalam setiap kegiatan dan kondisi apapun, dan tidak terkendali oleh hawa nafsu.
Berikutnya, menjaga prioritas dalam hidup akan memberikan kefokusan tentang tujuan kita hidup di dunia ini. Tujuan hidup kita di dunia ini adalah untuk beribadah dan bertaqwa kepada sang Khaliq. Hidup jika sudah dilandaskan dengan taqwa maka kecemasan kehilangan mobile phone akan hilang, sebab, sebaik-baik bekal hidup di dunia ini adalah taqwa. Hal ini sangat jelas dinarasikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 197:
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰۚ وَاتَّقُونِ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ (١٩٧)
Artinya: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekal lah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
Hidup jika sudah dilandaskan dengan taqwa, maka kecemasan yang menyangkut duniawi akan hilang dengan sendirinya, sebab Allah sudah sangat jelas menyebutkan bekal terbaik untuk menghadapi semua tantangan dan kegundahan adalah taqwa. Hal ini juga selaras dengan tujuan penciptaannya manusia di dunia ini.
Sebagaimana Allah Swt. berfirman di dalam al-Qur’an surah Al-Dhariyat ayat 56 :
﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku.
Tujuan penciptaan kita di dunia ini hanyalah mengabdi dan menghambakan diri kepada Allah Swt. Sebagai seorang khalifah dimuka bumi ini tentu kita harus tunduk dan patuh atas perintah dan hukum Allah. Sebagai seorang khalifah kita juga harus mempunyai kesadaran diri untuk selalu mengindahkan apa yang di perintahkan Allah kepada kita.
Untuk menghadapi tantangan digital, Allah juga sudah menyebutkan rumus untuk menghambakan diri dan menghadapi tantangan di dunia ini adalah taqwa, menjaga prioritas dan fokus berarti menjadikan taqwa sebagai landasan pokok dalam menjalani kehidupan di dunia ini, sehingga teknologi yang digunakan sebagai suatu pendukung untuk mencapai dan memenuhi tujuan kita hidup di dunia ini.
Adapun kesimpulan yang dapat kita tarik ialah, membebaskan diri dari kungkungan nomophobia sebagai tantangan dalam dunia digital dengan dasar etika yang diilhami dan prinsip yang tertulis secara tersirat dalam Al-Qur’an.
Tantangan dalam dunia digital, seperti nomophobia, dapat kita hadapi dengan konsep-konsep yang terkandung dalam Al-Qur’an, karena sejatinya Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia sepanjang masa.
Penting bagi kita untuk selalu menjaga keseimbangan antara teknologi dan nilai-nilai spiritual, serta menjauhi praktik-praktik yang dapat merusak akhlak, dan menjaga prioritas dan fokus sebagai seorang muslim.
Jika semuanya dijalankan dengan baik sesuai tuntunan Al-Qur’an, maka tantangan dalam dunia digital dapat di atasi dengan mudah. Sebab Allah sudah rumuskan bekal yang terbaik dalam menghadapi tantangan hidup di dunia ini adalah dengan bertaqwa yang sebenar-benar taqwa kepada Allah Swt.
Penulis: Muhammad Genta (Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadis, UIN Sunan Ampel Surabaya)