Melestarikan Warisan: Pangan Tradisional Sebagai Sorotan di Perjamuan Penting

Oleh: Wellyalina, S.TP., M.P.

Makanan memiliki peran sentral dalam berbagai acara besar, baik itu pertemuan kenegaraan, pernikahan, maupun acara formal lainnya. Selain berfungsi untuk mengenyangkan, makanan juga menjadi simbol identitas budaya dan kebanggaan masyarakat. Di tengah laju globalisasi, kehadiran pangan tradisional di acara-acara penting semakin krusial sebagai upaya melestarikan dan menjaga warisan budaya.

Pangan lokal tradisional merupakan cerminan keragaman budaya dan sejarah suatu daerah. Setiap hidangan tidak hanya menyajikan cita rasa khas, tetapi juga memuat cerita tentang asal-usul, tradisi, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi. Contohnya, rendang dari Sumatra Barat tidak hanya dikenal di dunia internasional, tetapi juga menyimpan makna tentang kebersamaan, kesabaran, dan keuletan yang tercermin dari proses memasaknya.

Lebih dari sekadar hidangan, mempromosikan pangan lokal tradisional di acara-acara besar dapat memperkuat rasa kebanggaan terhadap identitas bangsa. Di era global, ketika makanan cepat saji dan kuliner asing semakin dominan, menyajikan hidangan tradisional menjadi wujud penghargaan atas kekayaan budaya sendiri. Hal ini juga berfungsi sebagai sarana diplomasi budaya, memperkenalkan keunikan kuliner lokal kepada tamu dari berbagai negara.

Namun, menjaga keberadaan pangan tradisional dalam acara penting tidak lepas dari tantangan. Gaya hidup modern yang serba praktis membuat banyak orang cenderung memilih makanan instan. Selain itu, regenerasi pengetahuan tentang cara pembuatan makanan tradisional semakin berkurang. Oleh karena itu, pemerintah, pelaku usaha kuliner, dan masyarakat perlu bersinergi dalam melestarikan kuliner lokal, baik melalui edukasi, inovasi, maupun promosi yang menarik.

Pada akhirnya, menghadirkan pangan lokal tradisional dalam perjamuan penting bukan hanya soal makanan, tetapi juga merupakan komitmen untuk melestarikan identitas budaya. Setiap suapan dari hidangan tradisional adalah penghormatan terhadap para leluhur dan warisan yang mereka tinggalkan. Dengan demikian, kita tidak hanya menikmati makanan, tetapi juga turut menjaga sejarah dan kekayaan budaya yang tak ternilai.
Dosen Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Andala
s

Baca Juga

Ratusan mahasiswa Universitas Andalas (Unand) menggelar aksi demonstrasi di depan Pengadilan Negeri (PN) Padang, Senin (11/11/2024).
Mahasiswa Unand Demo PN Padang, Tuntut Percepatan Kasus Korupsi Dana Kemahasiswaan
Rektor Universitas Andalas (Unand) Efa Yonnedi melantik Lusi Susanti sebagai Dekan Fakultas Teknologi Informasi (FTI) periode 2024-2029.
Lantik Lusi Susanti Jadi Dekan FTI, Rektor Unand Ajak Tingkatkan Kualitas dan Akreditasi Prodi
Inovasi Pertanian: Pemberdayaan Kader PKK Melalui Pelatihan Hidroponik
Inovasi Pertanian: Pemberdayaan Kader PKK Melalui Pelatihan Hidroponik
PTUN Padang memutuskan untuk membatalkan Surat Keputusan (SK) Rektor Universitas Andalas (Unand) terkait pemberhentian Khairul Fahmi
Putusan PTUN Batalkan Pemberhentian Khairul Fahmi sebagai Wakil Rektor II Unand
Bumbu Rendang: Warisan Tradisional dengan Kekuatan Antioksidan dan Antimikroba
Bumbu Rendang: Warisan Tradisional dengan Kekuatan Antioksidan dan Antimikroba
Pemko Payakumbuh kembali menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) di Pelataran Parkir Kantor Balai Kota Payakumbuh, Senin (1/4/2024).
Hingga Oktober, Harga dan Kebutuhan Pangan di Kota Padang Tetap Stabil