Sudah tidak menjadi hal yang asing lagi jika kita mendengar kata elite politik di tengah maraknya isu-isu politik saat ini. Dari awal memasuki tahun 2023 Indonesia sudah digempur oleh banyaknya isu-isu politik dikarenakan hari raya demokrasi atau yang biasa kita dengar dengan kata pemilu sudah semakin dekat di depan mata, terlebih lagi di tahun dilaksankannya pemilu nanti yakni tahun 2024 banyak pemilih newbie atau anak-anak yang baru pertama kali ikut serta dalam pemilihan umum ini berasal dari Gen Z. Dimana pemilih yang berasal dari Gen Z jumlahnya mencapai angka 74,93 juta pemilih atau 27,94% dari semua total pemilih di Indonesia.
Memasuki akhir tahun 2023, isu-isu politik di Indonesia semakin marak dan sudah seperti menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat Indonesia. Mulai dari isu tentang siapa yang akan benar-benar menjadi calon presiden dan wakil presiden di 2024 nanti, partai apa yang mengusung calon presiden dan calon wakil presiden tersebut, partai mana yang mendukung calon presiden dan calon wakil presiden tersebut, bagaimana tiap masing-masing calon tersebut melalukan “usaha” untuk menarik perhatian masyarakat, sampai pada adanya tantangan yang diberikan oleh mahasiswa Universitas Indonesia untuk mendebat dengan para calon presiden tersebut.
Dan hal ini tidak luput dari perhatian Gen Z terutama yang memang akan ikut andil dalam pemilihan umum nanti, yang mereka memang memiliki kesadaran dan ketertarikan dalam pebahasan dunia pilitik ini.
Salah satu calon presiden yang berhasil menarik banyak perhatian dan perbincangan di tengah masyarakat Indonesia adalah calon presiden yang berasal dari Partai Gerindra yaitu Prabowo Subianto yang merupakan ketua umum dari Partai Gerindra itu sendiri.
Merujuk pada hasil survei dari kompas.id, sebanyak 32,7% dari Gen Z memilih Prabowo apabila pilpres dilakukan pada masa jejak pendapat dan angka itu diikuti oleh Ganjar Pranowo di uruan kedua yang berada di angka 24,5% serta Anies Baswedan berada di angka 10%. Disamping Gen Z ada generasi milenial atau Gen Y yang elektabilitas Prabowo di generasi ini berada di angka 23,9%. Dan kedua generasi ini merupaka penyumbang terbesar dalam pemilu 2024 kelak, dimana para pemilih dari Gen Z dan Gen Y ini menyumbang 60% dari total suara sah.
Prabowo berhasil menarik atensi publik khususnya dari kalangan Gen Z ini merupakan salah satu dampak dari public personanya di media social, dimana pada beberapa platform media sosial yang diisi oleh Gen Z menurut survei Alvara Research Center ada 34% responden dari kalangan Gen Z yang menjadi addicted user, dan secara tidak langsung dari total 34% ini sudah tahu bagaimana public persona Prabowo ini di media sosial seperti TikTok, X atau Instagram.
Ada beberapa kata dari Gen Z yang mereka berikan pada Prabowo seperti ‘feeds instagramnya yang aesthetic’, “@Ayu Sukma : karena feeds igny prabowo aesthetic” komentar salah satu pengguna TikTok di akun @noturconcern. Atau juga dengan branding Prabowo yang merupakan pecinta kucing dan memiliki kucing yang ia beri nama bobby, “@Xoilaypoy : bobby aja disayang apalagi rakyatnya” komentar akun lain masih di akun yang sama yaitu @noturcorcern dan masih banyak lagi komentar lainnya mengenai bagaimana Prabowo di mata Gen Z ini.
Meskipun komentar tersebut kesannya adalah sebuah candaan, secara tidak langsung ini membuktikan bahwa seberapa tertariknya generasi muda saat ini dalam membahas politik dan hal ini juga menunjukkan secara tidak langsung kalau nama Prabowo ini sudah naik di masyarakat.
Dan di samping itu ada juga yang memilih Prabowo karena ketertarikannya pada pribadi leadership Parabowo itu sendiri, dikutip dari BBC News Indonesia, salah satu pemilih muda dari Generasi Z yaitu Albert Joshua, 25 tahun mengatakan “kalau kata anak-anak angkatan saya, rebranding nya oke. Pak Browo itu kan di masa kampanye 2009 kesannya majestic, naik kuda dan lain-lain. Sekarang dia terlihar merangkul generasi saya. Dari segi umur dia jauh lebih tua, tapi dia bisa merangkul Gen Z”.
Namun, disamping banyaknya komentar positif yang diberikan pada Prabowo, ada juga pro kontra mengenai public persona calon presiden 2024 ini. “Strategi menarik pemilih dengan persona media sosial itu memang tidak salah, tapi tentu jauh dari ideal. Yang diperlukan adalah visi misinya. Bukan soal kucing, charming, senam pagi, dan lain-lain” ucap salah satu pengamat politik yang bersal dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yaitu Mada Sukmajadi.
Selain itu, di media sosial ada juga sejumlah pihak yang menyuarakan kekhawatirannya di balik persona Prabowo ini, terutama bagi mereka yang memperhatikan isu ’98, dimana mereka beranggapan bahwa Gen Z ini memilih Prabowo karena tidak tau menau mengenai isu 98’ tersebut dan hanya tertarik dari segi branding Prabowo di media sosial saja.
Di samping itu, jika dilihat kembali dari metode komunikasi yang digunakan oleh Prabowo pada tahun ini, secara langsung kita bisa melihat adanya perbedaan yang cukup kontras antara metode pendekatan atau komunikasi yang dilakukan Prabowo pada tahun ini dengan metode yang diterapkannya pada tahun-tahun sebelumnya saat dia mencalon sebagai Presiden Republik Indonesia pada tahun 2014 dan 2019.
Adi Prayitno, Pengamat Politik dari Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan bahwa Prabowo saat ini tengah melakukan transformasi politik mengenai sifatnya yang lebih terbuka saat ini Dimana pada tahun-tahun sebelumnya masyarakat melihat Prabowo sebagai sosok yang sulit dijangkau, sulit disentuh, dan sulit untuk diajak berkomunikasi.
Hal ini dikarenakan latar belakang Prabowo yang berasal dari dunia militer. Hal tersebut jika dibandingkan dengan saat sekarang ini tentu sangat jauh perbedaanya, dimana sekarang ini Prabowo terlihat friendly dan nyaman ketika berdekatan dengan awak media hingga content creator. Dan menurut Adi hal yang dilakukan oleh Prabowo saat ini tidak pernah ia lakukan pada tahun sebelumnya. Ini merupakan salah satu strategi pilitik Prabowo yaitu mendekatkan diri dengan para pemilihnya terutama para Gen Z dan pemilih pemula, sebab seperti yang disebutkan sebelumnya Gen Z sebagai pemilih pemula ini menjadikan media sosial sebagai preferensi utamanya dalam menentukan pilihan politiknya.
“Saya kira ini adalah strategi komunikasi politik yang sedang dibaca betul oleh Prabowo dan pendukungnya. Bahwa mendekatkan diri dengan pemilih ya dengan cara misalnya aktif di media. Termasuk di medsos adalah bagian cara yang diikhtiarkan untuk supaya mendapatkan simpati dan dukungan berlimpah” ucap Adi.
*Penulis: Shielsa Nurhayyuni (Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas)